It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
haha anggap aja bahasanya sama aja. aslinya tuh omongan nathan udah pke italic tp ndak thu kok jd brubah. mau ngedit lgi, mlzzzzz haha
Prang...
"Shit,!" Umpatanku menjadi kata pertama yang keluar di pagiku sebagai aku.
Senang atau tidak hal seperti ini memang yang seharusnya aku rasakan. Aku dengan segala hal tak teratur adalah aku yang sebenarnya.
"Apalagi yang terjadi sekarang?" Gumamku kesal karena tidurku harus berakhir di jam sepagi ini. Kutengok ke samping, dan melihat Nathan masih lelap, bersyukurlah dia tak memakai alat bantu dengar.
"What the hell is going on?" Nada umpatanku merendah letika mendapati Jenny tengah berdiri disamping pecahan gelas.
"Ups sorry, aku tidak sengaja." balasnya.
"Seriously?" Tanyaku mendekatinya.
"Yeah, aku hanya ingin minum," jelasnya.
"Oh, oke..." balasku langsung menuangkan air minum untuknya.
"Kapan kamu pulang?" Tanyanya.
"Tadi malam,. Ini," ujarku memberi air minum.
"Thanks," ucapnya yang langsung menenggak minuman yang aku beri.
"It's nothing." Ujarku yang sedari tadi memperhatikan perut Jenny, hanya ingin memastikan apa niatnya untuk menggugurkan kandungannya sudah terlaksana.
"Aku belum menggugurkannya," sela Jenny seolah tahu apa yang ada dalam pikiranku.
"Why?"
"Kebutuhan lainku terlalu banyak, gajiku selalu habis."
"Gaji?"
"Yeah, kamu tidak hilang ingatankan. Aku bekerja sebagai penjaga toko, ingat itu,"
"Bagaimana dengan 'pekerjaan sampinganmu'?" Tanyaku.
Aku tahu 'pekerjaan sanpingan' Jenny yang sama denganku tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan uang. Bahkan dulu Jenny menggunakan hal itu sebagai cara menghilangkan calon bayinya, walau itu tidak telalu sehat kukira. Aku yakin ada sesuatu yang kakaku sembunyikan.
"Mendapat pelanggan dengan kondisi hamil cukup sulit asal kau tahu. Ingat,! Aku bukan kamu yang walau 'ditusuk' berapa kalipun tidak akan bisa hamil" jawab Jenny seperti biasa dengan kalimat menyebalkan.
"Ya ya ya terserah," jawabku jengah yang justru membuat Jenny tersenyum senang.
"Aku capek, aku tidur dulu." Pamitnya langsung menuju kamar.
Jenny menyimpan sesuatu yang aku tidak tahu, itu pasti. Dia bukan wanita yang cepat menyerah/pasrah untuk mendapat atau melaksanakan apapun keinginannya. Dia tidak akan sudi bertanya 'kapan kamu pulang' dan akan memilih melontarkan kalimat "aku butuh uang" saat membutuhkan uang. Jenny punya masalah dan aku hanya bisa menunggu sampai dia mau berbagi denganku.
"Oh selamat pagi Nat......" ucapan salam pegiku untuk Nathan yang baru keluar dari kamar terpotong karena ada sesuatu atau sesosok yang terjatuh di samping sofa. Mataku dan Nathan langsung beralih padanya dan tawa kami tak bisa tertahan.
Frank pulang dengan kondisi mabuk, bukan hal aneh. Walau begitu terkadang melihat tingkahnya yang aneh membuat penghuni rumah tidak bisa menahan tawa. Seperti yang terjadi sekarang, dia yang berniat menjatuhkan diri di sofa terpeleset dan wajahnya langsung mencium lantai.
Tidak ada rintihan sakit, itu menandakan jika kondisi mabuknya terlalu berat. Tidak lama bahkan sudah terdengar dengkuran darinya, dia tertidur pulas. Frank memang bukan orang yang bisa keluarga ini jadikan panutan, namun jika kondisinya seperti sekarang, dia cukup untuk mengganti tv sebagai penghibur.
"Cepatlah mandi, aku akan mengantarmu ke sekolah nanti." Ujarku pada Nathan setelah puas tertawa. Dia memberi isyarat ok dan langsung berlari menuju kamar mandi.
"Welcome back my morning," gumamku dalam hati.
Seperti inilah harusnya aku.
@lulu_75
@melkikusuma1
@liezfujoshi
@kikyo
@hendra_bastian
@hajji_Muhiddin
@sogotariuz
@junaedhi
@abiyasha
@Rama212
@banaaaaanaaaa
"Oh pemandangan yang indah... Adik bisu dan kakak homo, perfect haha" suara tidak sopan itu terdengar saat beberapa meter aku dan Nathan keluar dari rumah. Sial bagi Nathan karena dia sudah mengenakan alat dengarnya.
"Lepas itu dari telingamu,!" Pintaku pada Nathan yang tanpa protes dilakukannya.
"Good, sekarang bermainlah game kesukaanmu,!" Sambungku kini memberikan ponselku pada Nathan.
Nathan membalas dengan senyuman dan semangat mengambil ponselku. Dia sangat paham dengan kebiasaan ini.
"Hey fucker,? Apakah ibumu lupa memandikanmu hingga bau mulut busukmu itu tercium dari sini??" Ujarku mendekati pengumpat yang bukan kali ini saja berurusan denganku.
"Sial, apa katamu!!!" Bentaknya tak terima.
"Oh, setelah seminggu tak melihatmu ternyata telingamu juga rusak karena mendengar 'pujian' dari mulut busukmu sendiri huh?" Selaku masih ingin bermain dengannya. Kuakui dia cukup berani karena mengumpatku seorang diri, tidak seperti pecundang lain yang main rombongan.
"Bangsat,! Apa maumu HAH,!!" Aku berhasil membuatnya marah.
"Mauku,? Come, one on one duel," tantangku yang memang sudah dari dulu ingin menghajarnya dan kupikir inilah saat yang tepat.
BUGH
"Ini yang kamu maksud?" Ujarnya memcuri start dan kepalan tangannya sukses menghantam tulang hidungku. Dia tersenyum dan membuatku makin ingin menghajarnya sekarang juga.
"Shit," aku lupa jika pertarungan dengan bajingan tidak membutuhkan peraturan kapan akan dimulai. Pukulannya cukup menyakitkan ternyata, dan sial dia berhasil mengeluarkan darah dari hidungku.
"Come on bitch,!" Sahutnya dengan panggilan baru yang lebih menjijikan. Kulirik Nathan, dan lega karena dia masih asik dengan gamenya.
"This's what bitch doing when fighting,!!"
"Oucchh,..." rintihnya setelah aku berhasil menendang barang tak berguna di selangkangannya.
"Want more, asshole?" Tanpa menunggu jawaban, aku beri hadiah yang dia inginkan.
"Ouuuchh,!!!" Rintihnya makin kencang.
Tanpa menunggu reaksi darinya, aku kembali menyerangnya. Kali ini berhasil membuat wajahnya berhias darah. Berterima kasihlah pada tangan seorang yang dia panggil 'bitch' karena dengan sopan 'menyentuh lembut' wajahnya.
"Stop,!!" Teriaknya kerena setelah membalik tubuhnya aku berhasil mengunci kasar tangannya. Aku selalu menyukai gaya ini.
"What? I can't hears your voice," ejekku makin mengeratkan kuncian.
"Aarrghh!!! Stop it bitch!!" Makinya masih berani mengataiku. Tanpa membalas ucapannya, kembali aku mengeratkan kuncian, bahkan aku yakin kali ini ada tulangnya yang tak mau berada di tempat semestinya.
"Aaarhgh!!!!" Teriaknya makin keras dan beruntung ketika aku melirik Nathan, dia tengah memakai earphones. Dia tidak pernah lupa ajaranku sejak kecil. Namun....
"Shit,...!!!"
@lulu_75
@melkikusuma1
@liezfujoshi
@kikyo
@hendra_bastian
@hajji_Muhiddin
@sogotariuz
@junaedhi
@abiyasha
@Rama212
@banaaaaanaaaa
@happyday