It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ia nanti Al kasih yang panjang2 deh. Hihihi
@lulu_75 emang kenapa kalau jadian sama ardit? Cemburu ya?? Hihihi
Maaf bangets..
Jangan kapok buat baca&like yaa
@Tsu_no_YanYan
@Greent
@AryaPutra_25
@freeefujoushi
@JimaeVian_Fujo
@3ll0
@akina_kenji
@lulu_75
@Rars_Di
@Agova
@earthymooned
@boy_lovers
@rama_andikaa
@Sicilienne
@AbdulFoo
@new92
@rio_san
@omega_z
@Adi_Suseno10
@rubi_wijaya
@fauzhan
@bagastarz
@rizkhylicious
@syafiq
@jimmy_tosca
@abong
@ngehaha
@jony64
@prasetya_ajjah
@Rabbit_1397
@agungrahmat
@ricky_zega
@alfidimasm2
@adamruby92@gmail.com
@OkiMansoor
@RogerAplha
@Otsutsuki97S
@SanChan
@hendra_bastian
@dimar
@dafaZartin
@Aurora_69
@taengoo
@majesty
@o_komo
@boncengek3
@fian_gundah
@hafizpratama
@chupy_slow
@Aurora_69
@Chrisan
@duatujuh
@bram
@arya_07
@Chi_dudul
@josiii
@liezfujoshi
@cowokkumal
Lewat seminggu setelah acara perkemahan itu, hubungan aku dengan Kak Ardit menjadi lebih dekat, dan sekarang dia bukan hanya seniorku di sekolah, tetapi juga orang yang spesial dihatiku. Saat malam dimana Kak Ardit menyatakan perasaannya, menyatakan semua isi hatinya juga semua keinginannya, aku akhirnya luluh dan menerimanya dengan segenap hatiku. Meski setelah perkemahan kemarin sikap Arsya 180 derajat berubah. Dia jadi terasa jauh, dia seolah membenciku tanpa alasan yang jelas. Aku sempat mau menanyakan kenapa dia menjauhiku, namun yang terjadi adalah dia selalu menghindar. Aku sempat berfikir tentang Arsya mengetahui perihal hubunganku dengan Kak Ardit, namun Kak Ardit bilang bahwa gak ada satupun orang yang tahu tentang hubungan kita kecuali Kak Lukman dan Kak Dedi, itupun karen merek memaksa Kak Ardit untuk mengakui hubungnnya dengan ku. Dan aku percaya bahwa selain Kak Lukman dan Kak Dedi tak ada satupun orang yang tahu. Karena dimalam itu tak ada satupun orang di sekitar kita. Meski setelah kejadian itu aku tidur di paha Kak Ardit sampai pagi menjelang. Namun aku gak yakin bahwa Arsya atau teman-teman yang lainnya menganggap itu hal yang aneh. Entahlah...
Karena Arsya menjauhiku, aku jadi merasa seperti saat pertama aku masuk dikelas ini. tak ada yang menemaniku, tak ada yang mau ngajak bercanda dan lain sebagainya. Untung saja Erik CS tidak sampai membully ku lagi, kalau sampai itu terjadi, aku akan laporkan kelakuan mereka ke My Hero Ardit..hehehehe
Setiap hari Kak Ardit selalu bawain aku makanan dan minuman tanpa harus aku meminta, dia juga ngelarang aku buat keluar kelas kecuali pas pulang sekolah, dia bilang aku jangan ikutan desak-desakkan pas di kantin, terkadang aku merasa terlalu diistimewakan, dia juga gak ngerasa cape buat ngelakuin semua itu untukku. Dia juga gak merasa risih saat orang-orang lihat dia selalu keluar masuk kelasku, tapi herannya tak ada satupun orang yang berani ngelarang dia buat keluar masuk kelasku. Bahkan ada yang pura-pura baik sama aku hanya untuk ngepoin hubungan aku sama Kak Ardit, aku jawab aja kalau Kak Ardit sodara jauh aku. Namun terkadang juga dia ngajak aku ke kantin dan gabung dengan dia dan teman-temannya (Baca:Kak Lukman dan Kak Dedi) dan saat aku tiba di kantin selalu sudah tersedia makanan dan minuman untukku.
Beberapa waktu lalu Kak Lukman dan Kak Dedi meminta maaf padaku atas kesalahan mereka karena memaksa Kak Ardit mengikuti taruhan konyol itu. Mereka berdua menjelaskan semuanya yang padahalaku sudah tahu. Bagiku Kak Lukman dan Kak Dedi orangnya gak sejahat yang orang-orang kira, meski diantara preman sekolah merekalah yang paling suka membangkang, mereka paling suka kalau sudah godain siswi-siswi centil, mereka juga suka ngomongin hal-hal jorok. Kalau meski dijelasin nih ya, Kak Lukman orangnya cerdik dan licik, hanya dalam beberapa detik dia bisa merencanakan hal konyoluntuk ngerjain orang. Dia juga paling suka kalau sudah ngomongin tauran, cari masalah sama geng lain dan banyak lagi, Kak Lukman lebih suka kekerasan. Lain halnya dengan Kak Dedi, dia orangnya sangat suka bicara hal-hal yang jorok, dia suka godain siswi yang centil, dia juga sering nonton film dewasa, dia tahu hal-hal berbau seks dan sebagainya. Namun diantara mereka ada orang yang kalem, tidak banyak ngomong, lebih sering nyelesain masalah yang dibuat kedua temannya itu, dia itu pujaan hatiku saat ini (Baca: Kak Ardit). Dia sangat peduli sama kedua temannya itu, meski sikap mereka berbeda namun mereka punya satu tujuan yang sama yaitu membangkang aturan yang dibuat oleh OSIS. Mereka sangat suka melanggar semua peraturan yang dibuat Osis. Musuh terbesar mereka adalah Osis karena bagi mereka Osis hanyalah sekumpulan siswa/i yang hanya cari muka sama para guru. Informasi ini aku dapat dari Kak Erwan, namun Kak Erwan melihat ada sedikit perubahan diantara ketiga preman sekolah itu, mereka jadi suka mengikuti kegiatan-kegiatan yang di acarakan Osis.
Kedekatanku dengan Kak Ardit membuat hubunganku dengan Kak Erwanpun jadi renggang, meski terkadang dia suka nanyain kabar sesekali. Tapi selebihnya dia suka berpaling jika bertemu denganku dijalan. Aku selalu menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi setiap hari yang aku alami ke Kak Ardit, dan Kak Ardit selalu senantiasa mendengar walaupun dia jarang memberi komentar positif. Seringnya dia mengumpat dan memberikanku julukan bodoh. Tapi aku menganggap panggilanku itu sebagai panggilan sayang, karena pastinya dia tahu kalau pujaan hatinya ini super duper pintar.
Meski Kak Ardit selalu berbicara sembarangan (dalam hal ini mengataiku bodoh), dan masih sering bersikap dingin, namun aku betah nerada disampingnya karena hanya dia yang mau mendengarkan keluh kesahku setiap hari.
Selain jadi pacarku, Kak Ardit juga berlaku jadi tukang ojek ku karena dia selalu tanpa absen untuk antar jemput aku sekolah pake motor matic nya. Kakek dan Nenekkupun sudah kenal dengan Kak Ardit karena Kak Ardit tanpa memberitahuku mengenalkan dirinya ke Kakek dan Nenek juga bibiku. Dan Kakek dan Nenekku senang dengan Kak Ardit karena setiap saat Kak Ardit ke rumah pasti bawa makanan buat Kakek, Nenek juga Bibiku, aku sih fine-fine aja selama Kak Ardit tidak menceritakan perihal hubunganku dengannya ke keluarga aku kecuali Bibiku, karena dia sudah tahu terlebih dahulu masalah ini.
***
Sekarang semua anggota keluarga dari nenek ada dirumah termasuk Tanteku yang baru saja tiba. Alhasil dirumah yang biasanya sepi ini jadi ramai seketika di tambah dari kegaduhan yang dibuat oleh anak bungsu si Bi Lina, obrolan ala bapak-bapak antara Kakek, Bapak, Om dan pamanku serta perbincangan bibir-bibir manja dari semua anak-anak dari nenekku yang notabene mereka semua perempuan. Aku sendiri setelah bersalaman dengan Tante dan Omku juga menanyai kabar mereka lekas keluar dari rumah dan diam di teras depan rumah. Aku lebih suka ketenangan dari pada keributan yang pasti memusingkan.
Aku memainkan handphone dan mencari kontak Kak Ardit dan mengirimkan pesan singkat padanya bahwa tanteku sudah tiba dirumah. Dari tadi aku dan Kak Ardit juga sedang bertukar pesan dan aku menceritakan bahwa bibiku yang dari luar kota akan datang. Kak Ardit bilang malam ini dia akan kerumahku untuk berkenalan dengan tante dan omku juga sama kedua orang tuaku mumpung ibu dan bapakku ada di rumah nenek. Aku sempat melarangnya karena untuk apa juga Kak Ardit kenalan ke semua keluargaku kayak mau lamaran aja. Aku juga takut kalau Kak Ardit nekad mengaku sebagai pacar aku, melihat sikap Kak Ardit yang suka seenaknya dan gak mau mendengar pendapat orang lain. Laranganku untuk Kak Ardit datang kerumah sia-sia karena katanya dia sedang dijalan menuju rumahku.
Tak butuh waktu lama untuk Kak Ardit sampai dirumahku, dia berdiri di depan gerbang rumahku sambil tersenyum ke arahku, aku menghampirinya dan membukakan pintu pagar. Kali ini dia memakai kemeja panjang kotak-kotak juga jeans biru yang ngetat di kakinya. Aku mempersilahkan Kak Ardit masuk tanpa berucap sepatah katapun. Sebelum aku membuka pintu untuk masuk kedalam, Kak Ardit menahanku dan mengajakku duduk dulu diteras rumah.
“Aku kan sudah minta Kak Ardit supaya gak perlu kesini”
“Emangnya kenapa?”
“Disini banyak orang, Kak”
“Terus? Aku Cuma mau kenalan sama ibu dan bapakmu juga semua saudara-saudaramu yang lain. Emangnya salah?”
“Ya enggak, Tapi...” sebelum aku melanjutkan ucapanku, seseorang membukakan pintu dan sontak aku dan Kak Ardit menengok ke arah orang itu yang ternyata Ibuku.
“Al, ada tamu kenapa gak disuruh masuk?” ucap ibuku sambil bersalaman dengan Kak Ardit.
“Iya nih, Bu. Al mah gitu masa temannya berkunjung gak disuruh masuk” Ucap Kak Ardit yang dengan seenaknya memojokanku. Padahal tadi dia yang menahanku untuk masuk kerumah.
“Ini mau ko, Bu. Oh iya, ini teman sekolahku, Bu. Namanya Kak Ardit”. ucapku memperkenalkan Kak Ardit ke Ibu.
“Oh, kok manggilnya Kakak? Emang Nak Ardit Kakak kelasnya Al?”
“Iya, Bu. Saya Kakak kelasnya Al.” Jelas Kak Ardit.
“Oh, ya sudah mari masuk, dirumah sedang banyak orang, semua keluarga pada kumpul. Sekalian ibu kenalin kamu ke Bapaknya Al.”
Kami bertigapun langsung masuk kerumah yang didalamnya sudah banyak orang, semua mata melihat kearahku dan Kak Ardit. Kak Ardit menyalami mereka satu-satu, dan sesekali menjawab pertanyaan mereka. Sekarang hampir semua orang kumpul di ruang keluarga, aku dan Kak Ardit duduk bersampingan dan mendengarkan obrolan-obrolan orang tua. Aku heran anak seumuran Kak Ardit bisa ngimbangin obrolan orang tua, dia tahu banyak tentang apa yang d obrolin para bapa-bapa itu, aku juga baru tahu kalau Kak Ardit ikutan pertandingan Badminton antar sekolah di kotaku dan dia juara, Kak Ardit menyampaikan hobinya yang ternyata sama dengan Om ku(Suami tante Santi). Aku disini kayak kambing congek karena hanya aku yang dari tadi hanya tersenyum senyum gak jelas karena gak ngerti. Mending aku ke kamar aja deh.
“Kak, aku mau keluar, Kak Ardit mau ikut?”
“Oh, iya ayo. Semuanya saya pamit keluar, ya!” ucap Kak Ardit pamit kesemua orang yang dari tadi diajaknya ngobrol.
Aku melangkahkan kakiku keluar rumah dan duduk di kursi panjang teras rumahku, disusul kemudian dengan Kak Ardit. Tak ada sepatah katapun yang aku keluarkan, kami hanya diem-dieman. Aku kesal sama Kak Ardit, daritadi dia hanya ngobrol dengan semua keluargaku. Diakan pacar aku tapi yang di apelin malah keluarga aku. Apaan coba???
“Enggak”
“Ya udah aku minta maaf”
“Buat apa? Kak Ardit gak salah, kok!”
“Gak salah tapi ngomongnya ketus gitu”
“udah ah, mending Kak Ardit pulang udah malam”
“Oh jadi kamu ngusir aku?”
“Bukannya gitu, abis Kak Arditkan kesini buat nemuin aku. Tapi malah ngobrolnya sama keluargaku”
“Jadi kamu cemburu sama keluargamu sendiri?”
“Siapa yang cemburu? Aku gak cemburu”
“Aduuh Al..Al... Ia deh aku minta maaf sekali lagi, kamu jangan marah gitu”
“HemzzzzzzZ”
“Oke, apa yang bisa buat kamu gak marah?”
“Eumzzz” aku memikirkan apa yang aku inginkan saat ini, namun aku sedang tidak ingin apa-apa. Mendengar permintaan maaf dari Kak Arditpun sudah membuatku senang.
“Aku tidak mau apa-apa” jawabku fix.
“Bener??”
“Iyaaaaa”
“Tapi kamu gak marah kan?”
“Enggak” jawabku sambil mengedip-ngedipkan mata.
“Ya sudah, aku pulang ya”
“Lo kenapa pulang?”
“Tadikan kamu yang suruh aku pulang”
“Tapi kan tadi aku lagi marah”
“Berarti bener dong tadi kamu marah?”
“Iiiiiiiih Kak Ardiiiiiit” ucapku sambil mencubit perut Kak Ardit. dan Kak Ardit hanya tertawa.
Cukup lama aku dan Kak Ardit mengobrol dan sambil bercanda canda, meski kebanyakan aku yang bercerita dan Kak Ardit seperti biasa menanggapi ceritaku dengan umpatannya ataupun candaannya. Tapi aku suka itu, aku gak merasa sepi sekarang.
Malam sudah larut dan Kak Arditpun pulang setelah sebelumnya ia berpamitan kepada semua anggota keluargaku (sebagian karena yang lain nya sudah tidur). Akupun masuk ke rumah dan langsung ke kamar untuk tidur.
***
Jangan lupa like and comment yaa