It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Part 8
---Rumah Elo, siang hari
-Elo-
Kebetulan hari ini gak ada kuliah karena salah satu dosen gue yang cantik itu lagi gak masuk, dan hari ini gue off buat partime di tempat pak Leo, jadi hari ini Surga dunia buat gue, sambil duduk di teras rumah yang sempit namun sejuk ini, gue menikmati music dari handphone butut gue melalui earphone sambil membaca beberapa diktat persiapan kalo aja ada test mendadak besok, lagu kali ini cukup enak di telinga gue, dari salah satu penyanyi favorit gue yang nama belakangnya kayak nama jenis mobil yang berawalan “S” (hayo tebak siapa dia?, kalo benar bakal dikasih hadiah sama author-ku ) namun ada satu liriknya yang membuatku termenung sejenak ‘don’t forget to look before you fall’ gue sih emang gak ahli dalam berbahasa inggris, tapi cukup buat gue berpikir apa gue harus kembali melihat kebelakang?, apa gue bakal terjatuh dan merasa sakit dengan perasaan yang gue punya?
“hah…..” gue menepuk jidat gue sendiri untuk menghilangkan pikiran bodoh gue
“yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya dapetin hati Damar, yah… sedikit lagi pasti bisa”
Setelah selesai dengan diktat yang tebal ini, lalu gue mandi buat siap-siap ke toko buku, mungkin ada beberapa novel yang bisa dibaca, sebelum berangkat gue periksa handphone buat ngecek apa ada pesan dari Damar? Dan ternyata ‘ZONK’
Mungkin dia masih sibuk karena sempat tertunda pekerjaannya yang kemarin itu, gue juga ngerti itu dan gak mau menelpon atau menyakan kabarnya biar dia fokus dengan kerjaannya
Setelah selesai dari toko buku, gue singgah bentar di bakery yang tepat berada disamping toko buku, gue beli beberapa cake dan donat yang mau gue bawa kerumah Damar kebetulan masih sore jadi gue putusin buat ngunjungin Damar biar tau pasti gimana kabar dia sekarang.
Sampai di rumah Damar
Pagar Damar udah kebuka tanpa gue bunyiin belnya, waktu gue masuk ternyata Damar sedang bersiap untuk pergi karena dia akan menaiki mobilnya, ketika mata kami bertemu, ia sepertinya terkejut dengan kedatangan gue
Gue mendekat sambil tersenyum “ kamu udah sehat Dam?”
Damar tersenyum, sungguh ini pertama kali gue ngeliat senyum manisnya itu, senyum yang memang dia tunjukan buat gue
“iya, gue juga mau bilang makasih, makasih karena loe udah ngerawat gue waktu itu” kata Damar bersunguh-sungguh
“nggak usah ngomong gitu, oh ya, kamu mau keluar ya?, ini aku bawain kue buat kamu” kata gue sambil memberikan bungkusan yang ada di tangan, dengan perasaan cemas kalau kalau ia tidak suka dan malah membuangnya seperti pemberianku yang lain
Damar mengambil bungkusan itu sambil melihat sebentar isinya “terimakasih, hmmm gimana kalo loe ikut gue?” tawar Damar
“hmmmm iya deh aku ikut, tapi aku nggak gangguin acaramu?”
“udah ayo naik” ajak Damar sambil menaiki mobilnya dan siap menyetir, entah mengapa gue harap waktu bakalan berhenti untuk saat ini, saat pertama gue bisa ngeliat senyumnya itu, semoga hubungan gue sama Damar menjadi lebih baik.
Hari ini Damar bersikap berbeda, ia lebih hangat dari biasanya, kami saling bertukar cerita, memakan kue yang tadi ku bawa, tertawa dengan lelucon yang ku buat, dan dia bilang gue cocok jadi pelawak, gue juga baru tahu ternyata tempat ini adalah tempat yang biasanya di datangi Damar kalau ingin santai dan menenangkan pikiran jika ada masalah, walaupun taman ini berada ditengah kota, tetapi tidak begitu bising, ditengahnya ada air mancur, banyak yang datang kesini untuk berolahraga maupun duduk-duduk.
“emang sekarang kamu ada masalah Dam?” pertanyaan itu keluar dari mulutku ketika mendengar cerita Damar bahwa tempat ini sebagai penghilang stresnya
“nggak kok, hari ini gue biasa aja, gak ada masalah” jawab Damar
“kamu gak ngerasa bahagia gitu?” tanyaku balik
“biasa aja kok” jawabnya lagi
“hmmm berarti aku masih biasa biasa aja yah, belum bisa jadi yang istimewa” pahit memang tapi sepertinya perkataan itu cocok untuk aku ungkapkan sekarang
“maksudnya?” Tanya Damar sambil menatap gue heran, Damar andaikan loe tau betapa senangnya gue saat ini, perasaan senang yang berbeda dari biasanya, itu karena loe berarti banget buat gue, dan loe yang gue cintai ada di dekat gue sekarang ini
“gak ada maksud apa-apa kok, gak usah dipikirin, hmmm aku boleh nanya sesuatu gak?”
“nanya apa?” kata dia sambil mengigit potongan terkahir donat yang gue beli tadi
Gue menatap dalam Damar yang sedang duduk di sebelah gue “menurutmu cinta itu apa sih?”
Melihat raut Damar tiba-tiba berubah, ia terus saja terdiam sibuk dengan pikirannya saat ini, sepertinya ia tidak bisa menjawab pertayaanku kali ini “kenapa loe nanya itu?” Tanya Damar balik
“hehhe, kamu gak mau jawab ya Dam?, nggak apa, kalo menurutku cinta itu gak bisa diungkapkan dengan kata-kata, karena cinta itu berhubungan dengan perasaan yang tulus, dan cintaku itu ya kamu, Damar”
Damar dan gue saling terdiam beberapa saat “ Damar……., kamu cinta sama aku?” dan pertanyan terakhir dari mulutku itu sungguh merusak suasana indah sore ini, Damar tiba-tiba berdiri lalu berjalan tanpa sepatah katapun
Gue sama Damar udah di mobil sejak pertanyaan terkahirku itu Damar tidak mau berbicara apa-apa lagi, ia kembali seperti sosoknya yang dulu dan hal itu sudah menjadi jawaban nyata bagi pertanyaan terakhir, sepertinya gue harus berusaha lebih keras lagi memperjuangkan perasaan ini ke Damar.
--anotherDay—
-Elo-
“EL…….” Seseorang berteriak manggil gue waktu lagi jalan di selasar menuju kantin dan gue udah tau siapa itu, kebetulan gue lagi lapar dan ini kesempatan emas buat gue
“duh El… loe kemana aja sih, udah beberapa hari ini gue gak bisa nemuin loe” keluh Rey saat gue udah duduk berhadapan dengannya
“gue lagi ada urusan lain” jawab gue sambil tersenyum
“oh….. sekarang udah ada tunggangan baru nih jadi gak mau bareng gue lagi” sambung Rey
“nggak lah Rey, kan loe tau gue lagi berusaha biar bisa lebih dekat sama dia”
“iya deh…. Tapi hari ini loe harus ikut gue” kata Rey dengan nada tegas seperti meberi perintah
Belum sempat gue menanyakan akan pergi kemana kita hari ini seseorang datang dari arah belakang gue, ia menaruh 3 gelas minuman beserta beberapa bungkus makanan di atas meja, ya sosok yang sangat ku kagumi sejak pertama kali berkenalan dengannya ia memberi senyuman mempesona ke arah gue lalu duduk disamping Rey
“ Elo udah selesai kuliahnya?” Tanya dia
“iya kebetulan udah kok kak, ini juga mau pulang tapi ketemu sama Rey jadi nggak jadi *hehehehe” jawab gue
“iya kamu ikut kita aja jalan-jalan, lagian kan besok libur” sambungnya
Belum sempat gue mengiyakan ajakannya tiba-tiba Rey udah memotong pembicaraan “tapi loe ada kencan gak sama babang Damar?”
“Rey mulut loe mau gue cuci pake sambel bakso ini?” kata gue sambil menunjuk mangkok sambel diatas meja yang terkenal paling pedas sekampus sambil memplototi Rey yang ada di depan gue
“lah emang ada yang salah kalo gue ngomong gitu?” jawab Rey dengan watados
“nggak ada yang salah kok, hanya loe bisa liat situasi dan kondisinya gak? Kalo ada yang dengar gimana??” jawab gue menahan malu
“sudah-sudah kalian jangan gitu dong, Rey kamu juga, jahil banget jadi orang, mending kamu diam makan tuh cemilannya, siapin tenaga buat nganter kita” kali ini kak Reza yang ada disamping Rey membela. Senangnya gue dan menjulurkan lidah kearah Rey
“ih kamu kok gitu sama aku Za? Jaat dech” kata Rey pada Reza yang ada disampingnya dngan gaya bicara yang memuakan
Setelah dari kantin Gue , Rey dan kak Reza pacarnya berjalan menuju parkiran, tadi kak reza udah bilang kalo hari ini dia mau merayakan hari jadian dia sama Rey yang ke 3, bayangin aja mereka udah tiga tahun loh, dan ada rasa iri ketika ngeliat mereka berdua,yah kalian tau lah kenapa, oh ya kenapa gue diajak untuk gerayain anniversary mereka?, karena kak Reza gak mau cuman berdua, katanya bakalan sepi.
Pas sampai di parkiran dan hendak menaiki mobil Rey, tiba-tiba Damar juga berjalan menuju parkiran menuju mobilnya yang kebetulan tepat berada disamping mobil Rey
“Damar, kamu udah selesai kuliahnya?” sekedar basabasi sambil tersenyum kearahnya, Rey tampak penasaran dengan pembicaraanku menurunkan kaca mobilnya, sambil tersenyum kearah Damar yang juga membalas senyumnya itu
“iya, Loe udah balik? Sory yah kayaknya hari ini gue gak bisa pulang bareng sama loe, gue ada urusan mendadak nih” kata Damar yang membuatku sedikit kecewa
“oh gitu ya, gak apa deh biar gue bareng sama Rey aja, kamu hati-hati yah” sambil tersenyum gue menatap Damar yang menaiki mobilnya dan melaju ninggalin gue, yang juga masuk ke mobil Rey dan duduk di kursi belakang, kak Reza sepertinya mengerti apa yang sedang terjadi, ia menengok sebentar kearah gue sambil tersenyum
“jangan bilang kalo tadi loe mau ngajakin dia bareng kita?” kali ini Rey membuka topik pembicaraan
“tunggu, kalo gak salah tadi dia make bahasa ‘Loe-Gue?’ serius? Selama ini gitu cara dia manggil loe? Itu beneran pacar loe El??” kali ini sepertinya Rey tidak bisa menjaga ucapannya, dadaku seperti mendapat hantaman keras dari kalimat terakhirnya itu, tanpa menjawab lagi gue hanya menatap keluar jendela, melihat dedaunan kering yang berterbanagn di siang hari yang terik ini, sepertinya guguran daun itu lebih menghibur buat gue untuk saat ini.
Kak Reza tiba-tiba memukul pelan pundak Rey sambil memberi isyarat untuk diam karena melihat reaksi gue setelah mendengar perkataan Rey “udah kamu cepetan jalan gak usah ngomong yang ngawur, maaf ya El jangan dipikirin kita kan mau senang-senang hari ini” kata kak Reza sambil tersenyum gue balas seyumnya itu berusaha ,menyembunyikan suasana hati gue yang udah gak karuan lagi campuran kecewa marah sedih dan lelah dengan semua yang terjadi
Rey yang sudah menjalankan mobil keluar gerbang kampus menatap gue dari spion depan, mata gue bertemu dengannya dan gue alihkan pandangan ke luar jendela “El, sory gue gak ada maksud buat loe sedih, maafin gue ya” kata Rey dari kursi depan
“gak apa kok, santai aja, oh ya, gimana kalo gue pulang aja, loe berdua lanjutin acaranya berdua aja kan lebih asik nantinya” kata gue sambil tersenyum lebih baik sekarang gue pulang kerumah dan istirahat menenangkan hati
“gak ada, kamu harus ikut kita El, kakak mohon sama kamu deh yah… jangan pulang yah El kalo gak ada kamu nanti gak ada yang bantuin kakak marahin si Rey” bujuk kak Reza cepat sebelum gue benar-benar berubah pikiran, melihat tatapan memohonnya itu, gue akhirnya membatalkan keinginan pulang kerumah, menelpon mama dirumah dan meminta ijin kalo gue bakal pergi bareng Rey dan akan pulang Esok pagi, untungnya mama mengijinkan setelah tau gue beneran pergi bareng Rey, dan mobil pun melaju ke sebuah daerah wisata yang berada di ketinggian.
Mungkin dengan ikut mereka gue bisa menghibur diri dari pada merenung di rumah.
Mobil Rey memasuki sebuah rumah besar bercat putih berlantai 2, rumah ini berada sangat dekat dengan tempat wisata yang nanti akan kami kunjungi, seorang Pria dan wanita paruh baya menyambut kedatangan kami disini kata Rey mereka itu penjaga rumah ini.
Udaranya sangat sejuk dan karena ini sudah hampir sore kabut sudah mulai muncul dinginnya udara pegunungan juga perlahan mulai menusuk kulitku
“Ayo ke dalam dulu El kita makan siang dulu” tiba-tiba kak Reza sudah berdiri di sampingku yang sedang menikmati pemandangan indah perbukitan disini
“ah… gue lupa..” aku teringat sesuatu ketika duduk di meja makan
“Apaan??” Tanya Rey
“gue lupa bawa baju ganti sama perlengkapan mandi”
“yaelah… itu aja pakai repot, gue pikir apaan” sambung Rey dengan santai sambil mengambil makanan yang sudah disajikan di atas meja
Kak Reza tertawa kecil mendengar perkataan ku “santai aja El, nanti bentar kita beli, aku juga gak bawa kok, di dekat sini ada toko oleh-oleh, bajunya keren-keren loh, nanti dibayarin sama Rey juga tenang aja” lalu ia melirik Rey sebentar dan di balas dengan senyum sumringah dari Rey
Huh untunglah…menyenangkan melihat keakraban dua pasang manusia di depanku ini, andai aku bisa seperti mereka… ah sudahlah aku kesini bukan untuk merenungi hal bodoh seperti itu, aku mau senang-senang disini
Setelah selesai makan kami bertiga mengambil sepeda yang ada di garasi rumah ini kebetulan ada empat buah sepeda yang sedang terparkir, ternyata tempat ini adalah vila keluarga Rey, biasanya keluarganya menghabiskan waktu liburan mereka disini
Kami memberhentikan sepeda di sebuah tanah lapang di pinggir Danau, kami akan mendirikan tenda yang sudah disiapkan Rey sebelum datang kesini
“El loe bantuin gue ngumpulin kayu buat api unggun ya” kata Rey saat menurunkan tenda yang masih terlipat dibawah tanah
Aku mengacungkan jempol kearahnya“siip bos…”
“eh… kan aku mau minta tolong Elo bantuin aku diriin tenda, mending kamu aja yang nyari kayu bakar” sambung kak Reza
“ya udah kalo gitu” Rey lalu pergi mengumpulkan beberapa ranting yang ada di sekitar tempat kemah kami
“kamu lihat dia??” tanya kak Reza sambil tersenyum dan menunjuk kearah Rey yang sedang berjalan membelakangi kami
“kenapa dengan Rey kak?” aku mulai mengambil beberapa patok untuk mendirikan tenda
Sambil membuka lembaran tenda dari dalam tas pembungkusnya ka Reza melanjutkan “hah… aku teringat waktu pertama kali bertemu dengannya” lalu kak Reza seperti mengingat sesuatu dan tersenyum kearahku
“dia adalah pria yang cuek, terkadang seperti anak kecil, terkadang juga perkataanya bisa membuat emosiku meninggi, tapi dia adalah pria paling penyayang yang pernah aku temui”
Aku terdiam menyimak cerita kak Reza
"saat itu adikku yang masih duduk di bangku SMA akan mengikuti pertandingan basket antar daerah, aku sering mengantarkan adiku ke sekolah untuk berlatih basket dan lucunya ia adalah pelatih basketnya” sambil tertawa kecil kak Reza melanjutkan kisahnya
“aku adalah orang yang sangat cuek, dan tidak percaya akan kata cinta di dunia pelangi ini,singkatnya ia mendapatkan nomor handphoneku dan kau tahu?, dia adalah pria pertama yang mengatakan cinta padaku, waktu itu aku pikir dia bodoh, dari mana dia tahu aku suka pria? Apa dia tidak takut kalau aku normal?, tapi dari situ aku tau dia pria paling berani yang pernah kutemui”
“…………” aku masih terdiam menikmati cerita dari kak Reza
“aku tidak pernah memberinya jawaban, bahkan sampai adikku memenangkan pertandingan basket dan tidak berlatih bersamanya lagi, dia masih terus menghubungiku, ia selalu menggodaku, ia selalu mengucapkan salam dari pagi hingga malam, banyak pesannya yang tak kubalas, tapi ia dapat membuktikan bahwa ia pria yang benar-benar mencintaiku, ia mampu meluluhkan hatiku dan aku menyerah, lalu setelah 3 tahun sejak waktu perkenalan itu, aku menerima cintanya, dan ia mampu membuktikan bahwa cinta benar ada di dunia kita yang sempit ini El”
“………” aku hanya terdiam, memberikan seyumanku pada kak Reza
“aku harap kamu mengerti apa maksudku menceritakan semua itu Elo, kamu pasti bisa meluluhkan hatinya, kau hanya perlu bersabar, dan tetap teguh dengan perasaanmu padanya”
“iya, aku mengerti” aku begitu berterimakasih pada cerita kak Reza yang menjadi penambah semangatku hari ini, aku pasti bisa, benar kata kak Reza aku harus teguh dan percaya akan cintaku ini.
Malam ini kami bertiga duduk menghadap kearah danau sambil memanggang jagung dan daging yang sudah disiapkan tadi pada api unggun didepan kami, aku cukup terhibur hari ini menikmati malam bersama sepasang kekasih yang membuatku sedikit iri dengan kedekatan mereka, tapi aku bahagia menghabiskan liburan akhir pekan bersama mereka.
Jangan lupa......
Like dan coment ya!!!!
Mungkin Damar lgi fase menstruasi eh denial kali. Dia bingung. Ntahlah gue turut bingung. Nggk mau berspekulasi lebih jauh, takut salah. Lanjut...
Nggk.