It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Arielz09
@Chu_Yu7 menggelesoh itu duduk merosot kebawah karena lemas, bukan bahasa minang.
@Rara_Sopi huhuhuhu mari kita pastikan siapa sebenarnya pembunuh yg asli.
"Om, om gak apa-apa?" tanya Ugi sambil menyentuh lengan ayah. Ayah menatap Ugi lalu menatapku. Sebelum akhirnya tersadar dari lamunannya ketika melihat luka dilengan dan pergelangan kaki ku.
"Ya Allah nak, ayo obati luka mu" ucap ayah lalu memapahku ke dalam kamarnya.
"Gi, ambilin kotak obat ya" ucap ayah lagi, Ugi segera keluar dari kamar ayah. Ayah menaikan kedua kaki ku ketempat tidur. Lalu melipat lengan baju ku.
Sebenarnya aku ingin bertanya tentang siapa Suci? Dan kenapa setañ kepala itu tau nama ayah? Tapi aku enggan mengucapkannya.
Ugi meletakan kotak P3K disisi tempat tidur lalu keluar lagi dari kamar. Mungkin Ugi membereskan sisa pecahan gelas yang berserakan dilantai.
Ayah mengobati luka ku dalam diam, sementara aku memandangi kamar ayah dan mendapati tembok kamar yang berbentuk segi empat disudut kamar. Kenapa harus dibentuk seperti itu sih? Bikin sempit aja, batinku.
"Nak, maafkan ayah" ucap ayah setengah berbisik.
"Kenapa ayah minta maaf sama Firman?"
"Ayah belum bisa menceritakan semuanya pada mu, nak"
"Ayah, Firman gak maksa ayah cerita"
"Kamu jadi luka begini, semua karena ayah. Ayah salah nak, maafkan ayah" ayah memeluk ku erat. Aku sendiri belum memberitahu ayah kalo kepala setan itu dikubur digudang. Pikiranku berputar-putar.
Paginya kami melakukan rutinitas seperti biasa, aku dan Ugi kesekolah diantar ayah karena pergelangan kaki ku bengkak. Sebenarnya ayah melarangku ke sekolah tapi aku ngotot mau sekolah. Aku gak mau ditinggal sendirian dirumah. Gimana kalo setan itu muncul lagi lalu mencekik ku.
"Ya ampun Gi!!!"
"Apa?"
"Aku gak bawa baju olahraga" ucapku sambil menepukan tanganku ke kepalaku sendiri.
"Kamu ijin ajalah, kaki mu bengkak gitu"
"Tapi Gi, kalo gak pake baju olahraga gak mungkin di ijinin sama pak Ari" keluhku, mengingat seperti apa galaknya guru olahraga ku itu.
"Nanti jam istirahat aja kamu ambilnya, Man" ucap Ugi sambil menatap ku. Aku mengangguk setuju.
"Gi"
"Hmm"
"Kalo ayahku benar membunuh wanita itu. Berati aku anak pembunuh, kamu masih mau berkawan sama aku?" Ugi menatapku lama, lalu mengusap pipi ku lembut.
"Kamu gak perlu khawatir soal aku, Man. Aku gak akan kemana-mana" ucap Ugi masih mengusap pipi ku. Jantungku berdebar karena ulahnya. Ugi menatapku, kubalas tatapannya. Untuk beberapa saat kami saling pandang sebelum akhirnya Ugi terkejut sendiri dengan ulahnya. Ugi buru-buru menarik tangannya dan menunduk dengan wajah merah padam.
Aku sendiri masih deg-degan gak jelas. Aku bingung dengan perasaanku sendiri.
Selama pelajaran, aku terus aja kebayang-bayang wajah ayah saat menatap kepala itu. Ayah terlihat sangat kaget. Sebenarnya cerita apa yang ayah sembunyikan dariku? Siapa pembunuh wanita itu? Dan kenapa arwahnya baru muncul sekarang setelah sekian lama kami tinggal dirumah itu? Kenapa bisa ada mayat manusia terkubur disana tapi aku gak tau? Apa ibu tau? Atau aku cerita aja sama ibu?
Sampai didepan rumah aku mendapati mas Burhan sedang berdiri diteras rumahku. Ada apa dia kerumah ku?
"Mas" panggilku saat jarak antara kami lebih dekat.
"Dek Firman, mas harus bicara dengan om Haris" ucap mas Burhan serius.
"Ayah kerja mas, ada apa? Kita masuk dulu yuk ngobrol didalam aja" ajak ku, mas Burhan memperhatikan langkah ku sejenak.
"Kaki mu kenapa dek?" tanya mas Burhan, dia pasti heran melihat jalanku yang terpincang-pincang.
"Aku jatuh mas" jawabku asal
"Sampai begitu?" aku hanya cengengesan menanggapi omongan mas Burhan.
"Oh iya, mas mau cerita apa sama ayah?" tanya ku sambil mempersilahkan mas Burhan duduk.
"Dirumah mu ini dek, dimana ada lemari besi?" tanya mas Burhan
"Lemari besi? Kayaknya gak ada mas"
"Ada, tubuh wanita itu ada didalamnya dek"
"Hah? Tapi setauku kami gak punya lemari besi mas"
"Ada dek, mas boleh periksa rumah mu ya?" ucap mas Burhan ngotot.
"Silahkan, mas mau mulai darimana?" tanyaku akhirnya.
"Kamar mu, dek" ucap mas Burhan, aku lalu mengajaknya kekamar ku. Mas Burhan memandangi kamarku dengan serius.
"Gimana mas, ada?" tanyaku, mas Burhan menggeleng lesu.
"Kita periksa kamar Ugi" ucapku semangat, mas Burhan segera mengikuti langkah ku.
Lama mas Burhan menatap seisi kamar Ugi kemudian dia menggeleng lagi.
"Gak ada juga mas?" tanyaku penasaran.
"Gak ada, cuma penuh aura Ugi" sahut mas Burhan
"Aura?" aku bingung dengan ucapan mas Burhan.
"Nanti dek Firman juga tau" ucap mas Burhan lagi.
"Kita ke kamar ayah, ayok" tapi baru aja kami mau ke kamar ayah. Kudengar suara mobil ayah masuk kehalaman rumah.
Ayah pulang tapi gak sendiri, dia bersama seseorang. Aku berniat menghampiri ayah tapi mas Burhan menahan langkahku. Dia meletakan jari telunjuknya dibibir. Menyuruhku untuk diam dan bersembunyi, aku menuruti kemauannya.
"Ris, setelah sekian lama gak ketemu. Apa kamu gak kangen aku?" orang itu mulai bicara. Rasanya aku kenal suara itu.
"Gak, aku gak pernah kangen kamu" sahut ayah kesal.
"Kamu bohong Ris, aku tau kamu gak bisa lupain aku. Buktinya kamu menamai anak mu dengan namaku" Ehh?? Jadi namaku sama dengan nama orang itu?
"Kamu makin ngaco Fir" ucap ayah lagi
"Ris, kamu gak ingat tempat ini? Rumahmu ini dulu bekas gudang milik ayahku"
"Apa??" kudengar nada suara ayah seperti terkejut. Jadi rumahku ini dulunya gudang??
"Kamu beneran gak ingat Ris? Aku gak nyangka kamu yang beli gudang ayah ini. Padahal aku nyariin kamu kemana-mana Ris, ternyata kamu ada didekat ku dan aku gak tau. Apa kamu ingat Ris dulu tiap ketemu kita pasti bercumbu sampai puas. Mengingatnya membuatku ingin mengulangnya lagi" tiba-tiba orang itu mencengkram tubuh ayah. Ayah yang gak siap dengan gerakan orang itu langsung terhimpit dibawah orang itu.
Aku terkejut saat orang itu memutar tubuhnya. Dia ternyata papa mbak Denok.
"Lepaskan aku Firman!!" bentak ayah sambil meronta
"Kamu masih manis seperti dulu Ris" lalu tanpa kusangka papa mbak Denok alias om Firman menciumi ayah dengan brutal.
Aku hendak berlari menolong ayah tapi lagi-lagi mas Burhan menahan ku.
Ayah menggunakan kakinya untuk mendorong tubuh om Firman yang menindihnya membuat om Firman terjungkal kebelakang.
"Kamu gila Firman!!" ayah berteriak keras. Sementara om Firman justru tergelak. Tawanya sangat menyebalkan.
"Dia datang" bisik mas Burhan
"Siapa?" tanyaku gak ngerti.
"Wanita itu, lihat" mas Burhan menunjuk kearah kamar ayah.
Om Firman menarik tubuh ayah lalu membawanya masuk dalam kamar. Ayah meninju wajah om Firman tapi sepertinya tinju ayah gak berati apa-apa untuk om Firman. Om Firman justru semakin beringas, dia menendang ayah. Aku gak tahan melihat semua ini, aku segera berlari untuk menolong ayah.
"Ayah, ayah gak apa-apa?!" tanyaku cemas.
"Wah wah lihat siapa yang datang" ucap om Firman lalu menarik ku dan mengalungkan lengannya kuat dileherku membuatku tercekik.
"Jangaan Fir, lepaskan dia" ucap ayah berusaha menolongku. Aku terbatuk-batuk karena nafasku sesak. Kucoba berjinjit tapi kaki ku nyeri sekali.
"FIR!! Kumohon lepaskan anak ku" ucap ayah mulai panik.
"Baiklah, aku akan lepaskan dia tapi kamu harus mengikuti kemauanku" ucap papa mbak Denok ngelunjak.
"Iya aku akan menuruti mu tapi lepaskan dulu anak ku" ayah semakin putus asa. Kenapa aku malah membuat posisi ayah semakin sulit. Dan kenapa mas Burhan cuma berdiri mematung didepan pintu? Apa yang dilihatnya.
"Lepaskan pakaian mu, Ris" ucap papa mbak Denok atau om Firman.
"Apa? Kamu jangan becanda Fir"
"Aku serius, cepat lepaskan atau anak mu mati" om Firman mencekik ku hingga membuat tubuhku menggantung, aku gelagapan karena gak bisa bernafas.
"Baik baik aku lepas" ucap ayah panik melihatku.
"Lepas semuanya" ucap om Firman lagi.
"Jangan ayah, jangan. Mas Burhan tolong kami" ucapku ngos-ngosan.
"Diam!!" om Firman menamparku keras membuat tubuhku tersungkur. Mas Burhan berlari cepat lalu menarik ku juga ayah.
"Hey!! Mau kemana kalian!!"
"Firman~~
Suara itu membuat langkah kami berhenti. Kulihat tembok kamar ayah berderak, terutama sudut persegi yang sedikit menonjol.
Om Firman terlihat bingung pun juga ayah.
Firman~~ Tolong keluarkan aku
Kepala itu lalu muncul dari dalam tembok yang berderak.
"Gak!! Gak mungkin kamu sudah màti!! Pergi!!!" ucap om Firman histeris.
"Tolong kuburkan aku dengan baik, Firman~~
"Aaakhh gak kamu sudah mati. Bukan aku yang membunuh mu Suci. Lemari besi itu jatuh sendiri. Aku terlalu takut untuk mengakui semuanya. Maafkan aku Suci, maaf" om Firman berteriak-teriak gak karuan. Sementara tembok kamar ayah mendadak ambruk. Dan lemari besi itu ada didalamnya.
Ayah masih berusaha menenangkan om Firman yang masih teriak-teriak. Mas Burhan yang mengumpulkan jadi satu potongan tulang-tulang didalam lemari dan yang digudang.
Tulang-tulang Suci sudah lengkap sekarang, akan kah dia tenang? Sosok Suci kembali muncul lalu memandangi ayah dan om Firman.
"Suci..." ucap om Firman.
"Suci bilang, dia sudah memaafkan kalian. Hiduplah dengan baik" ucap mas Burhan lalu sosok Suci pun menghilang.
Aku tau itu semua hanyalah alasan, aku yakin ayah gak mau dirumah itu karena banyak kenangan buruk didalamnya. Setelah kejadian itu aku, mas Burhan juga ayah memilih untuk diam dan gak mengungkitnya lagi. Ugi sekalipun gak tau bagaimana akhir dari cerita dirumah itu.
Om Firman sendiri memilih tinggal diluar negeri bersama istri dan tentu saja mbak Denok anaknya. Om Firman juga ternyata selama ini sudah menyantuni keluarga mbak Suci tanpa ada yang tau.
Biarlah semua menjadi cerita, cerita yang tak perlu di ingat kembali.
Hari ini aku dan Ugi berkunjung kerumah mas Burhan. Tukang roti itu tengah sibuk mematut diri dicermin, katanya dia sedang ada janji dengan brondong setempat. Namanya Arry, dia remaja seumuran aku dan Ugi.
Melihat mas Burhan yang tersipu malu-malu saat bicara dengan Arry membuatku ingin tertawa.
" Gi"
"Apa?"
"Kapan kamu 'tembak' aku?" ucapku sambil menyelipkan jemariku ke jemari Ugi. Wajah Ugi merona tapi dia gak menolak tautan jari kami. Ku kecup pipinya sekilas, Ugi memukulku tapi lalu tersenyum begitu manis. Kami lalu berjalan bersisian hingga matahari kembali keperaduannya.
Tamat
Akhirnya tamat denga gaje hahahaa
ha? maksudnya? @Arielz09
Yeah burhan ga sendirian lagi, btw arry? Kaya ga asing ka @seabird
nantik kita buat sekuelnya buat Burhan sm Arry okey.
makasiya kak
Oh harry poter ya ka? Wah suka harry potter ya? Ga nyangka...
Masama ka