It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Aurora_69 oke kak
@awi_12345 aku aja gak tau LOL
Ibunya Raffcil itu aku belom paham, mungkin next part nnti aku paham..please update soon ok?
Salam Raffa Angkasa Putra.. Selamat Membaca
(9) Raffa POV (4)
“looh dek, ibu mana?”
“ibu?”
“dek!”
“emang ibu pulang?”
Baru saja aku pulang dari mengantar Fael ketika sampai di-rumah aku langsung masuk ke dalam menuju kamar ibu, tapi sayang ibu tidak ada lalu mencari-cari ke-dapur juga tidak ada, barulah aku masuk ke-kamarku terdapat adekku yang sedang main Gameboy pemberian Bibi.
“tadi sebelum kakak ngantar teman kakak, kakak bertemu ibu di-depan rumah”
“masa sih?” dengan santainya menjawab sambil memainkan Gameboynya.
“dek kakak serius.. ini sudah malam!” sambil merampas gameboynya.
“ibu tadi pergi”
“pergi dengan siapa?”
“aku gak tau”
“dek kakak serius!!” kembali aku membentak adekku.
“Raffa…..!!” aku mendengar suara seperti suara ibu dari arah luar. Lalu aku dengan cepatnya keluar menuju ke-sumber suara. Ibu berada di-luar! Apakah yang adekku katakan tadi itu benar?
“i-ibu dari mana?” tanyaku dengan nada tersendat.
“ibu tadi dari swalayan di-ajak teman” teman? Teman siapa?
“nih ibu bawa makanan ke-sukaan kamu” sambung ibu dengan menyodorkan kantung plastik yang isinya terdapat macam-macam makanan dari swalayan. Ibu membeli semua itu? tapi.. uang dari mana ibu membeli sebanyak itu?
“e-e-eh iyaa bu makasih” dengan tangan sedikit gemetar aku mengambil kantung plastik ituu.
“adek dimana?”
“di-kamar Raffa Bu” adek? Ibu menanyakan keberadaan adek? Tapi ketika di-pagi hari ibu sama sekali tidak menghiraukan adek. Ahhh! Aku sedikit takut jika rumor itu benar.
**
“bener kan..”
“apaan dek?” tanyaku sambil memakan coklat pemberian Ibu.
“ituu.. ibu pergi”
“ibu pergi dengan siapa dek?” tanyaku penasaran.
“dengan cowok” deg! Cowok?
“dek!” akupun melotot ke-arah adekku.
“kakak masih aja gak percaya sama adek?” aku hanya terdiam mendengar adekku mengatakan itu. aku hanya bisa menghela nafas.
“kak!” aku kaget ketika adekku memukul paha kiriku.
“adek takut”
“adek takut jika ibu benar-benar mengalami depresi” deg!! Jantungku.. ya tuhan.. apa benar yang di-ucapkan adekku ini? Dan rumor-rumor itu? perkataan dari orang-orang lain?
“dek..”
“dek..!” aku mengguncangkan kedua bahunya.
“k-kak a-apaa i-itu benar kak..?” terlihat mata adekku yang berkaca-kaca tak lama keluarlah air mata adekku dari pelupuk matanya. Aku hanya bisa terdiam melihat adekku dengan tangisannya lalu aku mendekati dan mendekapnya dengan erat. Apakah hal itu benar?? Apakah ibuku seperti itu? apakah ibuku seperti itu karena bercerai dengan ayahku?
“aku takut” masih dengan isak tangisnya.
‘adek jangan takut.. ada kakak di-sini yang selalu bersama adek’ berkata dalam hati sambil mengusap belakang kepalanya. Kami masih berpelukan satu sama lain, namun terdengar suara langkah yang menuju ke-kamarku. Itu pasti Ibu!! Kami berdua melepaskan pelukan masing-masing dengan gelagapan mendengar suara langkah kaki itu.
Disambung aku membersihkan bekas air mata yang berada di bawah pelupuk mata adekku dan akupun mengerjapkan mataku beberapa kali agar mataku kembali seperti semula tapi sayang mataku masih terlihat berkaca-kaca adekku bilang seperti itu.
“dek.. adek pura-pura tidur gih” dengan bisikanku. Adekku menuruti perintahku. Kemudian kreeek….
“kok malah makan dikamar tooh nak” terlihat Ibuku membuka pintu kamar.
“makan di-luar hayooo” sambung ibuku lalu menutup pintu kamar. Huuh! Jantungku hampir copot rasanya.
“adek tidur yaa?” akupun terkejut ibu membuka pintu kamar lagi dan pintu kamarku tertutup lagi.
Kemudian aku melihat punggung adekku yang terbaring memblakangiku.
“dek.. kakak keluar dulu yaa” bisikan ke-telinga adekku. Tidak ada jawaban? Dia pura-pura tidur atau tertidur pulas? Aku hanya tersenyum lebar lalu mengecup pipi kanan adekku. Kakak sayang kamu dek.. kakak gak akan pernah ninggalin kamu seperti yang pernah di-lakukan oleh ibu dan ayah. Kakak berjanji!
Dengan langkah berhati-hati aku keluar dari kamarku. Aku takut jika ibu mendengar isak tangis adekku tadi, fiuuuh! Sepertinya ketika adekku menangis ibu berada di-dalam kamar.. semoga saja! karna ketika aku keluar dari kamar ibu tidak berada di-ruang tamu ataupun dapur lalu aku mendongak ke-jam dinding di-dapur menunjukkan pukul 11.15. pantas saja adekku langsung tertidur hihi. Rupanya hampir tengah malam.
Saat itu aku melihat sweater abu-abu yang tergeletak dilantai dekat dengan tumpukan pakaian basah, aku mengambilnya dan memperhatikan sweater yang aku pegang sekarang. Aku masih bertanya-tanya siapa yang telah memberikan aku sweater ini dengan warna abu-abu muda yang mana warna kesukaanku. Entahlah siapa yang telah memberikannya, aku hanya bisa memperhatikannya dan aku taruh lagi di-tumpukan pakaian basah.
**
“adek bangun jam berapa tadi?” tanyaku ketika aku selesai shalat subuh.
“pokoknya jauh lebih duluan daripada kakak”
“udah shalat?
“udah dong” dengan senyum lebarnya..
“kakak makin cakep aja yaa” adekku berkata. Ku balas dengan tawa lebarku.
“cowok yang kemaren pasti klepek-klepek sama kakak” akupun membalasnya dengan tawa lebarku lagi.
“yaa gak?” sambung adekku.
“adek bicara apa tooh, subuh-subuh begini jangan bicara yang aneh-aneh..” sembari merapikan sajadah menaruh ditempat semula dan melepas sarung yang aku kenakan.
“adek serius kak”
“kakak juga serius” keluarlah bibir manyun adekku.
“udah gih siap-siap sana, bentar lagi kan sekolah”
“baru juga jam sgitu” menunjuk jam dinding di-kamarku.
“ohh yaa adek berangkat naik angkot bareng kakak aja lagi” sambung adekku.
“gak sama ibu?”
“gak mau”
“dek..” disambung dengan hela nafasku.
“kakak tau adek takut dan membenci ibu kan?” dengan nada pelan aku berkata serta anggukan kecil adekku menjawab.
“tidak seharusnya adek seperti itu..”
“adek tau kak.. tapi …”
“tapi kenapa hmm?” aku mengampiri adekku yang duduk di-atas kasurku.
“adek sudah terlanjur seperti itu dengan ibu...” dengan nada beratnya.
“kakak tau perasaan adek seperti apa.” Sambil mengusap-ngusap kedua tangannya. Saat ini posisi kami berhadap-hadapan.
“seharusnya kita bisa dekat lagi dengan ibu, seperti kecil dulu” aku sempat membayangkan ibuku yang dulunya dengan sifat sangat perhatian dan lemah lembut sebelum ibu dan ayah pergi meninggalkan kami berdua entah kemana tujuannya. Saat itu ketika kami, keluarga kecil kami menetap di-kota lain.
“bagaimana bisa kita dekat dengan ibu lagi kak? Kakak tidak lihat? Sifat ibu sewaktu-waktu bisa berubah drastis kak..” jelas adekku dengan menatap wajahku dengan pasti. Aku bisa melihat dari bola mata adekku yang bulat itu, matanya sedikit berkaca-kaca sprti hendak menangis. Langsung saja aku mendaratkan pelukanku ke-adekku lagi.. kakak tau kamu butuh ini dek dan kakakmu ini juga tau bahwa kamu selalu membutuhkan kakakmu yang satu-satunya ini kakak berjanji tidak akan pernah meninggalkan kamu dek kakak berjanji
**
Sekarang aku berada di-depan pintu gerbang sekolahku, hari ini hari yang cukup cerah, namun tidak secerah dengan perasaanku. Lagi-lagi perasaanku di-balut dengan ke-gelisahan dan kesedihan.. huuh! Mengambil langkah dengan lesu aku melewati gerbang dan terdengar suara yang memanggilku.
“Raffa…” aku memberhentikan langkah dan menoleh ke-sumber suara. Ternyata pak Hari.
“a-ada apa ya pak?” tanyaku.
“dek Raffa belum dapat seragam training penjaskesor??”
“belum pak” kemudian pandanganku mengarah ke-siswa-siswi lain yang tengah asiknya bermain bulu tangkis, basket dan voli. Aku lupa jika hari ini adalah hari jum’at.
“apa belum di kasih sama bu Linda?” bu linda? Aku membalas dengan menggelengkan kepalaku.
“adddduuuh” dengan menepuk jidatnya.
“ya-sudah ikut bapak” ajak pak Hari.
Aku menuruti perintah pak Hari mengikuti langkahnya entah kemana, tapi sepertinya aku hendak di-bawa ke ruang dewan guru, namun duggan ku salah! Pak Hari terus saja melangkahkan kakinya dan langkah pak Hari berhenti di-depan koperasi sekolah.
“Bu Lin” ucap pak Hari memanggil seseorang.
“eeeehh lah dalah.. ada apa pak?” ucap ibu-ibu gendut gelagapan melihat pak Hari berdiri di-depan lemari kaca.
“ibu bagaimana tooh, sampean lupa atau bagaimana?”
“l—lupa a-apa ya pak?”
“ini buuuu!” sembari menunjuk aku yang berada di-samping kanan pak Hari. Ibu-ibu gendut itu melihat ke-arahku dengan terkejut.
“aduuuuuuhhh.. saya mohon maaf pak, bisa-bisanya saya lupa” sebenarnya apa yang mereka bicarakan?
“ya sudah, dek Raffa bapak pergi dulu yaa.. adek tunggu di-sini sampai ibu Linda memberikan baju training penjaskesor kalau sudah diberikan langsung di-pakai yaa ganti seragam adek di-kamar kecil” terang pak Hari ber-ucap kemudian melangkahkan kaki pergi dari koperasi sekolah.
“maaf yoo nak, ibu sampe lupa, maaf yoo nak!” sembari membungkukkan badannya mencari-cari baju penjaskesor.
“biasa pake baju ukuran apa nak?” tanya ibu-ibu gendut yang bernama Linda.
“M Bu” jawabku.
“aduuuh mana yaa naak” masih sibuk dengan aktifitasnya mencari baju.
“kalau L cukup?” sambung ibu Linda.
“coba saya lihat Bu” ibu Linda memberi baju yang masih disegel belum terbuka sama sekali.
“g-gak apa nii bu saya buka”
“kalau mas Raffa yang buka tidak apa-apa” dengan mengedipkan matanya. Ehh? Kok seperti itu?
Aku membuka bungkusan plastik ituu dan mengepaskannya dengan ukuran tubuhku. Sepertinya cocok saja.
“cocok saja yoo nak?” tanya Ibu Linda memperhatikanku.
“iyaa bu, saya ambil yang ini saja.. terima kasih bu” kataku lalu pergi dari koperasi.
**
Hari ini adalah hari jum’at, dimana hari ini lebih banyak melakukan aktifitas di-luar di-bandingkan aktifitas di-dalam kelas. Setelah selesai melakukan senam bersama siswa-siswi di-bebaskan untuk melakukan kegiatan olahraga apa saja, sekarang aku sedang duduk di-bangku panjang depan kelas melihat siswa-siswi lain bermain Voli.
“Raffa” aku terkejut dengan suara seseorang. Agus!
“ikut guaa!” kata Misca. Tanganku di-tarik oleh Agus yang tak tau mau dibawa kemana. Ketika hendak sampai tujuan aku melihat Fael dan kawan-kawan duduk di-gazebo. Ada apa ini?
“kalian berdua dari mana aja lama banget daah” Nanda membuka suara. Aku dan Agus duduk di-samping Fael. Fael berada di-tengah, sedangkan Fajar berhadapan dengan Fael sambil merengek-rengek dengan Fael. Ada apa sebenarnya? Dari sebelum melakukan senam Fajar selalu melakukan hal itu.
“ni anak yaa” dengan cubitan di-tangan Fajar.
“aduuh cakiiit…”
“beib.. beib… plis beib” masih dengan rengekan ke Fael.
“gak..” jawab Fael.
“kalian berdua kenapa sih?” tanya Misca penasaran melihat Fael dan Fajar secara bergantian.
“tau tuuh” dengan wajah betenya Gisel berucap.
“hapus foto ituu!!” Fael berkata dengan ketus.
“t-tapi kan..”
“hah? Foto?” ucap Nanda Memperhatikan Fael.
“e-eeh bentar deh, kayaknya guaa ngeh” ucap Gisel sambil mengutak-atik hpnya.
“ini yaa” sambung Gisel dengan melihatkan foto ke-arah Fael. Aku sempat melihatnya! Foto Fael dan Fajar! Terlihat akrab dan sangat dekat, mereka memakai baju dengan motif yang sama hanya saja warnanya yang berbeda kemudian aku melihat Fajar yang menyenderkan kepalanya dengan Fael!. Fael tidak merespond melihat foto itu.
“wahahaaaaaaaa” sambung Gisel dengan tawanya.
“pasti karna captionnya ya kan?” dengan terkekeh Gisel ucap.
“ohhh jadi karna foto ituu” ucap Misca dan Nanda ber-barengan.
“jiaaah.. kok bisa samaan.. jangan2 kalian kembar” celetuk Agus.
“Najong” tolak Nanda menolak dengan mengangkat sedikit tangannya mengarah ke Misca yang berada di-sampingnya.
“iyyuuuuuuuh bangeeeeeeeeet” sahut Misca dengan berlagak ingin muntah.
Kami semua tertawa waktu itu terkecuali Fael yang terus menatap ketiga cewek itu.
“ohh yaa btw gimana eluu dengan Ana?” tanya Misca antusias.
“oooooh iyaaa guaa ampe lupa.. gimana nih? Berkelanjutan yaa?” tanya Gisel.
“pasti udaah ehem-ehem malam tadi” ucap Nanda sambil mempertemukan kedua jari telunjuknya. Aku sedikit terkejut mendengar perkataan Nanda dan kedua telunjuk Nanda yang bertemu itu menandakan adanya sesuatu yang terjadi.
“udaah cukup! basa-basi luu-luu pada yang menanyakan hubungan guaa dengan Ana” Ucap Fael dengan tegas.
“kalian kan yang merencanakan semuanya?” sambung Fael. Eh? Aku tidak salah dengar?? Kenapa Fael berucap seperti itu? aku bisa terkena imbasnya. Bukannya Fael sudah berjanji tuk merahasiakannya??
“hah?” Misca berkata.
“hellaaw” Nanda berkata.
“maksud luu?” Gisel bertanya. Aku sempat memejamkan mataku lama karena aku takut jika Fael menyuruhku tuk menjelaskannya.. lalu aku melihat Fael yang berada di-sampingku menatapnya tidak percaya dia telah berbohong. Kemudian Fael telah merasa aku memperhatikannya namun dengan spontan Fael mengedipkan matanya ke-arah ku. Apa maksudnya??
“Gus, jelaskan!” dengan cepat Fael menoleh ke-arah Agus dan menepuk tangan Agus. Eh? Agus? Ketiga cewek itu langsung menatap Agus dengan intens.
“ohh ok baiklah” dengan santainya Agus berkata.
“kalian bertiga gak perlu lagi nooh tanya-tanya bgituan”
“maksudnya?” Misca menatap tajam ke-Agus.
“Raffa udah tau..”
“jadi gini nih ceritanya…”
Agus menceritakan panjang lebar ke-cewek bertiga itu di-tambah namaku yang di-sebut-sebut oleh Agus. Aku sempat terkejut, mengapa aku di-ikut sertakan? Tapi aku melihat Fael yang melototin Agus yang terus saja berbicara itu dan tidak lama Agus berhenti bicara. Aku takut sekali jika cewek bertiga itu marah terhadap ku. Bagaimana jika aku pulang nanti? Apakah aku akan dicegat oleh mereka bertiga??
“hihi jadi udaah kebongkar yaa” ucap Misca dengan nyengirannya.
“bagus sih kalau eluu udah tau” ucap Nanda dengan senyum ganjilnya.
“kedok udah terbongkar. Wuuahahaaaa” Gisel tertawa lebar.
“tapi seriusan nih Raff, gimana hubungan luu dengan Ana?” tanya Misca berhati-hati. Fael hanya menghela nafas lalu menoleh ke-arahku? Aku? Aku? Mengapa aku?
Semua mata tertuju padaku saat itu.. aku bingung, kenapa aku diperhatikan seperti ini?
“udah-udah kali Raff, kasian anak orang” Agus berkata demikian. Mereka pun tertawa lebar melihat polahku yang sedikit takut ini. Apa maksudnya? Aku heran.
“eluu kok kayak takut gitu” Fael berucap masih dengan melihat wajahku. Aku hanya terdiam melihat wajahnya secara dekat ini.
“tenang aja kali Raffa” aku terkejut ketika Nanda memukul pelan tanganku.
“kami bertiga gak marah sama eluu kok” sambung Nanda dengan senyumnya. Aku hanya membalas dengan nyengiranku saja hihi.
**
*saat hendak pulang sekolah*
Aku duduk dibangku sambil bersiap-siap hendak pulang sekolah, segorombolan siswa-siswi lain keluar bgitu cepatnya dari kelas. Aku melihat Nanda yang masih bersikukuh memegang cerminnya memperhatikan wajahnya yang cukup cantik itu bagiku lalu aku tersadar Fajar berada duduk di-samping kiriku (berada di-sebrang bangku)
“ehh nyai… luu di-liatin Raffa baru noh” aku terkejut bukan main ketika Fajar berucap seperti. Ohh iyaa Fajar telah menjulukin aku dengan sebutan “Raffa Baru” aku sempat tertawa kecil mendengar perkataan Fajar, lalu Fael merasa dirinya sebagai “Raffa Lama” Fael lucu sekali ketika marah. Saat itu lah Fael marah-marah ke-Fajar lagi dan sepertinya sampe sekarang hihi.
“duuh maaf beib, aku lupa.. duuh salah ucap deh guaa” Fajar beranjak dari bangku yang iaa dudukin.
“beb bab beb..!!” sewot Fael beranjak dari bangku.
“maaf beib, aku keceplosan.. hehee, elu cemburu ya?” mengikuti Fael yang duduk di-posisi tengah kelas.
“najis… guaa marah karena foto!! apa luu gak ingat?” aku hanya memperhatikan dari bangku-ku.
“duuuh mulai lagi deh pertengkaran suami istri.. cuman masalah foto doang” ucap Nanda sembari memasukan cermin kecil ke-dalam tasnya.
“emangnya ada yang salah dengan foto itu Nan?” Nanda menoleh lalu menghadap ke-arahku dengan mengutak-ngutik hapenya.
“bukannya eluu dah liat tadi”
“bentar guaa liatkan lagi yaa”
“tuuh coba baca” dengan menyodorkan hpnya ke-arah wajahku. Aku melihat isi dari foto itu.
Best of Couple Goal dengan emotikon kiss
Jadi itu yang membuat Fael marah? Bukannya mereka sahabat? Kok Fael seperti itu?
“masih belum ngerti?” tanya Nanda. Aku menggelengkan kepala, kembali Nanda mengutak-atik hpnya sebentar.
“nih..!” aku melihat ada beberapa komentar dan komentarnya bagus-bagus saja apa yang salah?
“eluu liat akun yang bernama Michell?” ucap Nanda masih menyodorkan hpnya ke-arah mataku.
“itu kakaknya Raffa” aku masih bingung waktu itu.. kakaknya merespond dengan baik saja dengan foto itu.
“masih belum ngerti juga? Yaa ampunn pintar matematika kok bgini yaa!” sembari tertunduk lesu.
“Raffa gak suka kalau Fajar memposting foto itu dengan caption kayak gitu di-tambah lagi dengan kiss emotikonnya, nah terus ituu kakak nya Raffa kan ngeliat foto itu.. eh kakaknya Raffa malah ngerespond bgitu.. jadi makin badmood deh si Raffa.. apa jadinya kalau kakaknya Raffa ngasih tau ke-orang tua Raffa?” terang Nanda memberitahu.
“tapi kan mereka bersahabat sudah lama” aku menjawab.
“e-eh iyaa juga sih yaa.. elaaah gak tau dah guaa” dengan mengibaskan tangannya.
Aku menoleh ke-arah pintu kelas yang terlihat Agus, Gisel dan Misca masuk ke kelas kami.
“yaa amppuun masih aja yaa sampe sekarang cape deh” ucap Misca yang berada di-dekat Fael dan Fajar, lalu Nanda beranjak dari bangkunya mengampiri mereka di-susul aku juga.
“Raffa, plis guaa mohon!” Rengekan Fajar makin jadi.
“kalian berdua kenapa sih?” tanya Misca memperhatikan mereka berdua.
“kan sudah guaa bilang, kalau eluu ganti tuu caption.. guaa bakalan tutup mulut” sepertinya Fael benar-benar kesal. Tangan Fajar ditepis begitu kuat oleh Fael. Ehh? Tutup mulut.. maksudnya??
“t—tap-tapi kan..”
“guaa sayang ama eluu, makanya guaa buat caption begitu” sambung Fajar. Eh? Sayang? Aku tidak salah dengar? Sayang sebagai sahabat kah?
“dasar gilaak!!” teriak Nanda yang berada di-sampingku.
Seketika itu juga aku terkejut melihat Fajar yang memeluk Fael dari belakang, pelukannya sangat erat sekali. Fael sedikit meronta karena pelukan Fajar tapi Fael sempat melirikku. Aku tidak tahu dari tatapannya itu.
“gilak yaa kalian berdua, udaaah aah guaa mau cabut. Yuk Nek! Yuk Ibu pejabat!” ucap Misca mengajak ke-dua cewek itu.
“kami duluan yaa, dadaaah semua kesayangan yang gilak-gilak” sambil meng-kissbye kami ber-empat para cowok-cowok. Hihi Nanda lucu, cewek-cewek pun hilang dari kelas.
“bro.. sini dulu bro” ajak Agus yang berdiri di-dekat meja guru. Aku melangkahkan kakiku menuju Agus.
“eluu mau ikutan lomba gak??”
“lomba apa?” tanyaku.
“umm bentar…” dengan mengubrak-abrik tasnya.
“nihh” memberikan sebuah kertas ke-aku. Aku melihat isi kertas itu tertulis lomba cerdas cermat Matik antar SMA. Eh? Kok aku??
“gimana mau ikutan?” tawar Agus dengan mengangkat kedua alisnya.
“sepertinya aku tidak bisa” jawabku menyerahkan kertas itu lagi ke-Agus. Agus hanya menghela nafas panjang menerima kertas itu lagi.
“okk kalau memang tidak bisa” Agus tersenyum ke-arahku. Kami berdua memperhatikan Fael dan Fajar yang masih saja posisi seperti tadi. Tapi yang membuat aku terkejut adalah… Fajar mencium sudut bibir Fael. Cium? Mencium? Fajar pun melompat ke atas meja dan melangkah dengan cepat keluar kelas di-susul Agus yang mengejar Fajar.. aku terkejut bukan main melihat polah mereka berdua, Fajar yang mencium sudut bibir Fael.. Fael hanya teriak saja memanggil nama Fajar tanpa mengejarnya. Sangat aneh!
**
“mau yaa.. yaaa.. plis” kali ini Fael yang merengek-rengek ke aku. Dia sangat ingin sekali mengajakku makan siang hari ini. Bukan makan siang saja, Fael juga ingin memberikan apa saja yang aku mau terkecuali mobil, berlian dan rumah hihi.
“aku gak suka kamu udah ngerampas hpku tadi” ucapku. Iyaa benar! Fael merampas hpku yang jelas-jelas aku hendak ingin meminta izin ke-ibuku bahwa aku pulangnya agak telat. Tapi sayang sekali justru Fael yang berbicara. Aku tidak tahu nada bicara ibu sperti apa. Apa ibu tidak marah dan curiga?
“hehee maaf yaa..” dengan tawa malu-malunya. Aku tidak merespon ucapannya.
“Raffa pliss yaa.. guaa mohon! mau yaaa.. pliss” dia lucu sekali jika merengek-rengek seperti ini dengan menarik-narik baju yang aku pakai. Ohh iyaa baju yang aku pakai ini adalah baju kaos Fael.. aku sangat senang sekali memakai baju Fael. Sebelumnya aku di-bawa menuju rumahnya tuk mengganti pakaian lalu melaksanakan shalat jum’at.
“looh gak jadi jalan nih??” aku mendengar suara kakaknya Fael. Sekarang aku berada di-teras rumah Fael.
“cepetan giih jalan sekarang.. jadinya gak bgitu malam pas adek pulang” seru kakak Fael.
“tuuh dengerin tuuh” ucap Fael kemudian terlihat senyum kemenangan. Aku hanya bisa menghela nafas. Hhuuuh!
“adek pamit dulu yaa kak” memeluk singkat kakaknya.
“yuuk Raff” ajak Fael.
“kak s-saya pergi dulu..” ucapku berpamitan ke kakaknya yang cantik itu.
“jaga adek kakak yaa” menepuk bahuku dan mengedipkan mata kanannya. Ku balas dengan senyumku.
Aku melangkahkan mengikuti langkah Fael keluar dari pagar rumahnya. Eh? Kita kemana?
“k-kita kemana” tanyaku heran melihat Fael keluar dari pintu pagar.
“yaa jalan, emang kemana?” dan Fael berhenti di-depan mobil warna putih.
“k—k-kita naik mobil?” ucapku terbata-bata.
“iyaaa” jawab Fael singkat.
“yuuk masuk” ucap Fael membukakan pintu mobil.
“kok bengong aja, ayoo masuk..” sambung Fael.
“i-iyaa” sahutku melangkahkan kaki menuju pintu mobil yang telah di buka Fael lalu masuk ke-dalam mobil dan tutup oleh Fael. Apa ini mobil milik Fael?
“ummm, pasang safety beltnya gih” ucap Fael yang sudah berada di-dalam mobil juga dengan kesibukannya yang hendak memasang sabuk pengaman.
“hei.. kebalik tuuh eluu masangnya” melihat ke-arahku yang sudah memakai sabuk pengaman. Kebalik? Aku pun menunduk dan terlihat safety beltnya terpasang terbalik. Aku grogi sekali berada di-dalam mobil berduaan dengan Fael.
“sini biar guaa pasangkan” dengan beraninya Fael mendekati aku bermaksud tuk membenarkan sabuk pengaman yang aku kenakan terbalik itu. mata kami berdua lagi-lagi bertemu namun kali ini lebih dekat dari biasanya. Aku sampai bisa merasakan deru nafas Fael yang mengambil oksigen dunia. Apakah aku terlihat gerogi? Ahhh Fael!!!
**
Saat hidangan yang telah kami pesan datang di-meja kami, dengan antusiasnya Fael menyambut makanan itu. aku sebenarnya tidak suka Fael membawaku ke-mari! Rumah makan yang cukup mahal bagiku, aku bisa melihat daftar menunya yang cukup menguras dompet namun Fael tetap saja bersikukuh tuk makan di-sini karena dia ingin aku mencoba masakan ala-ala barat ini. Fael sempat bertanya apakah aku pernah makan di-sini dan tentu aku jawab belum pernah dan itu menambah senyum lebarnya Fael tuk tetap berada di-sini.
“Raffa!” tegur Fael.
“eluu kenapa?”
“hei!”
Aku sempat memikirkan adekku yang berada di-rumah sendiran.. apakah adekku tidak kesepian?? Saat memikirkan adekku muncullah sosok wanita yang telah melahirkan aku di-dalam pikiranku. Ibu!! Aku takut jika ibu curiga terhadapku. Bagaimana nasibku jika aku pulang nanti? Nasib baik jika ibu merespon kehadiranku pulang kerumah, tapi bagaimana jika sebaliknya?? Tapi aku sempat berfikir bahwa ini merupakan cara yang dapat mengetahui kondisi ibu yang sesungguhnya! Ibuku cenderung sensitif jika melihat orang atau sekelilingnya yang bisa di-bilang ibu tidak menyukainya, bahkan terkadang ibu mendiamkan anak-anaknya selama seminggu lebih. Hal itu pernah aku alami dengan adekku aku juga tidak tahu apa yang salah dari aku dan adekku sehingga ibuku mendiamkan kami berdua padahal kami berdua saat itu tidak melakukan kesalahan apa-apa
“gak suka yaa?”
“eluu sakit?” sontak aku sedikit terkejut tangan Fael menyentuh keningku.
“bicara dong!”
“yaa sudah, kalau gitu kita pulang” sambung Fael.
“tapi makanannya belum habis” itulah yang terucap dari bibirku. Aku masih memperhatikan makanan yang telah dipesan ini. Aku juga memikirkan apa aku bisa memakan makanan ini?
“yaa kalau gitu di-makan dong!” aku tidak merespon ucapannya.
“heh!! Apaa sih mau luu!” sontak aku terkejut mendengar nada tingginya itu. yang awalnya aku hanya memperhatikan makanan di-depan mataku, kali ini aku melihat dan memperhatikan wajahnya yang sedikit marah itu. maaf Fael!
“kamu lucu yaa kalau marah” ucapku. Aku menganggap kemarahan Fael adalah sebuah guyonan. Mengapa? Karena jika Fael marah wajahnya dan telinganya sedikit merah. Lucu sekali! Ditambah wajahnya yang tidak ada tampang sangar sama skali.
“apaa luu!!”
tuhh kan.” Wajahnya terlihat makin lucu saja.
“gilak luu yaa!”
“aku suka kalau ngeliat kamu marah-marah gitu” aku akuin aku lebih suka melihat Fael marah
“aneeh luu!”
“wajahmu lucu kalau lagi marah” akupun tertawa lebar waktu itu hehe.
“gak lucu!”
**
“aku harus pulang Raff”
“ehh, kok gitu.. bentaran napa.”
“ini hampir malam”
“kan guaa sudah izin sama nyokap eluu”
“emang izinnya sampe malam?”
“ho”oh”
“jangan bercanda”
“tadi guaa.. umm hehe”
“tuh kan bercanda”
“guaa serius! Tadi pas eluu ke-toilet guaa nelpon nyokap eluu lagi dan guaa bilang sama nyokap eluu kalau eluu sampai malam karna tugas kita yang padat hehe”
“astaga Raffa!!... aku udah dua kali bohong dengan ibuku” jawabku. Ternyata benar Fael menelpon ibuku lagi dan itu memakai hp buntutku lagi.
“kamuu pakai hpku lagi!!”bisa-bisa tamat riwayat ku kalau pulang nanti T.T
“hehee i-iyaa maaf yaa”
“…”
“jangan marah dong”
“….”
“jangan marah dong Raffa pliss” aku hanya tersenyum kecil mendengar permohonan Fael.
Tak lama kemudian mobil Raffa memasuki parkiran, ini dimana? Eh? Kok ada lampion?
“udah sampe.. hehee yuuk turun” ajak Fael lalu menutup pintu mobilnya.
“ayook turun tuan putri” Fael membukakan pintu mobil dari luar. Aku malu ketika Fael berucap seperti itu karena ada beberap cewek yang melintas di-dekat kami.
Akupun keluar dari mobil dan pintu mobil di-tutup oleh Fael. Kami mengantri tiket tuk memasuki taman lampion ini, di-dalamnya juga terdapat wahana-wahana kecil yang bisa dibilang untuk anak-anak namun ada juga untuk yang dewasa. Setelah kami mengantri tiket kami berdua masuk ke-dalam dan duduk di-kursi taman.
“kok kita kesini?”
“karna guaa bosan ke-mana-mana, lagian guaa belum pernah kesini”
“sekarang apaa yang eluu mau?” sambung Fael.
“maksudnya?”
“kan guaa udah bilang, bakalan ngasih sesuatu ke eluu, masa lupa?” apa ini waktu yang tepat?
“Raffa!” aku terkejut Fael menepuk tanganku.
“ehh iyaa apa?” sahutku.
“huuh!! mending guaa ngomong amaa tembok yaa”
“hehe”
“gak lucu!”
“cepetan eluu mau apa dari guaa?” sambung Fael.
“aku gak mau apa-apa”
“eluu mau pacaran?” p-p-p-pacaran?? Apa aku tidak salah dengar?
“hah?”
“ehh maksud guaa eluu mau pacar?” p—p—pacar??
“Pacar?”
“e-e-eluu mau apa?”
“kan aku sudah bilang gak mau apa-apa”
“Raffa!” kali ini dengan pukulan yang cukup kuat memukul tanganku. Aku sedikit mengaduh kesakitan.
“kok kamu maksa?” sambil mengusap tanganku.
“karna guaa udah janji”
“janji sama siapa?”
“haaaaah!! eluu gak perlu tau”
“eluu mau jawab atau guaa tinggal di-sini” sambungnya lalu berdiri dari bangku taman.
“kok kamu maksa?” ucapan itu lagi yang aku ucapkan.
“Raffa, please! Eluu tau sendiri kan! Eluu udah banyak ngebantu guaa, pertama, eluu udah ngasih tau ke-mereka kalau guaa lagi galau dengan Ana, kedua.. eluu udah ngebantu guaa ngerjain tugas dari pak Damar dan ketiga eluu udah nyenengin hati guaa, guaa seneng kita tertawa bareng.. guaa seneng berteman dengan eluu.. guaa juga seneng dekat sama eluu!”
F-F-F-Fael mengatakan hal itu? apa aku tidak salah dengar?? Apa aku sedang bermimpi? Dia senang dekat sama aku? Dekat? Senang? Apakah ini waktu yang tepat? Pikiranku kalut sekali!
“aku mau … kamuu …”
Sebaiknya aku harus …….
@lulu_75 @Abdulloh_12 @awi_12345 @QudhelMars @Aurora_69 @abyyriza
Keterlaluan ceritanya bikin aku mak serrr wkwk