It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“iyaa mobil Honda jazz warna item” sial! Sepertinya adekku benar-benar melihatnya.
“gak usah takut gitu kali kak. Aku gk bakal kasih tau ke-ibu kok” sambung adekku sambil tersenyum.
“tapi..” aku mengerutkan keningku mendengar perkataan adekku.
“jawab dulu pertanyaan adek yang kemarin” kata adekku.
“pertanyaan yang mana?” kataku bingung. Kemudian dia menghela nafas..
“kakak gay kan?” deeeg!! Jantungku.. deg-deg-deg tiba-tiba jantungku berdegup kencang.. adekku? Apa dia? …… Mengetahuinya?? Tapi darimana adekku tau? Apa yang harus aku ucapkan?
“wahahaaaaaahaa” itu lah yang keluar dari mulutku dengan tawa lebarku.
“Kak!”
“apa?”
“jangan bercanda” kata adekku sambil melipat kedua tangannya di-dada.
“atas dasar apa adekku yang cantik ini mengira kakaknya gay hmm?” kataku dengan pasti. Aku harus bersikap normal dengan nada bicara yang normal juga agar adekku tidak curiga.
“habisnya… kakak gak pernah pacaran”
“cuman karna itu dek?” akupun nyengir waktu itu. Memang benar aku belum pernah pacaran.
“jadi kakak harus bagaimana?” tanyaku sambil mengampirinya.
“kakak harus punya pacar”
“cewek atau cowok” sambil mentoel-toel dagunya.
“dua-duanya boleh” adekku berkata sambil menepis toelan tanganku. Kemudian aku mengacak-ngacak rambutnya.. dan dia termanyun.. hihi. Tapi aku ragu jika adekku bercanda, sepertinya ucapannya tadi sangat serius sambil melihat wajahku. Ahh entahlah.
*tok tok*
Kami berdua mendengar suara ketukan pintu dari luar rumah.
“iyaa siapa yaa?!” kataku sambil berjalan hendak membuka pintu. Kemudian aku membuka pintu terlihat sosok ibu-ibu berdiri. Bibi!
“Bibi!” kataku kemudian aku menyalimi tangannya lalu memeluknya.
“Raffa lama skali gak bertemu Bibi..”
“Maaf nak.. Bibi baru hari ini sempat mampir ke-rumah ini. Biasanya kalau Bibi ke-kedai ibumu Bibi langsung pulang tanpa mampir ke-sini.. maaf yaa nak.” Kata Bibi sambil mengusap-usap belakang kepalaku kemudian pelukkan berakhir.
“ohh iyaa.. Bibi ke-sini hanya ingin memberikan ini ke-kamu” sambil menyodorkan bungkusan plastik hitam.
“apa ini Bi?” tanyaku heran menerima pemberian Bibi. Kemudian adekku keluar dari kamarku lalu menyalimi Bibi dan memeluknya sama seperti yang aku lakukan barusan.
“Bibi juga tidak tahu” tidak tahu?
“maksudnya Bi?”
“Bibi juga tidak tahu.. Bibi menemukannya ketika Bibi keluar dari rumah dipagi hari dan di bingkisan itu tertulis untuk Raffa” terang Bibi berkata.
Siapa yang mengirim bingkisan ini?
“Bibi harus pulang nak, hanya itu saja yang mau Bibi sampaikan ke-kamu.. Bibi harus kembali mengecek anak buah Bibi” kata Bibi hendak pergi dari rumahku kemudian aku memeluknya sekali lagi .. dia adalah bagian dari orang-tuaku juga.. karna ketika aku menginjak kelas 5 SD hingga kelas 2 SMA aku di-rawat oleh Bibi.
“Terimakasih Bi” kataku kemudian pelukan kami terlepas dan Bibi berpamitan pergi. Kemudian aku heran melihat bungkusan ini, bungkusan yang aku pegang ini.
“Kak!” sambil menepuk lenganku. Akupun terkejut.. sepertinya aku adalah orang yang mudah terkejut.
“bingkisan dari siapa yaa kak?” tanya adekku sambil memperhatikan bingkisan itu.
Kemudian aku melihat kertas yang berada di-samping bingkisan dan tertempel rapi bertuliskan “Untuk Raffa”
Kemudian aku membuka bingkisan itu.. dan terlihat seperti baju, bukan baju! Melainkan sweater. Siapa yang telah memberiku sweater? Siapa yang mengetahui kalau aku suka memakai sweater? Apa Fael? Tidak mungkin.
“wiiih kak.. Bagus sweaternya. Pake kak! Pake” kata adekku antusias. Kemudian aku mencoba memakai sweater itu lalu masuk ke-dalam rumah tidak lupa menutup pintu di-iringi adekku yang mengikutiku dari belakang.. akupun berkaca di-depan cermin dekat kamar-mandi.. siapa yang telah memberi sweater ini?
**
“Nak, apa kamu tidak ada tugas?” kata ibuku, sambil menyetrika baju di-ruang tamu sambil menonton tv.
“kebetulan gak ada tugas bu” kataku, duduk sambil menonton tv.
“kalau adek?”
“gak ada juga..”
“yakin adek gak ada tugas? Bukannya ketika adek di-kedai siang tadi ingin mengerjakan pr MTK?” kata ibuku sambil menyemprot kispray ke-baju.
“ohh iyaa adek lupa” sambil menepuk jidatnya.. “kak bantu adek” sambungnya. Kemudian adekku bangkit dari duduknya lalu pergi ke-kamar ibu.
“Nak.. sweater warna abu-abu itu milik siapa?” kata ibuku. Kemudian aku berhenti melangkahkan kaki-ku.
“i-i-tuu di-kasih Bibi bu” kataku berbohong.
“jadi bibi mampir ke-sini?” kata ibuku kemudian disambung dengan menghela nafas.
“cuman itu saja yang iaa kasih?” sambung ibuku.
“iyaa bu” jawabku.
“maaf jika ibu tidak pernah membelikan apa yang kamu mau nak” sial!! Ternayata kebohonganku membuat ibu merasa tidak enak terhadapku. Kenapa ibuku ber-bicara seperti itu? Kemudian aku menghampiri ibu.. dan lalu memeluknya.. aku sangat sayang sama ibu, ibu tidak perlu memberikan apa yang aku mau, aku hanya ingin ibu tetap seperti saat ini tidak seperti ibuku yang dulu dan beberapa hari yang lalu.. dan aku ingin tahu semuanya tentang ibu.
Kemudian aku melepaskan pelukanku dan tersenyum ke-arah ibu.. saat itu juga ibuku tersenyum di-hadapanku. Aku bisa melihat ibu tersenyum dengan senyuman lepasnya seperti malam ini tapi apakah hal ini akan bertahan lama?? Kemudian aku beranjak dari ruang tamu menuju kamar ibu tuk membantu adekku mengerjakan tugas MTKnya.
“tentang apa dek materinya?” tanyaku ke-adekku sambil duduk di-dekatnya.
“ini niih.. aku gak suka” katanya sambil menyodorkan buku catatannya di-atas meja lipat.
“ohh aljabar.. ini sih mudah dek” kataku sambil memperhatikan tugas adekku. Dia hanya memanyunkan mulutnya.. hihi.. kakakmu sombong yaa dek?
“perhatiin” sambungku ingin menuliskan rumus aljabar itu..
Kemudian aku menulis dan menjabarkan dan menjelaskan pula bagaimana operasi pengerjaan aljabar dalam matematika. Aku sangat bersyukur ke-pada Tuhan karna telah memberikanku kelebihan ini, namun aku juga sangat tidak suka dengan ke-kuranganku ini.. aku gay. Apa gay itu adalah ke-kuranganku? Apa penyebabnya aku menjadi seperti ini? Apa karna ayahku?
“kak!”
“kenapa dek?”
“ishh kakak melamun.. tuuh kan apaan tuu nulisnya?” lagi-lagi aku melamun.
“hehee maaf” kataku kemudian menghapus tulisan yang salah tadi.
“kak!”
“apa?” tanyaku kembali hendak menuliskan rumus.
“kakak ada masalah ya?” kata adekku sambil memainkan penghapus yang barusan aku pakai. Aku tidak menjawab perkataan adekku.
“Kak!!” sedikit bentaakan adekku sambil memukul pelan meja lipat. Kemudian aku mengarah dan melihat wajahnya yang sedikit khawatir terhadapku.
“kakak gak apa kok dek” kataku sambil tersenyum melihat wajahnya.
“senyuman kakak bohong” deg! Aku sedikit terkejut mendengar perkataan adekku itu.. apa aku berterus terang saja ke dia?
“tuuh kan melamun lagi”
“aku gak mau belajar kalau kakak punya masalah disimpan sendiri!” sambungnya sambil membuang wajahnya mengarah ke-arah lain.
“entar adek bakal mengetahuinya” kataku sambil menghela nafas lalu fokus untuk melihat kertas dan menulis.
“aku sudah tahu kok” deg! Maksudnya?? Oh tidak.. jangan bilang adekku mengetahui bahwa aku seorang gay..
Kemudian kami berdua tidak berbicara sperti tadi.. aku hanya menjelaskan pengerjaan aljabar saja ke-adekku dan adekku hanya membalas dengan anggukannya saja dan berkata seperlunya saja.. aku pun beranjak dari kamar ibu dan menuju kamarku.
“udah selesai nak bantuin ngerjakan tugas adek?” tanya ibuku yang melihat aku berada di-depan pintu kamarku.
“sudah bu” jawabanku kemudian membuka pintu kamar dan masuk kedalam lalu berbaring sambil menatap langit-langit plywood.
“Bi.. apa ayah dan ibu masih lama disana?”
“Bibi juga tidak tau nak..”
“Raffa.. kamu kenapa? Kamu sakit?”
“Gak apa bi”
“apa kamu memikirkan ibumu dan ayahmu?”
“mereka pasti baik-baik saja disana nak”
“gak mungkin kan? Ini pasti gak mungkin!!”
“kenapa ayah dan ibu bercerai Bi.. kenapa?!!”
“Bi.. jawab Bi”
“kamu lebih baik pindah nak.. ibu tidak mau kamu terbebani di-sekolah itu”
“tapi buuu..”
“kamu harus nurut sama perintah ibu..”
Kejadian ituu terus berputar-putar di-dalam pikirankku dan di-dalam hatiku. Aku masih belum tau mengapa ayah dan ibuku bercerai? Lalu kenapa ayah dan ibuku meninggalkan anak-anaknya? Tak lama kemudian Ibu hadir kembali di-dalam kehidupanku? Namun ayahku? Kemana dia? Kemudian kenapa Bibi mau merawatku yang jelas-jelas bukan keluarga dekat? Aku sangat lelah memikirkan hal itu.. lelah hati dan lelah pikiran.. sepertinya aku lebih baik tidur saja.. semoga dengan tidur aku bisa melupakan kejadian itu..
**
“Kak.. bangun”
“Shalat subuh gih.. kak!” aku mendengar ucapan adekku dan tidak lama aku membuka mataku dan benar saja adekku berada di-sampingku lalu aku melihat wajah cantik adekku itu dek.. apa kamu tahu bahwa kakak satu-satumu ini seorang gay? Apa jadinya jika kamu mengetahuinya.
“duuuh.. lola banget dah bangunnya, cepetan gih! Katanya minta adek bangunin adek buat shalat subuh!” kemudian lamunanku hilang mendengar sedikit bentakan adekku lalu mengacak-acak rambutnya dengan gemas dan memencet hidungnya. Hihi aku sayang kamu dek
“entar berangkat sama-sama kak” kata adekku melihatku sedang ingin keluar dari kamar tuk mengambil air wudhu..
“looh gak di antar ibu?”
“aku takut”
“kok takut?”
“kayaknya ibu kambuh lagi” kata adekku memelankan suaranya. deg! Perkataan adekku..
“huussh gak boleh bilang bgitu” kemudian iaa tertunduk lesu.. ahh! Sepertinya aku lebih baik melihat ibu secara langsung.
Lalu aku keluar kamar dan berjalan menuju ke-kamar ibu tapi ibu tidak ada di-sana.. kemudian mencari ibu di-dapur dan tidak ada juga.. kemana ibuku? Tak lama kemudian ibuku terlihat masuk ke-dalam rumah, rupanya tadi ibuku berada di-luar. Apa yang harus aku bicarakan? Apa benar apa yang dikatakan adekku?
“Looh nak.. ngapain tooh berdiri diam di-situ?” deg! Aku terkejut mendegar perkataan ibuku.
“e-e-h Raffa ambil air wudhu bu” perkataanku sedikit kikuk.
“yaa cepetan tooh ke-belakang.. malah diam disitu nak” kata ibuku sambil menghampiri meja dapur.
“i-iyaa bu”
**
“kakak tidak suka adek berbicara seperti itu!” kataku sedikit membentak adekku
“t-tapi kak … adek gak bohong”
“dek!”
“kakak gak merasa aneh? Ibu tidak menghiraukan aku kak! Apa kakak tidak lihat?”
“mungkin adek yang berbuat salah sama ibu”
“kakak tidak mempercayai aku?” kata adekku sambil tertunduk lesu. Sekarang kami sedang menunggu angkot di-pinggir jalan. Kemudian aku mendengar suara isak tangis. Apa adekku menangis?
“dek! Dek..” kataku sambil menggoyangkan bahunya.
“kakak lebih percaya sama ibu yang jelas-jelas pernah meninggalkan kita dari-pada percaya sama adeknya sendiri yang selalu ada di-samping kakak!” deg! Apa yang adekku katakan barusan? Ya tuhaann… kemudian aku tidak bisa berkata apa-apa lalu dengan spontan aku menarik tubuhnya mendekap ke-arahku.. aku memeluknya sambil meneteskan sedikit air mata juga. Pagi hari yang kelam.. apa kehidupanku akan seperti ini terus? Kehidupanku lebih sering di-balut oleh kesedihan, ke-kesalan, ke-tidakpastian dan ke-tidak jelasan. Kemudian aku merenggangkan pelukanku ke dia dan terlihat angkot yang sedang menuju ke-arah kami.. lalu aku mengusapkan jempolku tuk membersihkan bekas tangisan air mata adekku.
**
Aku berjalan lesu memasuki pintu gerbang masuk SMA 10, kemudian melihat beberapa siswa-siswi yang sedang siap-siap melakukan penjaskesor.. aku pun melihat ruangan kelasku tertutup. Ada apa ruang kelasku tertutup seperti itu? Akupun mempercepat langkah kemudian berlari kecil dan sedikit mengintip dari arah jendela. Ada guru yang masuk di kelasku? Tapi sekarang kan pukul 7.05 pagi. Apa aku masuk saja?
*tok tok*
Ketukan pintuku tidak di-respond oleh guru itu..
*tok tok*
Tetap tidak ada respond.
*tok tok*
ketika aku mengetok sambil memperhatikan siswa-siswi lain sedang bermain Voli tiba-tiba aku terkejut mendegar suara pintu terbuka.
“Cari siapa?” kata bapak guru dengan rambut botaknya.
“m-m-maaf s-s-saya telat pak” jawabku sedikit takut melihat bapak guru itu.
“Bagus!!” dan Braaaak. Pintu tertutup kembali.. aku pun melongo waktu itu.. Apa boleh buat sepertinya aku tidak di-perbolehkan masuk kelas. Dengan langkah lesu lagi menuju kursi panjang di-depan kelasku lalu duduk di-kursi itu. Siapa guru itu? dan mengapa aku tidak di-perbolehkan masuk? Padahal jelas-jelas jam menunjukkan pukul 7.12 yang jelas-jelasnya lagi belum terdengar bel masuk kelas.
Aku sedikit terhibur saat itu melihat anak-anak yang tengah bermain Voli dengan lihai dan kebisingan teriakan mereka namun aku kembali terkejut lagi saat pintu kelasku terdengar bunyi Braak (suara pintu dibuka dengan kasar).
“apa kalian tidak mengerti dan melihat saya sedang mengajar di kelas haaah?!!” teriak bapak guru botak itu yang berdiri di-depan kelasku sambil membawa penggaris. Sepertinya iaa guru matematika.. kemudian siswa-siswi yang tengah asyik bermain voli itu berhenti seketika. Huuuh! Aku saja gemeteran waktu itu.. kemudian bapak itu masuk ke-dalam kelas dan tentu dengan suara pintu braak lagi! Aku sangat takut dengan bapak botak itu, namun ke-takutanku sedikit-demi-sedikit hilang karna ada sosok cowok yang sedang berbaris bergerombolan di-dekat tiang bendera dan aku melihat sosok yang aku kenal. Fael!!
Entah mengapa ketika aku melihat Fael, aku merasa lebih nyaman.. apa aku menyukainya? Apa aku mencintainya? Aku masih belum tahu! Akupun melihat Fael yang sepertinya dihukum karna telat, dan aku melihat jam tangan butut yang aku pakai menunjukkan pukul 7.17. rupanya Faell memang telat dan akupun tertawa waktu itu
Tak lama kemudian aku sedikit gelagapan ketika Fael sudah menyelesaikan tugas bersih-bersih halaman, dan dia pun menuju kemari! Aku harus bersikap seperti biasa lagi, bisa-bisa Faell curiga terhadapku.
“gak boleh masuk yaa” kata Fael yang sudah berada di-dekatku di-sambung dengan senyumannya.
“hu’um” aku menjawab dengan kepala tertunduk.
“lain kali jangan telat yaa” jangan telat?
“kamu lucu yaa hahaa” akupun tertawa lebar setelah mendengar perkataanya. Namun tawa lebarku seketika berhenti karena aku mengingat ke-jadian kemaren.. aku telah lancang membeberkan ke empat serangkai itu.
“ngeledek luu” kata Fael lalu duduk di-sampingku. Ini saat yang tepat Raffa! Kamu harus memberitahunya!
“umm Raffa ….” Dengan sedikit gugup aku berkata dengan melihat wajahnya.
“iyaa kenapa?” Fael menatap wajahku juga.
“aku mau bilang sesuatu” ohh jantungku terasa mau copot! Tapi kamu harus jujur Raffa!
“ngomong aja” sambil mengubak-ngubak tasnya.
“umm …… tapi … kamu ….. jangan marah yaa!” huuh!
“iyaa, guaa gak akan marah!”
“janji!!” kataku sambil mengeluarkan jari kelingkingku dengan sedikit gemetar. Apa gemetarku terlihat oleh Fael??
“hoo”oh” dan jari kelingking kita bertemu menandakan iaa akan berjanji.
“malam tadi, pasti kamu bareng Ana kan?” aku harus bisa mengatakannya.
“maksud luu?”
“di balik semua kejadian itu, aku lah yang memberitahu” Faell tidak merespond perkataanku.
“apa kamu ingat ketika kamu lagi di aula?”
“iya ingat” jawab Fael.
“apa kamu ingat juga ketika kamu memelukku lalu menyebutkan nama seseorang??”
“umm ….. dan apa kamu ingat ketika kamu di seret-seret ke aula lalu di interogasi teman-teman?” sambungku kemudian Fael menganggukan kepalanya.
“setelah itu, aku memberi tahu ke mereka kalau kamu memelukku sambil menyebutkan nama Ana” jantungku terasa mau copot ketika mengucapkan kata-kata itu.
“itu saja” deg! Apakah Fael marah?
“aku minta maaf telah memberi tahu mereka, seharusnya aku tidak memberitahu mereka!” jawabku sambil menundukkan kepala. Aku takut jika Fael benar-benar marah.
“ohh gitu” aku yakin dia pasti marah.
“aku tau kamu marah seharusnya aku diam, aku bodoh!!” sambil mengepalkan tangan kananku di-atas pahaku.
Dan aku terkejut ketika tangan Fael memegang tanganku dan jari-jariku di-paksanya tuk saling bertautan. Aku berusaha melepaskan tanganku tapi apa daya aku tidak bisa melakukannya karna tangan Fael lebih besar dari tanganku.
“Raffa!” apa maksudnya? Yang Fael lakukan ini?
“terima-kasih” sambung Fael. Aku tidak percaya Fael berkata seperti itu.. benarkah ini? Aku menatap wajahnya itu, melihat wajahnya tersenyum.
“heii” tegur Fael sambil menggoyangkan jari-jari kami yang masih bertautan.
“hei, kenapa?” aku tidak habis pikir.. apa aku bermimpi?
“k-k-kamu …. G-gak . m-m-marah?” dengan sedikit takut aku mengucapkan.
“tentu aja gak” dengan senyumannya Fael berkata. Jadi? Fael tidak marah? Kemudian aku tersenyum ganjil melihat wajahnya yang tersenyum itu.
“anyway, boleh guaa tanya?!”
“iyaa tanya apa?”
“gak jadi deh hehe” kata Fael kemudian aku tersadar akan jari-jari kita yang masih bertautan lalu aku berusaha melepaskan dan Fael melepaskannya.
Aku tidak habis pikir mengapa Fael tidak marah terhadapku. Jelas-jelas aku telah lancang membeberkan kejadian itu, apakah cewek yang bernama Ana itu mantannya atau pacarnya? Apa yang mereka lakukan setelah mereka bertemu? Apakah mereka berciuman? Sehingga Fael tidak marah terhadapku atau mereka melakukan yang lebih? Ahh! Kenapa aku berfikiran seperti itu.
**
Karena kami berdua tidak masuk di-pelajaran MTK, kami diberi hukuman dengan mengerjakan soal-soal yang bisa di-bilang cukup banyak dan besok pagi batas pengumpulannya, aku sempat melihat Fael yang tidak terima di-beri tugas segitu banyaknya, hihi..
Saat ini aku sedang membantu teman-teman sekelas yang lagi mengerjakan soal-soal MTK yang diberikan oleh guru botak tadi pdahal jelas-jelas sekarang adalah waktunya istirahat tapi tugas tersebut harus di-kumpul sebelum jam istirahat habis. Kata Fajar guru itu memang seperti itu, jadi aku harus terbiasa dengan sikap guru yang bernama pak Damar itu.
“kesal deh guaa sama pak Damar!” omelan Nanda sambil menulis rumus.
“sekarang tu jelas-jelasnya waktu istirahat.. kenapa tu guru malah ngasih tugas.. aaahhh!!!” sambung Nanda sambil mengucek-ngucek kertas putih kosong.
“sabar bu, lagian kan kita di-bantu sama Raffa.. ya kan Raff” kata Fajar sambil menaikan kedua alisnya. Aku hanya menanggapin dengan senyumanku saja.
“Raffaaaaaa…. Bantu guaa!!” teriakan dari teman yang lain. Kemudian aku mengampirinya, saat itu aku seperti setrika saja yang berjalan bolak-balik ke-sana-kemari di-dalam kelas, tapi aku juga senang karna membantu teman-temanku.. aku bisa mengerti bahwa mereka tidak begitu paham dengan soal-soal yang diberikan oleh pak Damar itu karena menurutku soal itu cukup rumit, aku saja sempat kewalahan mencari jawabannya.
Aku melihat sosok cowok yang sekelibatan lewat di-depan kelasku, akupun berjalan keluar kelas karena aku yakin bahwa sekelibatan tadi adalah Fael dan ternyata benar!
“Raffa!” kataku di-sambung berjalan melewati dia lalu duduk di-sampingnya di-kursi panjang depan kelas.
“what?!” jawab Fael sedikit kasar. Apa dia marah sama aku?
“entar gimana ngerjain tugas dari pak Damar?”
“tanya aja sama pak Damar” akupun tertawa lebar waktu itu.
“aku seriusan! Mau ngerjain di mana entar?”
“laah guaa juga serius”
“maksudnya?”
“tanya nooh sama pohon ceri!” sepertinya dia benar-benar marah.
“k-k.. kamu marah?” sedikit takut aku berkata.
“guaa lagi salto depan belakang!!” masih dengan nada kasarnya.
“m-m-maaf” kataku dengan nada tersendat. Apa dia marah karna pesan tadi?
Sebelumnya aku dan Fael berencana ingin mengerjakan tugas itu di-rumahku namun seketika aku ter-ingat ibu.. pagi tadi adekku berkata seperti itu lagi, saat itu akupun teringat! Aku takut jika ibu benar-benar seperti ucapan adekku pagi tadi langsung saja aku hendak membatalkan mengerjakan dirumahku tapi Fael membalas pesanku dan mengajak aku tuk mengerjakannya di-rumahnya akupun menolak kemudian balasan pesannya pun seperti sedang kesal terhadapku.
“heii”
“gak perlu minta maaf! Lagian guaa bukan marah ama eluu kok” sambung Fael.
“heii” Fael mengoyangkan bahuku.
“maaf yaa Raff sehar …” aku takut jika Fael benar-benar marah.
“ssssssttt udah-udah”
“nih makan nih!” kata Fael sambil menyodorkan beng-beng. Dia membelikan itu untukku?
“mau minum?”
“… g-gak usah, aku bawa air minum dari rumah kok” kataku sambil memakan beng-beng pemberian Fael.
“mana air minumnya?”
“di-dalam tasku”
“oke.. guaa ambil”
“gak usah di-am…” kataku terpotong karna Fael sudah masuk duluan ke-dalam kelas. Tak lama kemudian dia muncul membawa botol minumanku. Aku sedikit malu karna botol minumanku berbentuk penguin hehe.
“niih” sambil menyodorkan botol minuman. Aku membalasnya dengan senyumanku lalu meneguk air putih di-dalam botolku itu.
“tuan muda pasti haus” kata Fael.
“ughuuk – ughh” aku terbatuk mendengar perkataan Fael dan Fael pun tertawa melihat polahku.
“pelan-pelan dong minumnya” kata Fael masih sedikit tertawa.
“ohh iyaa, urusan ngerjain tugas guaa bisa ngerjain sendiri kok” sambung Fael. Aku tau dia berbohong, karena di-awal tadi diaa selalu memaki-maki melihat soal MTK yang diberikan oleh pak Damar. Apa aku mengizinkannya saja mengerjakan di rumahku?
“kita bisa ngerjain di-gazebo” aku berfikir demikian.
“ogaaaaah.. lebih baik guaa ngerjain di-rumah”
“t-t-api apa kamu bisa mengerjakannya?”
“e-e-eh ituu..”
“lebih baik kamu ikut aku kerumah, kita ngerjainnya dirumahku” aku berkata dengan pasti. Aku ingin memastikan apakah ibuku seperti yang di-ucapkan adekku. Tapi jika benar, bagaimana nasibku? Terutama Fael yang tidak mengetahui kehidupan di keluargaku? Jangankan Fael! Aku saja tidak begitu mengerti dengan ke-adaan keluargku lebih tepatnya ke-adaan ibuku.
“waaaaaah yang benar nih?” aku terkejut mendengar Faell seperti ke-girangan. Aku hanya membalas dengan anggukan kepala dan senyumanku.
“makasih yaa Raffa” kata Faell dengan tersenyum lebar. Aku melihat senyuman lebarnya yang membuat hatiku adem
**
Ini lah waktu yang di-tunggu-tunggu, saat ini aku dan Fael berjalan menuju kedai ibuku.. aku sedikit deg-degan! Aku sebenarnya takut dengan respond ibuku.. huuuh Raffa kamu harus berani dan lihat bagaimana respond ibu dan aku berharap ibu tidak marah ketika aku membawa temanku kemari, sebelumnya kami kemari menaiki angkot di-tambah Fael yang membawa helmnya ke-sana kemari hehe.
1….. 2…… 3…….
Aku melihat ibu sedang duduk di-kursi plastik, kemudian aku mengampirinnya dan menyalimi tangan ibu lalu mencium tangannya dan dengan jantung yang berdegup cukup kencang ditambah Fael yang sudah berada dibelakangku.
“bu kenalin, ini teman Raffa”
“waaah!! Anak ibu punya teman se-tampan ini!” deg! Ibuku! Berkata demikian? Berarti ibu tidak marah dengan hadirnya Fael di-sini?
“nama kamu siapa dek”
“nama saya Raffa tan-bu, eh maksudnya tante” haduh Fael, kenapa bisa kamu keserimpet gitu bicaranya.
“panggil saja Ibu yaa nak” kata ibuku dengan senyumannya.. ibu tidak merasa aneh dengan Fael? Ibu tidak mengingat apa yang pernah di-ucapkannya? Tapi aku teringat dengan perkataan ibu “dua teman saja cukup” mungkin ibu menerima kehadiran Fael karena dialah yang pertama kali aku bawa kemari. Tapi entahlah.. aku juga takut jika tiba-tiba ibu berubah pikiran.
Saat itu aku membawa Fael menuju kerumahku dengan menggunakan motor ibuku, ibuku mengizinkan aku membawa motor itu pulang kerumah, ketika berada di-depan rumah sambil mengetok-ngetok pintupun dibuka oleh adekku, aku bisa melihat adekku sepertinya bertanya-tanya siapa yang aku bawa. Adekku sempat berkata seperti ini
“kak, itu siapa kak? Pacar kakak kah itu?” aku terkejut mendengar perkataan adekku, bisa-bisanya adekku berkata seperti itu.
“jangan aneh-aneh deh dek” kilahku sambil mengambil beberapa buku kumpulan rumus lengkap matematika.
“dia cakep loh kak, adekk suka ngelihat wajahnya” akupun mengerutkan keningku.
“jadi adek suka sama teman kakak?”
“bukan begitu kak, adek suka ngeliat wajahnya aja”
“lagian kan diaa pacar kakak” sambungnya sambil tertawa kecil.
“jadi adek setuju kalau kakak pacaran sama dia?” disambung dengan tawa lebarku. Agak sedikit aneh dengan sifat adekku, tapi aku hanya menganggapnya sebagai candaan saja.
“setuju banget” dengan senyum sumringahnya adekku menjawab. Apa kamu sudah mengetahui orientasi sexual kakakmu ini?
@lulu_75 @Abdulloh_12 @Ricky89 @Llybophi @QudhelMars @awi_12345 @abyyriza @Aurora_69
Bagian selanjutnya masih dengan Raffa kecil pov hehee..
Salam Raffa Angkasa Putra
@lulu_75 semoga aja yaa makin akrab
@abyyriza maklumin saja cerita amatiran T.T