It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku duduk disamping Ugi yang sibuk makan camilan yang dibawakan mas Wawan untuknya. Aku gak tau apa nama cemilan itu bentuknya seperti cacing warnanya kekuningan, tapi waktu kucicipi rasanya ternyata enak, gurih juga renyah. Sankin asiknya, aku dan Ugi jadi rebutan.
"Ehem ehem, Firman Ugi" kami menoleh bersamaan pada ayah yang terlihat risih dengan tingkahku dan Ugi.
Ugi buru-buru merebut plastik berisi cemilan ditanganku lalu meletakannya jauh dariku. Ugi takut sama kakaknya yang melotot gemas dengan tingkahnya. Tapi dia tetap egois dengan meletakan cemilan itu jauh dari jangkauanku artinya Ugi gak mau berbagi denganku.
Kutendang kaki Ugi kesal, Ugi balas menyikutku dengan bahunya. Kuinjak kakinya, Ugi menjepit leherku dengan lengannya. Kugigit lengan Ugi yang melingkar dileherku. Ugi menjerit lalu menarik pipiku.
Baru aja aku mau balas, Ugi sudah mengaduh lebih dulu. Lalu melepas jepitannya dileherku. Ugi menunduk setelah mendapat jitakan dari kakaknya, sementara ayah hanya memijat pelipisnya melihat ulah kami.
"Kalo Firman sama Ugi gak bisa tenang, ayah balik lagi aja ke Bali" ucap ayah seraya menatapku dan Ugi bergantian.
"Maaf yah" sesalku sambil menyikut Ugi. DUG! Ugi menjitak kepalaku.
"Ugi !!" mas Wawan melotot lalu menarik Ugi duduk disampingnya dan menyuruh temannya itu duduk disampingku. Teman mas Wawan itu hanya tersenyum saat bertemu mata denganku.
"Ini teman saya om, namanya Burhan" jelas mas Wawan
"Jadi apa benar mas Burhan ini bisa liat setan?" tanya ayah, sementara orang bernama Burhan itu menggeleng sambil tersenyum. Dia senyum aja dari tadi.
"Saya hanya bisa liat kalo setan itu menampakan wujudnya" ucapnya
"Yee kalo gitu, aku juga bisa" celetuk ku
"Firman, sebenarnya om juga gak begitu yakin kalo dirumah ini ada setannya selain anak dua ini" ucap ayah sambil menunjuk padaku dan Ugi.
"Tapi karena Firman ngotot nyuruh om bongkar kamar. Om jadi kepikiran juga. Makanya om mau minta tolong sama mas Burhan" sambung ayah lagi.
"Boleh saya liat kamar firman, om?" ucap mas Burhan
"Silahkan" ucap ayah lagi
"Ayo mas, aku yang tunjukin" ucapku semangat lalu berjalan menuju kamarku.
Saat masuk kamarku, reaksi mas Burhan biasa-biasa aja. Dia hanya menatap tembok yang kutunjukan padanya sekilas. Lalu menatap ayah hingga membuat ayah kikuk.
"Bagaimana mas Burhan?" tanya ayah menutupi kikuknya. Mas Burhan tampak tersentak tapi dia gak menjawab pertanyaan ayah.
Ahh aku gak puas dengan reaksinya itu.
"Maaf om, mungkin sebaiknya saya dan om bicara secara pribadi aja, karena...." ucap mas Burhan kemudian.
"Gak boleh, aku harus tau" potongku menyela ucapan mas Burhan. Ayah mengusap kepalaku.
"Baiklah, tapi hari ini om ada kerjaan. Mungkin besok kita bisa ngobrol lebih jauh" ucap ayah, aku ingin protes tapi ayah menahan bahu ku. Kenapa?? Apa yang mereka tutupi dariku?
Gak lama setelah itu mas Wawan dan mas Burhan berpamitan. Dihalaman rumah kami berpapasan dengan papa mbak Denok yang sedang berdiri diteras rumahnya.
Ayah tampak sangat terkejut, sampai tanpa sadar ayah menjatuhkan ponsel yang sejak tadi digenggamnya. Sementara papa mbak Denok langsung berjalan menghampiri kami tepatnya menghampiri ayah.
"Haris?? Ini kamu?" ucap papabak Denok sambil mencengkram bahu ayah, ha??? ternyata papa mbak Denok kenal ayah. Sementara ayah masih shock sepertinya, karena ayah hanya diam.
Reaksi berbeda kulihat dari mas Burhan, dia gemetaran sambil memegangi kepalanya. Gak lama mas Burhan pingsan. Dia kenapa??
Aku hanya bisa menggaruk kepala ku, aku bingung.
Btw, kayanya mbak denok ada sesuatu sama papanya firman...
@Arielz09
@Chu_Yu7
Kami mengotong tubuh mas Burhan kembali kedalam rumah, lalu membaringkannya disofa. Mas Wawan menepuk-nepuk pipi mas Burhan mencoba menyadarkannya.
Sementara Ugi membaui mas Burhan dengan minyak angin. Aku hanya memandangi mereka dari ruang keluarga, sesekali menatap kekamar ayah yang terletak dekat ruang keluarga. Reaksi ayah saat bertemu dengan papa mbak Denok membuatku terusik. Apalagi saat ini keduanya tampak sibuk berdebat. Mereka bicara dikamar ayah yang terbuka pintunya. Ayah terlihat frustasi, sesekali ayah bicara sambil berjalan mondar mandir.
Sementara papa mbak Denok terlihat lebih tenang. Dia kadang merangkul juga memeluk ayah, meski ayah berulangkali menepis tangannya. Mereka sepertinya pernah punya ikatan khusus. Aku bisa rasakan itu dari gerak tubuh papa mbak Denok.
"Permisi.... Maaf saya ganggu, apa papa saya ada disini?" suara perempuan yang sangat familiar ditelingaku membuat fokusku pada ayah terganggu.
"Mbak Denok, masuk" Ugi mempersilahkan.
"STOP FIR !!" tiba-tiba kudengar suara ayah cukup keras.
Papa mbak Denok menghela nafas lalu keluar dari kamar. Dia menatapku lama sebelum akhirnya keluar dari rumah di ikuti mbak Denok dibelakangnya.
Ugi menatapku meminta penjelasan, aku menggeleng sambil menggedikan bahu ku. Ku langkahkan kaki ku menuju kamar ayah. Ayah tampak duduk disisi tempat tidur, dia menunduk sambil memegangi kepalanya.
"Ayah" ucapku sambil mendekatinya. Ayah terlihat gugup dan buru-buru menyeka airmatanya.
"Nak, Burhan sudah sadar?" ucap ayah parau.
"Ayah nangis?"
"Ah gak, mata ayah kemasukan debu" elak ayah mencoba tersenyum.
"Yah, Firman tadi nguping pembicaraan ayah sama papa mbak Denok. Apa papa mbak Denok itu pacar ayah?" tanyaku penasaran.
"Kamu ngomong apa nak? Ayah gak pacaran sama dia"
"Tapi tadi Firman liat ayah dipeluk sama papa mbak Denok" ucapku sambil memeluk lengan ayah.
"Ayah gak mau Firman temani?"
"Ayah mau, tapi sekarang ayah pingin sendiri dulu. Boleh?" aku hanya mengangguk lalu beranjak dari kamar ayah. Ayah sepertinya sedih.
Sebenarnya ada hubungan apa antara ayah dan papa mbak Denok?
"Kenapa Firman gak boleh tau mas?" Eh?? Aku gak boleh tau apa? Aku berjalan perlahan mendekati Ugi dan dua mas mas itu.
"Iya Bur, lebih baik kamu ceritakan aja apa yang kamu liat" kali ini suara mas Wawan. Aku berjongkok disamping bufet besar yang membatasi ruang keluarga dan ruang tamu.
"Aku mau ceritakan apa yang kulihat tadi dengan om Haris dulu" ucap mas Burhan, sebenarnya dia liat apa? Ada cerita apa?
"Udahlah, ceritakan aja ke Firman terus biar dia dan ayahnya yang selesaikan. Inikan masalah keluarga mereka. Daripada kamu sakit kepala terus Bur. Ugi gak boleh ikut campur, ngerti" ucap mas Wawan panjang lebar.
"Memang mas Burhan liat apa?" tanyaku penasaran.
Jangan bikin mati penasaran ya ka @seabird
gug la, aku kan cintah kak @Arielz09
sinih kak @Arielz09 tak perawanin duluh gyaaaa