It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Rama212 Sabar om sabar... Jngn asal smekdon anak orang, ntar masuk penjara dg tuduhan kekerasan (tdk pakai tand kutip).
@CouplingWith Maaf ya bang, suka yg nanggung2 soalnya.
@lulu_75 Hayo bang... Terkadang banglulu deh.
@akina_kenji 'Aku'nya blum mau putus kak. emang kk sanggup sma Reza? Pacarnya 'Aku' yg udah lma d pacari aj diduga dia selingkuhi.
@Algibran26 tbc = to be continued = bersambung.
Telah di jawab my lovely brother @QudhelMars
@viji3_be5t jangan tegang pula bang. Aku nggk mau tanggung jawab loh.
minta trisom
@happyday sabar ya om... Sabar...
@digo_heartfire Anjay... Threesome, mau dong bang~
@adrian69 Berharap si 'aku' nggk apa2 om... Bsa tegar mnjlni kehidupan. Eh...
@lulu_75 @adrian69 @digo_heartfire @rama212 @o_komo @RakaRaditya90 @boyszki @QudhelMars @akina_kenji @Secreters @Algibran26 @rama_andikaa @DafiAditya @viji3_be5t @riordanisme @happyday @CouplingWith
Selamat membaca...
"Reza?!" gumamku tidak percaya dengan apa yang telah aku lihat. Aku begitu terkejut, membuatku tersandar ke pintu kamar. Begitupun Reza dan pria yang di gandeng Reza di foto, tidak ada bedanya denganku, terkejut dengan kedatanganku yang tidak disangka-sangka.
"Sayang?" ujar Reza syok seraya mencabut kejantanannya dari tubuh pria yang ada di bawahnya. Mereka tidak memakai sehelai benangpun, dengan tubuh bersimbah keringat di cuaca yang sedingin ini.
Reza meraih sehelai celana pendek yang tidak jauh dari ranjang sambil menutupi kejahatannya yang masih mengokang menantang. Sedangkan pria itu segera menutupi tubuhnya dengan selimut seperti bagian tubuh yang dia tutupi adalah aurat yang tidak boleh aku lihat.
Aku menatap nanar kedepan. Tubuhku menggigil dengan lutut lemas. Tangan terkepal berusaha untuk menahan semua perasaan yang telah aku pendam. Ingin rasanya aku menghabisi pria yang tidur dengan pacarku Reza, sebelum aku sadar semua itu tidak akan menyelesaikan masalah. Reza akan malu nantinya.
Aku mengembuskan nafas dalam, "Pakai pakaian anda sekarang! Saya ingin bicara berdua saja dengan Reza," ujarku getir tanpa melihat ke arah Reza maupun pria itu.
Pria yang tidak aku kenali itu lalu mengemasi barang-barangnya yang berserakan di lantai sambil berpakaian dengan cepat. Aku mengawasinya dari ujung mataku. Perawakannya kecil, dengan kulit putih mulus. Wajahnya yang imut membuat dia lebih mirip perempuan ketimbang seorang laki-laki. Aku akui dia memiliki fisik yang lebih sebagai seorang bottom dibandingkan diriku.
"Bila sudah selesai, anda disilahkan keluar!"
Aku menggeser posisiku sambil membukakan pintu untuknya, mengisyaratkan supaya pria jalang ini keluar dari kamar pacar yang telah mengkhianatiku. Dia menoleh kearah Reza sebelum melenggang keluar kamar tanpa rasa bersalah, persis seperti wanita jalang yang ada di film-film.
Aku menutup pintu, memandangi Reza yang hanya mengenakan celana pendek bewarna merah, duduk di pinggir ranjangnya. Dia merunduk tanpa mau menatapku. Aku menoleh sekilas kearah kondom yang tergeletak di ujung ruangan dekat tong sampah. Hatiku bergemuruh dengan mata yang terasa sangat panas. Reza, pacarku itu berselingkuh di belakangku.
"Za," panggilku dengan suara serak. "Za, tatap aku!" Aku meninggikan volume suaraku membuat Reza tersentak. Dia menatapku dengan ujung matanya, tanpa berani menatapku langsung.
Aku mengambil nafas, mengeluarkan semua sesak yang aku rasakan. Aku menatap matanya, mata yang selalu membuatku malu dan salah tingkah. Mata yang selalu aku rindukan, dan mata yang telah menorehkan luka dalam di hatiku.
Suaraku terdengar bergetar, "Siapa dia Za?"
Reza mereguk ludah, "Bukan siapa-siapa."
Aku meremas rambutku, kepalaku berdenyut-denyut. Aku melirik Reza sinis, "bukan siapa-siapa, tapi kok bisa ngeseks," sindirku.
Reza tidak bergeming dengan sindiranku. Dadanya yang mulai terbentuk naik turun bersamaan dengan nafasnya yang memburu. Dia meremas celana pendeknya.
"Kenapa kamu tega melakukan ini Za? Kenapa?!" teriakku. Tidak ada jawaban dari Reza, membuatku kesal. "Jawab aku Za! Jangan diam saja seperti orang bodoh!"
"Diam!" bentaknya, sambil berdiri menatapku tajam. Matanya berkilat-kilat seperti hendak menerkamku saat ini juga. Emosinya tersulut dengan kata 'bodoh' yang telah sengaja aku lontarkan tadi.
Aku menantangnya, "baik aku akan diam. Tapi jawab pertanyaabku, kenapa kamu ngelakuin ini? Kenapa?!"
"Karena kau tidak pernah memberikan apa yang aku inginkan," jawabnya pasti. Tubuhku menegang mendengar alasannya. "Aku bukan seorang pria yang pacaran bisa tanpa seks. Aku butuh seks, aku bukan hanya seseorang yang berpacaran hanya saling mencintai dan saling mengasihi seperti apa yang selalu kamu puja itu. Aku menginginkan seorang cowok menggelinjang dibawahku, memohon agar aku menusuknya dan melakukan full service kepadaku."
"Jadi dia... Selama ini..."
"Pintar. Aku sudah muak dengan dirimu sayang. Kau munafik, kau egois. Kau bilang kita harus saling pengertian satu sama lain, tapi nyatanya..." Reza terkekeh memandangku sinis, "kau tidak pernah pengertian dengan kebutuhanku. Aku akui kau selalu ada untukku, tapi kau tidak ada untuk hasratku."
Tubuhku terguncang mendengar kata-katan Reza yang menyudutkanku. Kami belum pernah melakukan lebih jauh dari berpelukan. Kami tidak pernah berciuman, apalagi bercinta di kamar tidur. Keyakinanku bahwa cinta tidak harus identik dengan seks, telah menjadi bumerang bagi diriku sendiri. Reza berselingkuh karena aku tidak memberikan pelayanan untuk hasrat biologisnya.
"Tapi kita telah sepakat kalau..."
"Awalnya aku sanggup," potongnya membuang muka, "tapi semakin kesini... aku tidak dapat menahan keinginanku. Untung aku bertemu dengan dia, sehingga aku aku bisa merasakan apa yang seharusnya aku rasakan, walau aku harus mencari berbagai macam alasan kepadamu," jawab Reza.
Kepalaku dihantam dengan kenyataan pahit yang aku hadapi. Aku tiba-tiba terhuyung kearah Reza hingga jatuh kepelukannya. Bau dan hangat tubuhnya semakin membuat hatiku sakit, mendapati Reza tega mengkhianatiku karena seks yang tidak dapat aku berikan padanya. Kekurangan yang amat fatal bagi seseorang yang dianggap bottom sepertiku.
"Kamu tidak apa?" ujar Reza yang menyadarkanku kembali. Aku kembali berusaha berdiri tegak, senormal mungkin menatapnya dengan tersenyum pahit. Walau tubuh ini tidak berpihak lagi padaku. Tulang-tulangku terasa goyah dengan kedua lutut lemas.
Aku menggeleng, "Aku tidak apa-apa," jawabku menahan air mata. Aku tidak boleh menangis di depan Reza. Aku tidak boleh nampak lemah di depannya. "Maaf aku tidak dapat memberikan apa yang sangat kamu inginkan. Maaf karena telah membuatmu kecewa, dan maaf aku tidak dapat membahagiakanmu."
Reza tersentak dengan perkataanku. Dia meraihku tubuhku ke pelukannya, yang segera aku tepis. Aku harus segera keluar dari ruangan ini.
Aku membelai pipinya, hal yang selalu membuat jantung ini berdetak tidak karuan. Ku susuri setiap inci wajahnya, sebelum aku menatap matanya yang memabukkan itu.
"Terima kasih untuk semua Za..." Aku menelan ludah, " i love you" bisikku sambil berbalik meninggalkannya di belakangku.
Aku membuka pintu, yang membuat pria partner seks Reza itu terlonjak ke belakang. Dia hampir saja jatuh ke lantai bawah sebelum aku refleks memegangi tangannya. Dia langsung melepaskan peganganku tanpa mengucapkan terimakasih. Dia terlihat salah tingkah setelah ketahuan menguping dari balik pintu, dan hampir mati jatuh dari balkon. Aku menatapnya, "terimakasih karena telah membuka mata saya bagaimana Reza sesungguhnya," sindirku. Aku lalu berbalik turun meninggalkannya yang tersenyum sinis menatap punggungku penuh kemenangan. "Sama-sama," jawabnya disela suara hujan yang turun amat deras. Ya, dia pria jalang yang tidak beretika.
Doni nampak berlari kearahku di tengah guyuran hujan siang ini. Ia nampak khawatir sambil merentangi jaket kulitnya diatas kepalaku. "Lo baik-baik saja kan?" tanyanya.
Aku menggeleng tanpa berniat membuka suara. Pandanganku kabur dan kepalaku berdenyut-denyut. Doni terdengar mengumpati nama Reza seraya menoleh ke arah kamar Reza. Rini nampak khawatir di pintu pos satpam sambil merentangkan tangan hendak menyambutku dengan pelukan.
Tidak berapa langkah lagi sehingga aku sampai di pos satpam, lututku goyah, bumi berasa berputar, membuat isi perutku seperti hendak keluar. Aku berusaha menggapai Doni yang ada di sampingku sebelum pandanganku tiba gelap dan tubuhku menghantam tanah yang basah oleh hujan.
--- tbc
R~
Ada main disana...
Ih abang... Kata saya yang cinta tak identik dg seks malah ditiru tanpa izin dri sya. hehe
Jujur aja deh - kalau kita tertarik sama seseorang pasti salah satu daya tariknya adalah "se* appeal" - sambil ngebayangin gimana dia kalau lagi kita having s** gitu.
Kecuali dia type yang memang menunggu untuk melepas keperjakaan sampai bener2 mantap pacaran. Dan gw juga heran - cowok kayak Reza bisa2nya nggak nyoba2 dulu langsung maen hajar waktu ada lobang nganggur .