It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
dibaca ke Anu
jangan pke spasi juga kali.... :-) :-) :-)
yang penting lanjut aja ceritanya... cus...
X pov
"Keane, my name's Keane." Ucapanku menyambut perkenalan dengannya.
Aku tahu ini percakapan aneh yang kami lakukan setelah beberapa hari tidak bertemu. Sejujurnya aku tidak pernah memberitahu namaku yang sebenarnya pada seorang client. Aku harap ini adalah hubungan baruku dengan Steve, tentu sebagai aku, Keane bukan Brian atau yang lain. Keane dan Steve itulah kami sekarang.
"How are you?" Ucapnya sebagai kata lain selain perkenalan.
"Good, how about you?"
"Fine," jawabnya dan yang selanjutnya terjadi adalah moment diam kembali menghinggapi.
"Kenapa memilih untuk berada dalam mobil tiap malam?" Ujarku yang tampaknya membuatnya cukup kaget.
"Aku tahu kamu selalu disini," sambungku untuk sedikit menjelaskan.
"I don't know," jawabnya dengan pandangan yang sekarang ia alihkan ke jalanan sepi malam hari.
"I need to go, " selaku, setelah beberapa menit tak mendapat jawaban lanjutan dari mulut Steve.
"Wait,"
"No, I need to...."
"Please," mohonnya membuatku tidak bisa membantah.
"Sorry," ucapnya.
"For what?" Tanyaku heran karena tiba-tiba Steve meminta maaf.
"Everything," jawabnya yang langsung membuatku tersenyum menyadari kalau Steve adalah orang pertama yang meminta maaf padaku atas apa yang dilakukannya.
"Kenapa kamu tersenyum?" Ucapnya dengan nada tak enak.
"Nah, aku hanya baru sadar jika kamu orang pertama yang sudi meminta maaf padaku,"
"What you mean?" Tanyanya heran.
"Nah, forget it. Aku terima permintaan maafmu," jelasku yang entah kenapa merasa lebih lega sekarang.
Aku tersenyum dan mengulurkan tanganku sebagai tanda penerimaan. Steve langsung menyambut tanganku dan kembali menampilkan senyum kesukaanku.
"Sekarang aku benar-benar harus pergi," ujarku merasa waktu kerjaku sudah tiba.
"Kamu akan kembali kesana?" Tanya Steve menunjuk tempat yang sama saat kami pertama bertemu dulu.
"Bukan, ketika aku disana aku hanya melakukan 'pekerjaan sampingan'. Aku bekerja di sana." Jelasku menunjuk sebuah tempat tak jauh dari jalanan yang Steve tunjuk.
"Gay bar,?" Tebak Steve.
"Yup, I'm a dancer," balasku.
"Dancer?" Tanya Steve memastikan.
"Yeah, I'm a dancer, pole dancer or a stripper, whatever the name...." Jelasku yang jujur cukup bingung dengan nama pekerjaanku itu.
"You're a stripper?"
"Yeah, itu pekerjaan utamaku."
"I need to go now." potongku.
"Oke,"
"Bye" ujarku mulai beranjak dari mobil.
"Bye," balas Steve dengan senyum awkward.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas aku cukup lega dengan pertemuan kami kali ini. Aku sudah memutuskan untuk memasukan Steve dalam daftar orang yang tidak bisa kuabaikan. Kami sekarang 'berteman'. Apa yang akan terjadi nanti, aku tidak tahu, yang jelas aku harap ini langkah tepat untuk ku. Semoga tak terlalu buruk, itulah harapanku untuk waktu yang akan datang.
@lulu_75
@melkikusuma1
@liezfujoshi
@kikyo
@hendra_bastian
@hajji_Muhiddin
@sogotariuz
@junaedhi
@abiyasha
@Rama212
@banaaaaanaaaa
@happyday
nih maennya legal cin... dah gak di jalanan lagi... p lagi maen akikah akikahan gitu, iuuuh.... BIG NO WAY.!!
Aku ingin menemuinya. Tiga hari sejak tahu siapa namanya, aku ingin kembali menemuinya. Tiga hari aku mencoba menghindar dari otak gilaku yang terus terlintas apa saja yang pernah dilakukannya saat bersamaku. Tiga hari aku berusaha untuk keluar dari lingkaran hidupnya, namun berujung kesengsaraan untukku sendiri. Aku terlalu takut untuk menghilangkan semua yang telah dia ukir dalam memoriku. Semakin aku berusaha berjalan menjauh, justru terasa sesak untukku melangkah.
Tiga hari aku berjuang, dan malam ini aku menyerah. Aku kalah dan aku tidak mau lagi melawan. Aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan.
Disini, mobilku terpakir tak jauh dari tempat yang tiga hari lalu dikatakannya sebagai tempat kerja. Aku cukup ragu, bukan masalah aku ingin menemuinya atau tidak, melainkan tempat itu adalah salah satu tempat yang tidak aku sukai. Aku benci tempat itu. Aku benci harus berada di ruangan dengan banyak orang asing. Tapi sekarang aku tidak punya pilihan lain. Otak dan pikiranku menyuruhku untuk menemuinya. Aku memutuskan dan menemui Keane.
Tidak berbeda dengan perkiraanku, ada banyak orang asing ketika kakiku berhasil masuk di tempat kerjanya. Suara keras musik, kilau temaram lampu, hingga bau khas alkohol menyambutku. Kualihkan pandanganku untuk mencari sosok yang membuatku datang. Dia disana... Bekerja layaknya profesional, dia menari.
Tubuhnya hanya berbalut underwear, bergerak lincah dan lentur untuk mempersembahkan penampilan terbaik. Tubuhnya bercampur keringat, membuatnya semakin memikat. Dia menari, tubuhnya dengan indah melakukan atraksi 'pole dance'. Dia sangat berbakat, itu yang aku nilai dari penampilannya. Fisik sempurna yang beberapa hari aku lihat kini bisa dilihat oleh siapapun.
Mataku tak henti melihatnya. Beberapa menit hilang hanya untuk terus menatapnya.
"Look at me,!" Gumamku dalam hati. Dan, gotcha.... Dia memandangku. Kuberi dia senyuman dan tanpa ragu dia membalasnya dengan hal serupa.
Tubuhnya tetap bergerak, pertunjukannya belum selesai, pikirku. Aku tahu dia memiliki daya pikat tinggi dan pengunjung tempat ini tidak bodoh untuk mengakuinya. Para lelaki pecinta pertunjukannya semakin mendekat. Aku benci pemandangan seperti ini.
Aku masih disini, berdiri di tempat sama dengan mata yang tak lepas sedetikpun darinya. Semakin lama pertunjukannya menjurus pada fungsi utama ketika berada di tempat ini. Tarian indahnya kini bercampur dengan sedikit tari erotis khas seorang strippers. Ini adalah pertunjukan utama. Para penikmat bergerak semakin mendekat dan berusaha menyentuh bagian tubuhnya. Dia tidak menolak, karena memang ini pekerjaan utamanya.
"DON'T YOU DARE TO TOUCH HIM,!!!"
BUGH
Aku berhasil membuat satu lelaki brengsek menjauh dari tubuhnya. Satu pukulan, aku menang dan tentu membuat kekacauan. I DON'T FUCKING CARE.
BUGH
Suasana semakin gaduh. Sial untukku karena tak tahu ada pergerakan dari arah lain yang berhasil mendarat di pipi kananku. Aku sudah terlanjur gila, dan aku belum betniat untuk kembali pada kewarasanku sekarang. Mungkin ini kehidupan baru yang akan sering menyambutku.
"Hey...hey... Stop,!! Stop...it's okay. I know him, I'll take care of him...." selanya ditengah kerusuhan. Dia datang untuk menyelamatkanku dari para petugas keamanan yang hendak menyeretku.
Suara itu akhirnya kembali menyapa tepat di sampingku. Tangannya mencengkram kuat lenganku. Aku masih suka sentuhannya. Bibirku dengan gila justru menampilkan senyum ketika dengan kasar dia menyeretku menjauh dari tempat kerusuhan yang kubuat.
"You saved me," gumamku membuatnya menghentikan langkahnya.
Kami berada dibagian belakang tempat sialan ini. Tempat yang lebih baik.
"What?" Pertanyaan pertamanya untuk pertemuan kami kali ini.
@lulu_75
@melkikusuma1
@liezfujoshi
@kikyo
@hendra_bastian
@hajji_Muhiddin
@sogotariuz
@junaedhi
@abiyasha
@Rama212
@banaaaaanaaaa
@happyday