It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75 @gelandangan @cevans @o_komo @awi_12345 @bayu15213 @gravitation @Aurora_69 @Cleisso @Gabriel_Valiant juga @Riyand
Kita semua beristirahat sebentar sebelum nantinya akan melakukan upacara pembukaan acara perkemahan ini. Aku selonjoran di bagian paling ujung di tenda, hingga ada seseorang masuk. Aku menoleh kearahnya dan ternyata dia Kak Ardit. Dari tadi aku gak melihat dia membangun tenda, entah dia dikelompok mana, sepanjang perjalanan menyusuri jalan kecil tadipun, dia lebih banyak ngobrol sama Pak Adi. Akupun tak begitu mempedulikan dia, aku hanya asyik becanda sama Arsya.
“Al” seru Kak Ardit, kita semua yang ada di tenda menoleh kearahnya, dia menatap lurus kearahku. Aku balas tatapannya dan menunggu apa yang akan dia bicarakan selanjutnya. “Lo ikut gue” perintahnya, dan aku hanya diam tak menggubris permintaannya, emangnya dia siapa merintah-merintah aku. Aku mengabaikan dia dengan memejamkan mataku dan mencoba untuk tidur. Namun sebuah tangan menarikku dengan paksa, sontak aku membuka mataku dan melihat Kak Ardit sedang mencoba menarikku keluar dari tenda, semua orang yang ada di tenda itu hanya diam, tak berani menolongku, karena mereka takut sama Kak Ardit yang notabene preman sekolah. Aku meronta mencoba melepaskan diri dari Kak Ardit, namun tenaga dia lebih kuat hingga tiba diluar tenda, ada seseorang menahan Kak Ardit dan menghentikan langkahnya, aku melihat ke orang itu ternyata Arsya.
“Lepasin Al” ucap Arsya, namun Kak Ardit mengabaikan permintaan Arsya dan terus menarikku. Aku agak terseret oleh Kak Ardit, hingga sebuah tangan lagi memegang tanganku yang satunya, Arsya. Kemudian mereka menarik-narik tubuhku hingga aku seperti tambang dalam permainan tarik tambang. Aku bingung dengan tingkah mereka berdua, kayak anak kecil. Emang aku mainan yang mesti diperebutkan gini. Arsya lagi menarik tanganku dengan kasar, alhasil kedua tanganku sakit.
“STOOOOOP” akhirnya kata itu terucap dari mulutku. Aku menarik tanganku dari keduanya. “Kalian apa-apaan, sih?” tanyaku dan tanpa menunggu jawabanku aku langsung melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Aku terus berjalan entah mau kemana, yang penting aku gak ketemu dua makhluk rusuh itu. Entah kenapa kalau ada Kak Ardit, Arsya jadi kasar, emosian dan gak terkendali. Hari ini dia menyakiti tanganku, besok mungkin dia bisa mematahkan kepalaku. Pikirku sambil terus berjalan entah kemana. Aku juga tak menghiraukan seruan dari Kak Ardit ataupun Arsya. Aku hanya terus berjalan tak tentu arah dengan umpatan2 untuk mereka berdua.
Semakin jauh aku berjalan tanpa tujuan, sampai aku sadar kalau aku tiba di tempat yang entah dimana, ini jauh dari tempat perkemahan dan aku fikir aku tersesat. Aaaaaaaaaaaaaah aku panik. Aku menoleh kesana kemari aku hanya melihat pohon-pohon tinggi. Aku mencoba mengingat arah jalan yang tadi aku lalui, namun aku gak ingat. Ini semua gara-gara aku emosi saat berjalan tadi jadi aku tak begitu memperhatikan apa yang aku lalui. Aku terus berjalan mengingat jalan yang aku lalui, namun hasilnya nol. Sekarang sudah fix kalau aku tersesat. Hari sudah mulai sore, hatiku gak karuan antara takut dan kesal sama diriku sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di bawah pohon berharap ada orang yang nyariin aku. Tak terasa air mataku keluar, aku menangis sambil menunduk dan memeluk kakiku. Pikiranku penuh dengan hal-hal negatif yang mungkin akan terjadi.
Sifat nya sama kaya author nya.. Hehehe
@gelandangan
asal jgn tersesat di boyzforum aja
cos banyak member pemangsa lho
asal jgn tersesat di boyzforum aja
cos banyak member pemangsa lho
@gravitation gak bakalan, gak bakalan ada makhluk astral yang mau makan si Al hahaha
@Aurora_69 siiaaap
Cukup lama aku diam di tempat yang sama hingga akhirnya terdengar suara orang teriak-teriak, aku mendengar mereka memanggil manggil namaku. Aku berdiri dan mencoba mencari dimana suara itu. Sekitar pukul 6 sore, akhirnya aku melihat beberapa orang membawa senter datang menghampiriku, aku mendekati mereka dan reflek memeluk salah satu dari mereka yang dari aromanya aku tahu kalau itu Kak Erwan. Aku menangis sejadi-jadinya. Kak Erwan memelukku erat dan mencoba menenangkanku. Setelah cukup tenang, aku mencoba mengendalikan diri dan melepaskan pelukanku dari Kak Erwan. Aku melihat siapa saja yang datang kesini mencariku, mereka 5 orang, diantaranya Kak Erwan, Pak Adi, Dadan, Kak Ardit, juga Arsya. Aku gak terlalu menghiraukan Kak Ardit juga Arsya, aku masih kesal sama mereka. Aku menggandeng tangan Kak Erwan, dan kita berjalan menuju ke tempat perkemahan. Di tengah lapangan semua orang berkumpul membentuk lingkaran, aku dibawa ke tenda panitia sama Kak Erwan, sedangkan Kak Ardit, Arsya sama Dadan gabung dengan yang lainnya.
“Kamu gak apa-apa, kan?” Tanya Kak Erwan sambil membawaku duduk di tenda panitia yang cukup besar. Disana ada beberapa orang panitia juga beberapa guru. Tanpa menjawab pertanyaan Kak Erwan, aku hanya menganggukan kepala. Tak terasa perutku berbunyi pertanda kalau aku lapar. Kak Erwan mendengar suara perutku dan tersenyum melihatku lalu menarik hidungku. “Kamu lapar?” tanya dia kemudian melepaskan tangannya di hidungku.
“Iya” Jawabku mengelus hidungku.
“Bentar” Ucap Kak Erwan berjalan ke arah sebuah tenda yang agak kecil, lalu keluar sambil membawa mie cup. Dia menyeduh mie cup itu dan memberikannya padaku. “Nih, kamu makan ini dulu, soalnya nasinya belum matang, dari tadi siang kamu belum makan, kan?”
“Iya, Kak. Makasih” Aku menerima mie cup itu, menunggu mie itu mengembang dan setelahnya aku makan dengan lahap. Selama makan mie itu, Kak Erwan menatapku terus, aku yang sadar akan hal itu jadi canggung. Aku berbalik membelakanginya agar dia gak tahu kalau mukaku pasti merah saat itu. Setelah mie cup yang aku makan abis, aku berbalik menatap Kak Erwan kembali, dia masih di posisi yang sama saat tadi aku membelakanginya. Dia tersenyum dan memegang pundakku.
“Sebenarnya tadi kamu mau kemana?”
“Entahlah, Kak. Tadi aku lagi kesal sama temen. Terus aku tadinya hanya ngehindari mereka, tapi tanpa sadar aku berjalan jauh sampai aku lupa jalan pulang”
“Kamu ceroboh, Al. Gimana kalau aku dan yang lainnya gak nemuin kamu? Atau kamu di serang hewan buas atau...” Aku mencoba menunggu apa yang akan dikatakan Kak Erwan selanjutnya. Dia seperti sedang menakutiku, dan aku juga cukup ngeri dengan apa yang dia bilang. Kak Erwan mendekat kearahku, wajahnya semakin dekat. “Atau, kamu diperkosa sama setan yang ada di hutan ini” ucapnya sambil berbisik. Aku hanya melongo dengan ucapanya. Dia tertawa karena melihat mukaku yang pucat karena aku benar-benar takut, aku juga kesal karena Kak Erwan malah menertawakanku. Aku mencubit lengan Kak Erwan, dia hanya meringis sambil tak henti tertawa. Aku semakin kencang mencubit Kak Erwan hingga dia berkata ampun. Aku melepaskan cubitanku dan melihat sekitar tenda. Semua orang disini menatap kearah aku dan Kak Erwan. Aku hanya tersenyum malu dan hendak keluar dari tenda ini namun Kak Erwan menahan tanganku, aku berbalik kearahnya.
“Ada apa, Kak?”
“Nanti malam, kamu tidur bareng aku di tenda”. Ucap Kak Erwan dan aku hanya menganggukan kepala dan lekas pergi keluar tenda panitia dan bergabung dengan peserta lainnya.