It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Oh My God!!
Oh My God!!
*histeris tingkat tinggi*
Tuh kan bener, baca cerita ini bikin hati campur aduk kaya gado-gado :v
Pengen bunuh si Dim. Sumpah! Gemes banget ama itu bule gadungan *asah golok*
Satria. Dia emang BangSat(ria), jadi pengen diperk*sa sama dia #oops
Ananta. Ga tau harus kasian atau malah seneng karena dia akhirnya menderita
Bang Mahesa. Smoga dia punya ending yg bahagia.
@RakaRaditya90, maaf kalo jarang nongol, hp bisa buka bf tpi log in nya ga bisa, jadi harus ke warnet dulu.
Tapi sebenarnya sering banget tiap jam periksa updatenya. Ibarat secret admirer sekaligus silent reader :v wkwk
Tetep semangat!!
Smoga para tokoh dapat ending yg bahagia, keculi si dim. kalo perlu buat dia menderita tragis hahaha *ketawa iblis*
*komenku kepanjangan ga sih? :v
***
SATRIA POV
Gua benci rumah sakit.
Dengan segala yang ada di dalamnya.
Bau obat2annya.
Kamar2 pasiennya.
Lorong2 ruangannya.
Everything about that.
Gua benci keadaan diri gua.
Yang lusuh karna tidak sempat mandi.
Yang bau karna keringat yg terus mengucur deras.
Yang berantakan dengan rambut semrawut dan pakaian acak2an.
Gua benci semuanya.
Tapi ada satu hal yang paling gua benci dari segala yg gua benci hari ini.
GUA SENDIRI.
Gua benci sekali dengan wajah di cermin toilet ini.
Wajah itu terpahat sempurna.
Tampan,berkelas,tapi tidak berkualitas!
Gua terus merutuki diri gua di depan cermin.
Menuding2nya dengan telunjuk gua.
Memaki2nya dengan mulut sampah gua.
Gua BAJINGAN!.
Gua tinju wajah di cermin itu dengan satu kepalan tangan.
Praaaanggggggg!!
"Denn,den Satriaa,denn buka denn,apa itu yg pecahh ??!"
Terdengar suara pekerja rumah tangga gua di luar toilet.
Gua menangis.
Langsung teringat lagi raut shock,panik,takut luar biasa yg terpancar di wajah wanita tua yg mengasuhku dari bayi itu di kepala gua.
Terbayang lagi bagaimana bik Sum meraung raung mendekap tubuh lelaki cacat yg gua tusuk tanpa belas iba.
"Denn,aden baik baik saja kan?ayo keluar den!"
Tidak.
Satria tidak baik baik saja bik.
Tidak sama sekali.
"Den ayo keluarrr!"
Gua meraih pintu toilet dan memutar kuncinya dengan gemetar.
"Den mari kita bicara,"
Pengasuhku dari sejak gua lahir ke dunia itu menatapku tajam setelah gua membuka pintu toilet.
Tatapannya sungguh tidak gua kenali.
Ga gua temukan sinar lembut penuh kasih yg biasa terpancar di mata wanita tua yg gua sayangi itu.
Seumur hidup baru kali ini gua dapat tatapan semenusuk itu.
Bi Sum menyeret lengan gua keluar dari area toilet dan membawaku ke kursi panjang rumah sakit yang agak lengang daripada bangku2 lain yg penuh manusia.
Disuruhnya gua duduk disampingnya.
Dada gua berdentum dentum.
Gua merasa seakan hendak diadili oleh pembantu rumah tangga gua sendiri.
"Jelaskan pada bibik,apa hubunganya den Satria,Den Ananta,dan Den Mahesa?Bibik ga mau jawaban bertele tele,cukup jawab singkat saja den,"
Gua menelan ludah.
Sungguh,yg bertanya dengan sangat tegas baru saja itu pasti bukan bik sum pengasuhku.
Dia tidak seperti itu.
Dia wanita paling lembut bertutur kata dan penuh kasih bersikap yg pernah gua kenal.
"Jawab Den!"
Aku tersentak mendengar bentakan wanita tua itu.
Tolong,tolong kembalikan bik sum ku yg biasanya.
"Sa..Sa..Satria..."
"Jawab saja yg ringkas den,apa hubungan aden dengan den Ananta dan den Mahesa!"
"Me..mere..mereka..teman Satria bik,"
"Teman?Setau bibik den An itu pacar terbaru aden kan?,meski aden belum cerita scra langsung sama bibik,tp bibik tau itu pasti pacar aden,lalu apa hubunganya dengan den Mahesa? Kenapa den An sama den Satria bisa kenal dia?"
"Dia..mantan Ananta bik,"
"Mantan?!mantan pacar maksut aden?"
"I..iya..,"
"Astagfirulah! Jadi den Mahesa juga homo seperti aden?"
"Gay bik,jgn sebut homo,jiji satria dengernya,"
"Sama aja to den!Gustiii kenapa kakak adek kok bisa homo semuaaa!"
Gua terkesiap mendengar kalimat terakhir bik Sum.
Kakak adik...
Gua menggigit bibir.
Dada gua sesak.
"Bik..."
Bik Sum tak menyahut.
Wanita itu mengelus elus dadanya sambil geleng2 kepala.
Ia tak habis pikir dengan kelakuan menyimpang kami,mungkin.
"Bik...apa benar dia..kakak Satria?..."
Susah payah gua mengeluarkam pertanyaan itu dari mulut gua.
Bik Sum menoleh kini,menatapku tajam.
Gua menunduk.
"YA! Dia kakak aden,sodara kandung aden!"
Gua memejamkan mata.
Hati gua terasa sakit mendengar kalimat yg dikeluarkan bik sum dengan penekanan yg tegas.
"Da..darimana bibik tau..?"
"Bibik tau segalanya den! Bibik ini ikut keluarga aden dari muda,dari usia bibik belia,apa yg tidak bibik ketahui?"
"Ceritakan bik..semuanya,"
Gua hampir menangis,lagi.
"Fffuuhhhh....saat itu...sekitar 28 tahun yg lalu,mamah aden melahirkan putra pertama..tapi nyonya dan tuan Sentosa justru tidak merasakan kebahagiaan laiknya pasangan yg dikaruniai momongan.Mereka justru merasa mendapat musibah,karna dianugerahi putra cacat..ya,putra pertama yg dinanti nanti kan terlahir tidak sempurna,tanpa lengan tanpa kaki..."
Bik Sum menangis ditengah cerita.
Bahunya naik turun tersedu sedan.
Gua udah menangis dari tadi,tanpa suara.
"Nyonya dan tuan marah sekali..mereka tidak sudi mendapatkan anak cacat..mereka bahkan hendak menghabisi nyawa bayi tak berdosa darah daging mereka sendiri...
Nyonya jijik sekali dengan bayi yg dilahirkanya,nyonya tidak mau menyusui putra pertamanya.Tuan tidak mau menamai putra kandungnya sendiri.Hanya nyonya oma,nenek aden yg ikhlas menerima kelahiran cucu pertamanya.
Oma lah yang memberi nama Mahesa putra permana pada bayi cacat itu.
Oma yg sudah renta dan sakit2an susah payah menggendong den Mahesa kecil,beliau tak peduli dimaki maki putra nya, papah aden,karna menerima dan mengasihi bayi itu.
Den Mahesa berada di rumah hanya sampai umur dua bulan,itupun hanya oma dan bik sum yg menganggap ada kehadiran den mahesa .
Hanya kami yg merawatnya,menyayanginya,karna mama papanya sama sekali tak memperdulikannya.
Nyonya selalu berteriak2 marah klo mendengar den mahesa kecil menangis di gendongan bibik.
Tuan selalu memaki maki bibik klo bibik terlambat membuatkan kopi karna sibuk mengurus den mahesa.
Kalau bukan karna oma,den mahesa mungkin sudah dibuang atau bahkan dibunuh.
Tapi karna usia yg sudah sangat lanjut,oma akhirnya meninggal di umurnya yg ke 91 tahun.
Sebelum meninggal oma sempat berpesan pada bibik,jaga dan lindungi cucunya sampai mati,jgn pernah tinggalkan den mahesa sedetik pun.
Tapi apa daya dan kekuatan seorang pembantu rumah tangga saat tuan dan nyonya memerintahkan bibik melenyapkan bayi cacat itu sejak oma meninggal.
Bibik yg saat itu masih berusia muda,bingung harus bagaimana,kesana kesini tengah malam menggendong den mahesa,akhirnya menemukan sebuah rumah bertuliskan panti asuhan di papan depan pagarnya.
Kesanalah bibik akhirnya meninggalkan den mahesa yg masih berumur dua bulan.
Bibik tinggalkan pula surat berisi nama bayi dan 3 buah gelang emas milik oma yg diwasiatkannya untuk cucu kesayanganya.
Setiap satu bulan sekali bik sum menengok den mahesa ke panti,bibik mengawasi perkembanganya meski dari kejauhan.
Bibik selalu sisihkan uang gaji untuk biaya sekolah den mahesa dengan cara mengeposkan uang tsb tanpa nama pengirim.
Lalu setelah tiga tahun berlalu,nyonya kembali melahirkan bayi laki laki,tapi kali ini mreka sangat bahagia karna putra kedua mereka terlahir sempurna,tampan dan bertubuh lengkap.
Den Satria tumbuh dengan limpahan kasih sayang yg tiada habisnya,apapun keinginan aden dituruti,bahkan ketika aden terbuka tentang kehomoan aden pun mereka akhirnya menerima....,"
Gua menutup muka dengan kedua tangan,tangis gua ga terbendung lagi.
Bahu gua berguncang guncang hebat.
Biasanya dalam keadaan gua yg srdang sedih,kalut,bik sum selalu menguatkan gua dengan pelukan kasihnya,usapan hangatnya,tapi ia tak menyentuh gua sama sekali.
Wanita itu malah memalingkan muka.
Sejurus kemudian ia bangkit berdiri dari bangku.
"Seharusnya aden masuk penjara karna tindakan kriminal aden,tapi koneksi papa aden lah yg akhirnya berkuasa dan membebaskan aden dari dakwaan.Tuan Sentosa sudah bibik telfon dan bibik beritahu tentang semuanya.
Tuan dan nyonya tiba di indonesia besok pagi,mereka minta bibik sudah angkat kaki dari rumah sebelum merrka pulang.Bibik dipecat.,"
Bik sum bertutur dengan datar tanpa memandang gua.
Saat wanita itu hendak melangkah berlalu ninggalin gua,reflek gua tarik tanganya.
Gua ciumi tangan yg mulai keriput itu dengan perasaan sakit.
"Ga mau bik..ga mau..ga mau bibik pergi..jgn tinggalin Satria bik jangaaan...,"
Gua seperti bocah kecil yg ketakutan ditinggal ibunya pergi.
Air mata gua mengalir deras membasahi tangan bibik.
Bi Sum tanpa gua sangka menepis pegangan tangan gua kasar.
"Sudah cukup bibik mengasuh dan mendidik aden dari kecil,bibik selalu mengajarkan cinta kasih terhadap sesama pada aden,tapi aden malah melakukan tindakan jahat pada orang lain,meski jika itu bukan sodara sedarah aden pun,tak ada yg membenarkan tindakan pembunuhan!"
Hati gua nyeri sekali.
"Berdoa saja semoga abang aden selamat dan baik baik saja,tak sepantasnya orang yg sudah menderita sejak lahir berakhir menyedihkan,pasti ada kebahagiaan disisakan untuk den mahesa suatu hari nanti,berdoalah untuk kakakmu den!"
Gua ga tahan lagi.
Gua bangkit dan gua dekap tubuh bibik dari belakang.
Gua tumpahkan tangis gua di punggungnya.
***
Gua memandangi ananta yg menangis di pelukan seseorang yg sepertinya gua kenal.
Rudians rupanya.
Gua menelan ludah.
Gua melukai mereka semua.
Gua menghancurkan mereka tanpa ampun.
Gua binatang!!!
"Maaf,bisa saya bicara dengan keluarga pasien Mahesa Permana?"
Darah gua berdesir mendengar suara seorang dokter yg keluar dari ruang UGD dan bertanya pada bik sum yg kebetulan berdiri di depan pintu ruangan.
"Ya,saya keluarganya dok! Bagaimana dok aden??"
Bibik bertanya tegang,dikuti ananta dan rudian yg langsung bangkit mendekati dokter.
"Maaf bu,saya sudah berusaha semaksimal mungkin,tapi pasien..."
@jjsssan
@tuink
@arifinselalusial
@Mr27
@Riyand
@juniorPld
@Aurora_69
@Lulu_75
@Hajji_Muhiddin
@fahmi_akhdan
@stevenbeast
Cerita ini sedikit banyak mengingatkan ku dengan teman bermain ku, dulu sewaktu msh tinggal dengan mbah. Bukan cacat fisik, tp cacat mental dan sama-sama tidak diinginkan orang tuanya. The reason, simple, because his parent is rich person dan salah satu orang berpangkat di kepolisian. Si anak waktu lahir juga mau dibunuh, sampai akhirnya di asuh oleh salah satu saudara yg tidak punya anak. Ditangan orang tua angkat, hidup si anak bahagia. Tp sejak orang tua angkatnya meninggal (karena memang sudah sepuh), si anak kembali lagi ke orang tuanya. Kasihan, katanya setiap hari dikurung, g diberi makan minum, sampai akhirnya meninggal karena diare.
Tapi Tuhan sepertinya maha adil. Mungkin yg namanya karma itu ada. Salah satu anak dari orang tuanya (yg berarti adalah saudara dari anak itu) juga ada yg meninggal karena sakit yg sepele.
***
SATRIA POV
"Lu selamat kali ini njing!!!"
Gua merasa kaki gua gemetaran didepan rudi.
Tiba tiba gua jadi sepenakut ini.
Terlebih dalam posisi lelaki itu menunjuk nunjuk muka gua sambil memaki dengan serapahnya.
"Lu bayangin aja gimana jadinya tadi klo suster ga manggil dokter pram buat ngasi tau bang mahesa masih bernafas!gua pasti habisi lu setann!!"
Rudi mendorong tubuh gua kasar ke tembok rumah sakit.
Mukanya mendekat,matanya yg tajam menelanjangiku garang.
Gua memejamkan mata.
Ga sanggup membalas tatapan membunuh itu.
"Setelah ini,gua pastiin hidup lu bakal menderita njing!lu bakal menuai hasil kejahatan lu!"
Dalam pejaman mata gua terbayang wajah lelaki yg selama ini gua sangat benci.
Lelaki yang gua injak injak harga dirinya dengan hinaan2 kejam gua.
Lelaki yang gua patahkan hatinya dengan merebut kekasih yg dicintainya.
Lelaki yang gua ancurin hidupnya dengan pisau yang nyaris membunuhnya!
Dia..abang gua!!!!
"Rud...lepasin dia.."
Mata gua terbuka mendengar suara lemah itu.
Rudi menoleh ke belakang.
Ananta berdiri rapuh disana.
Gua pengen banget teriak.
"Tinggalin kita Rud,aku mau bicara berdua sama dia,"
Lelaki berparas cute bak aktor film itu berkata dingin.
Rudi menghela nafas,berlalu menuruti permintaan Ananta.
Sekarang hanya tinggal gua dan pacar gua berdiri di salah satu lorong rumah sakit yg terbilang agak sepi ini.
"Kenapa tidak aku aja yg abang bunuh..aku penyebab semua ini terjadi..aku menghancurkan kalian semua..bang mahesa,rudi,juga bang satria..kehadiranku di hdup kalian lah yg menjadikan segala hal buruk tercipta..mestinya aku yg pantas terbaring sekarat di sana,bukan lelaki berhati malaikat itu...kenapa hidup begitu tidak adil padanya...,"
Ananta menangis hebat menghadap tembok di sisi kananku.
Wajah dan kepalanya ia sandarkan di dinding.
Gua menatapnya dari samping dengan getir.
"Aku minta maaf..aku yang salah..ga seharusnya aku datang di kehidupan kalian...maafin aku...,"
Lelaki yang nyaris membuatku menghilangkan nyawa satu mahluk hidup berjudul kakak kandungku itu memukul tembok dengan tangan kirinya.
"Aku nyaris saja membuat abang membunuh sodara kandung abang...semua karna aku..semua salahku...,"
Entahlah.
Gua ga ngerti kenapa kali ini gua ga pengen nenangin pacar tercinta gua ini.
Gua ga ada niatan buat meluk dia seperti biasanya.
Gua ga ada keinginan sekedar ngapus air matanya.
Yang berputar putar di kepala gua cuma Mahesa,dia dan dia terus.
Memikirkan kenyataan bahwa lelaki cacat itu adalah saudara sedarah gua sungguh membuat gua ga ada waktu mikirin orang lain.
Meskipun itu pacar gua sendiri.
Pacar yg gua sangat sayangi.
"Den Satria,dokter pram mau aden menemui beliau di ruangnnya,"
Bik Sum memberitahu.
Gua mengikuti langkahnya tanpa menoleh lagi pada ananta.
Di ruangan dokter paruh baya yang wajahnya sedikit banyak satu type dengan jenis muka papa gua itu kepala gua terasa berdenyut denyut.
Sungguh gua ga ngerti penjelasan sang dokter dengan istilah2 kedokteran yg rumit yang hanya bikin kepala gua makin sakit.
Gua hanya mau satu hal,kakak gua selamat!
Akhirnya setelah hampir setengah jam dokter pram menjejaliku dengan berbagai istilah kedokteran yg ruwet gua bisa keluar dari ruanganya.
Satu satunya istilah yg nempel di otak gua hanyalah istilah tetra amalia,penyakit fisik langka yg diderita kakak gua yg menyebabkan dirinya tidak memiliki tubuh normal laiknya orang lain.
***
"You gila apa bodoh Satria!!!kenapa dia tidak mati sekalian you tusuk!!kenapa anak pembawa musibah itu selamat!!aaargghh!!"
Papa berseru marah di ruang keluarga rumah kami.
Ia dan mama tiba di rumah satu jam yang lalu.
Gua yg terpaksa pulang dan meninggalkan mahesa di rumah sakit karna berkali kali ditelepon papa hanya bisa meminta bi sum untuk menjaga kakak gua sementara gua pulang ke rumah.
"Jangan ngatain anak mama bodoh!"
Kali ini mamah yg berseru.
Rambut sebahunya yg diwarnai kuning keemasan berderai mengikuti gestur tubuhnya yg berdiri memaki papa.
"Apa namanya klo ga bodoh,bunuh orang cacat aja gagal!so stupid!"
"Anak itu hanya masih beruntung!semua ini salah pembantu sialan itu,udah mamah suru buang anak cacat itu di hutan,tapi malah dititipkan di panti asuhan!!goblok emang perrmpuan sundal itu!!
Tangan gua mengepal erat sekali mendengar seruan seruan tak beradab yg keluar dari mulut kedua orang tua gua sendiri.
Rasanya pengen gua lempar mamah papa gua dari lantai satu ke bawah biar mampus.
Dada gua bergemuruh hebat.
Sakit sekali!!
Ternyata darah iblis mereka menurun ke gua!
Kakak gua yg dibuang sama sekali tidak mewarisi kebiadaban mereka!
"PUAS KALIAN ORANG TUA BIADAB!!MEMISAHKAN SATRIA DENGAN ABANG!MEMBIARKAN ABANG HIDUP MENDERITA BERPULUH PULUH TAHUN LAMANYA!!DIMANA HATI NURANI KALIAN!!GA PUNYA OTAAKK!!"
Gua kalap membanting segala yg ada didekat gua berdiri.
Vas vas bunga,hiasan2 dinding mahal,gelas gelas di meja,guci guci kebanggan papa.
Semua hancur berkeping keping.
Pecahan pecahannya berhamburan kemana mana.
Tangan gua berdarah darah terkena pecahan gelas.
Hati gua lebih dari berdarah.
Sungguh SAKIT memiliki sosok orang tua seperti mereka.
Mereka jelmaan iblis,bukan manusia!!!
FUCKKKKKKK!!!
"Sa..sayang?"
Tergagap mamah memanggil gua.
Gua jijik sekali melihat wanita yg melahirkan gua itu.
Darinya gua hanya belajar tentang kemewahan,uang,jabatan.
"Honey?"
Kali ini suara papa .
Pria paruh baya yg masih tampan diusianya yg kepala 5 lebih itu memanggilku heran.
Darinya gua hanya diajarkan tentang kekayaan,kekuasaan,kekuatan harta.
Gua justru mendapat pelajaran tentang agama,cinta kasih,kesederhanaan,dari pembantu rumah tangga kami.
Tapi kenapa gua lebih dominan mewarisi kecongkakan orang tua gua!!!
"Kalian..iblis...jahanam..kalian ga berhati..membuang anak kandung sendiri...,"
"Salah siapa dia cacat!!siapa yg mau anak cacat!!papa banyak relasi,apa kata mereka klo anak papa cacat!"
"Putra putri kawan2 sosialita mamah normal semua,ga ada yg buntung!!mamah malu punya putra ga punya tangan and kaki!!"
"Apa kakak mau dilahirkan seperti itu?GAK SAMA SEKALI!!!
Dia hanya bayi yg kalian hasilkan dari cinta kalian ,Tuhan yg menakdirkan dia lahir dengan kondisi seperti itu,bukan keinginnya sendiri!!"
"Diaaammmm!!!jangan sebut sebut tuhan,berandal!! We dont have a god! Tuhan kita hanyalah UANG!!!"
"Papahmu benar!uang yg membesarkanmu hingga kau jadi seperti sekarang!money is everything!!"
Kakiku lemas.
Selemas lemasnya.
Rasanya ingin mati saat ini juga.
Gua butuh bibik.
Gua butuh abang.
Gua butuh mereka.
Gua takut pada dua iblis berwujud manusia ini.
"Satria mau membawa abang kerumah ini kelak setelah dia pulih,begitu juga bibik,"
Parau gua bersuara.
"What the hell!!are u kidding me berandal kecil??dia papa buang karna kami ga sudi rumah ini menampung manusia cacat,kenapa you malah mau bawa dia kesini lagi hah?!!"
"Selamanya ga akan pernah kami mau menerima kehadiranya dirumah ini,lebih baik kamu ikut mamah ke inggris saja!"
"Ga akan!satria ga akan pernah mengikuti kalian berdua dimanapun,kalau memang kalian ga mengijinkan abang dan bibik tinggal disini,di rumah kebanggaan kalian ini,kami yg akan pergi dari sini!!!"
"Sweety!!please dont make me sad...,"
Wanita yang kupanggil mamah mulai menangis.
"Heyyy dont cry honey!!jgn biarkan airmatamu terbuang hanya untuk dua anak sialan seperti mereka!!"
Pria yang kusebut papa berteriak gusar.
"Lebih baik kita kembali ke inggris ngurus bisnis kita,rumah ini biar ditempati sabrina adek papa daripda dia ikut mertuanya di bandung,biarkan satria pergi sama sodara cacatnya itu!!"
"Pa...,"
"Follow me!"
"Tap..tapi pa..,"
"Stop to be such
dramaqueen honey!!"
Gua angkat kaki.
Gua ga sudi dengerin perdebatan mereka lagi.
Gua tinggalin rumah mewah itu tanpa menoleh lagi.
@aurora_69
@tuink
@jjsssan
@riyand
@Mr27
@arifinselalusial
@RaraSopi
bertambah tokoh yg 'menyebalkan', dibikin mati aja deh ya @RakaRaditya90
gimana kabar si dim? dia jadi encus-encus ga sama si BangSat(ria)?
Tetep semangat!!