It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ini sudah hampir tengah malam, dan tadi semua temanku juga sudah pulang duluan hanya tersisa satpam yang berjaga malam disini, aku berjalan pelan di belakang pak Roby yang menuju tempat mobilnya terparkir
“kenapa kamu? Ayo naik” pak Roby memanggilku saat aku berdiri terdiam, perlahan aku langkakan kakiku menuju pintu mobil yang sudah ia bukakan untukku
“tidak perlu takut, aku gak akan berbuat apapun sama kamu, santai aja” pak Roby sepertinya tau aku sedang takut saat ini duduk tepat disampingnya, aku tadi sempat berpikir kalo mungkin ia merencanakan sesuatu, bukan tanpa alasan, aku sempat berpikir bahwa pak Roby marah karena tau aku ‘berbeda’, juga karena takut dia mungkin menyerangku seperti berita yang sempat ku baca kemarin di internet tentang sepasang kekasih sesama yang di hajar sekelompok orang saat mereka sedang berada di sebuah bar.
“hey… bengong lagi, aku Tanya rumahmu ka arah mana?” aku terkejut mendengar teriakan pak Roby disebelahku
“Di jalan depan belok kanan menuju bundaran” aku sempat sibuk dengan pikiranku sampai tidak mendengar ia sedang berbicara denganku, tiba-tiba ia malah mendekat, ia menarik sesuatu dari sisi sampingku lalu menariknya ke arah sebelahnya, dalam posisi ini mataku bertemu dengan matanya, aku bisa mencium bau nafas bearoma mint menyapu wajahku, aroma parfum bercampur aroma tubuhnya masuk memenuhi indra penciumanku, ia tersenyum simpul karahku wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku dan membuatku semakin gugup
“sebelum jalan pakai sabuk pengamanmu dulu” setelah berkata begitu ia kembali duduk seperti posisi semula dan siap mengantarkanku, aku masih terdiam akibat dari kejadian tadi aku….. terpesona dengannya…..
“kamu kuliah dimana?” pak Roby membuka percakapan setelah aksi diam-diaman
“saya kuliah di Pltk kak”
“santai aja bicaranya, jangan anggap aku bosmu, anggaplah aku temanmu”
“…………..”
“kamu anak teknik? Jurusan apa?”
“T. S.”
“oh ya?, bagus dong, kamu bisa kerja bareng aku nanti, ayahku punya perusahaan developer, mungkin kalo kamu mau kita bisa bekerja sama disana”
“benarkah?, kalo itu aku mau, tapi aku masih harus banyak belajar” aku sangat senang mendengar tawarannya tadi
“iya, kalo kamu mau tau lebih kamu harus lebih banyak di lapangan kerja, jangan hanya di kampus aja belajarnya, kamu semester berapa sekarang?”
“aku sekarang semester 5, beberapa bulan lagi aku masuk semester 6”
“berarti masih lama kamu selesainya?” pak Roby menengok sebentar kearahku
“sebenarnya semester depan ini semester terakhirku, aku sudah persiapan penelitian”
“baguslah kalo begitu, semakin cepat semakin baik, kalo kamu kerja bareng aku jadinya kita bisa lebih dekat dan bisa sama-sama terus”
“maksudnya?” aku tidak mengerti dengan maksud perkataan terakhirnya itu
“hah? Ah nggak-nggak apa-apa, maksudku lebih baik kamu kerja di bidang yang sama dengan sekolahmu sekarang bareng aku” pak Roby terlihat salah tingkah dan menggaruk kepalanya
“iya aku mau”
“……….” Ia menengok sebentar kearahku lalu tersenyum aku balas senyumnya
Lalu kami terdiam hingga mobil berhenti sampai di depan gang rumahku
“hanya sampai disini? Mau aku antar sampai kedalam?” menurutku itu tawaran yang aneh dari pak Roby, apa aku terlihat seperti anak tk yang harus diantar sampai depan rumah?
“gak usah kak, rumahku dekat kok di ujung gang ini”
“oh ya sudah kamu hati-hati ya”
“iya kak, terimakasih tumpangannya”
Aku berdiri didepan gang sampai mobil pak Roby tak terlihat lagi
^^^FLASHBACK^^^
--ROBY—
Kebetulan hari ini Tante Linda sedang megunjungiku, ia datang sendirian karena Edi sepupuku itu sedang mengikuti persiapan ujian akhir nanti, aku diminta untuk mengantarkannya ke mall untuk berbelanja
“Mama mau lihat-lihat baju yang disana, kamu mau ikut?” Tanya tante Linda saat kami selesai berbelanja bahan makanan
“hmmmm, nggak deh, aku tunggu di restoran yang itu ya?” aku tidak mengiyakan ajakannya, sudah pasti itu akan lama dan melelahkan menunggunya memilih pakaian
Setelah itu aku berkeliling sebentar tapi mataku terpaku pada sosok pria berkacamata yang berjarak beberapa meter dariku ia sedang memilih sesuatu disana, aku perlahan mendekati tempatnya, senangnya aku bisa bertemu lagi dengannya disini, tapi langkahku terhenti ketika melihat seseorang yang sedang bersamanya itu, Elo sedang bersama seorang pria yang aku kenal, dia salah satu temanku, aku menghentikan langkahku, memperhatikan apa yang dilakukan mereka berdua, aku melihat Elo memilihkan sesuatu dari toko aksesoris untuk pria itu, aku sudah tahu siapa pria disampingnya itu dia temanku dan aku tahu jika dia juga sama denganku.
Aku terus membuntuti mereka, dadaku memanas melihat Elo begitu ceria bersama dengan pria yang kelihatan sangat dingin dan tanpa ekspresi, aku benci ketika Elo memberikan senyumnya itu kepada pria disampingnya. Mereka lalu menuju sebuah restoran aku mengambil posisi duduk tepat di belakang mereka dan berjarak beberapa kursi juga terhalang dengan tanaman hias, kupastikan disini mereka tidak bisa memperhatikanku, kebetulan sore ini mall masih sepi, mataku terbelalak melihat Elo memakaikan sesuatu ditangan sang pria yang ada dihadapannya, tanganku terkepal melihat semua itu melihat ia menggenggam erat tangan pria di hadapanya, aku bangun hendak menghampiri mereka, aku tidak suka pemandangan itu, aku tidak ingin yang lain mendekatinya selain diriku
Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku ketika aku hendak bangun dari kursiku “Roby, mama cariin kamu dari tadi, kok malah disini? Tadi katanya restoran yang itu”
“Eh mamah, tadi Roby ketemu sama teman disini, mama udah selesai belanjanya?” aku masih melirik ke meja Elo, namun ia dan pria itu sudah bangun dan keluar dari restoran, aku harus menanyakan ini padanya besok!
“udah, kita makan disini aja yah, mama udah lapar” permintaan tante Linda membuatku membatalkan keinginanku untuk membuntuti mereka, sekarang pikiranku penuh dengan berbagai pertanyaan terhadap si pegawai baru itu……
Part 10 B
^^^FLASHBACK^^^
--DAMAR—
Malam ini gue seneng banget, di hari ulang tahun gue seseorang yang sangat gue rindukan dan sempat pergi ninggalin gue datang lagi, ternyata dia masih ingat ulang tahun gue
Gue lagi asik menggerakkan tubuh mengikuti irama music yang menghentak bersama Alvian, ini rasanya menjadi hari paling bahagia dalam hidup gue “thanks…” teriak gue di dekat telinganya
“untuk?” ia membalas, bibir imutnya itu berbisik di telingaku, jika saja tidak ada orang disini sudah pasti aku lumat benda kenyal itu
“untuk hari ini” balas gue lagi sambil terus menikmati musik, Alvian juga tak kalah asiknya mengerakan badannya, terkadang kami saling mencuri kesempatan untuk saling menempelkan tubuh kami, aroma parfumnya masih sama seperti yang dulu masih bisa membuatku mabuk
Gue ingat sesuatu waktu lagi menikmati irama musik yang semakin menghentak, gue cari sosoknya dan dia memang sedang tidak disini.
Tiba tiba Alvian narik tangan gue “Damar…. Ayok”
Gue ikut dia, dia terus narik gue menjauh dari keramaian, dia nuntun gue masuk kedalam bilik di toilet, badan gue di dorong kearah dinding, pikiran kotor sudah penuh di kepala saat ini, tanpa tunggu basa basi lagi, gue langsung mendaratkan kecupan di benda kenyal berwarna merah muda di depanku
“hmmmm…ehmmmm, Damar…..” gak gue hiraukan suara dari bibirnya yang tertahan oleh sapuan lidah, gue benar benar rindu dengan kecupannya yang sudah lama gak gue dapatkan
“stop please!!” dorongannya dan mengembalikan kesadaran gue
“maaf aku tidak bermaksud….” Sebelum selesai bicara dia sudah meletakan jari telunjuknya di bibir gue.
“It’s okay, aku menyukainya, itu juga sudah menjadi bukti bagiku” jawab Alvian sambil tersenyum
“bukti apa maksudmu?” sambil mengelus rambutnya dan menatapnya lekat, wajahnya bersemu merah ketika mendapat tatapan menggoda gue
“Kau masih mencintaiku, iya kan?, aku juga Damar, aku… minta maaf sudah meninggalkanmu, aku mau kita kembali seperti dulu lagi, saling menyayangi, kau mau memaafkanku?”
Jantung gue berdetak kencang mendengar perkataanya tadi “ aku tidak pernah menyalahkanmu Alvian, aku sadar itu semua kesalahanku sampai kau pergi” senyum terkembang, kemenangan sekarang milik gue
“jadi, kamu mau kan kita pacaran lagi??” dia gigit bibir bawahnya lalu natap gue penuh harap
“……..” Entah kenapa, bayangan Elo muncul dalam kepala gue, dia tersenyum begitu manis
“Dam…..Damar…..”gue kaget waktu Alvian nepuk pipi gue perlahan “kamu kanapa diam?, belum bisa jawab?”
“hah? A-apa?” gue bingung entah harus berkata apa, gue kehilangan kendali atas lidah yang udah kaku, entah kenapa kata ‘Ya’ gak bisa gue ucapin dengan mudah, bayangan Elo malah terus melintas di kepala, Damar!!! Apa yang loe tunggu? Ini yang loe mau bukan?? gue terdiam dan sibuk dengan pikiran gue sendiri
“*hehehee* aku nggak maksa kamu jawab sekarang, kamu masih punya urusan lain yang harus diselesaikan sepertinya, aku tunggu jawabanmu Damar” dia berjinjit dan mengecup bibir gue sambil mengedipkan sebelah matanya
“Kenapa denganku?” gue berjalan pelan, ada sesuatu yang salah, tapi gue nggak tahu apa itu, gue baru aja melangkah keluar dari toilet dan tiba-tiba Elo juga masuk dan gue kaget dengan kehadirannya yang tiba-tiba itu, apa dia lihat kejadian tadi?
“Eh loe dari mana aja?, gue cari-cari kok gak ada” gue berusaha bersikap biasa
“aku tadi di luar kok, kamu masih lama Dam?”
“gak tau, kan loe tau temen gue masih banyak, loe udah mau pulang?”
“nggak, aku nungguin kamu aja, pokoknya nikmatin aja malam spesialmu Dam, dan maaf banget aku gak tahu kamu ultah dan aku gak tahu mau kasih kado apa” dia terlihat sangat menyesal
“ah… gak perlu, loe udah makan?”
“udah kok , aku mau buang air kecil dulu”
“ok” aku hendak berjalan kembali bergabung dengan yang lain
“Dam…” tiba-tiba dia menarik lengan gue
“kenapa?” apa dia melihat kejadian tadi? Tidak kayaknya dia nggak tahu tentang itu
“selamat ulang tahun, semoga panjang umur, aku sayang kamu”
“makasih” gue tersenyum lalu pergi, entah kenapa ada rasa bersalah, apa salah gue?, ada apa dengan diri gue?
~~~~~ Beberapa hari setelah perayaan ulang tahun ~~~~~~~~
“habis makan kita jalan yuk” tiba-tiba Elo bersuara, ingatan tentang kejadian kemarin masih terbayang terus di kepala gue sampai akhirnya gue gak fokus dengan lawan bicara,selain itu ada rasa bersalah yang entah kenapa terus muncul tiap kali gue ngeliat Elo, ah sialll!!!
“hah?, apa?” jawab gue bingung
“kamu lagi ngelamun ya?, aku mau ngajak kamu jalan, mau ya… please hari ini aja” Elo berkata sambil tersenyum dan mengelus tangan gue yang ada diatas meja, jujur gue senang liat senyumnya itu, dari semua orang yang dekat sama gue, sepertinya cuman dia yang punya senyum semanis itu
“iya, mau kemana loe?” karena tatapan memohonnya gue jadi gak bisa nolak permintaan dia
“ke mall aja, ada yang mau aku beli”
“ok”
~~~~~ Di mall~~~~~
“Dam kamu suka yang mana?”
“kamu jauh-jauh kesini cuman mau beli itu?” aku heran dengan tingkahnya hari ini yang jauh-jauh mengajakku ke Mall hanya untuk membeli sebuah gelang
“pilih dulu kamu mau yang warna apa?”
“ah kayak anak kecil aja pakai yang begitu”
“pilih Dam……! Please……”
“yang itu ”
“*hahaha, samaan dong kita, aku juga mau yang itu”
~~~~~~
“Dam mana tangan kamu” waktu gue sama dia lagi nikmati es krim di salah satu resto di mall, ini adalah pertama kalinya gue jalan berdua sama dia, tiba-tiba dia menarik tangan gue yang ada di atas meja
“apaan sih”
“sini….” Kemudian dia pasangin gelang yang tadi dia beli, juga sebuah kalung untuk dia pakai, gue juga baru sadar kalo gelang dan kalung ini punya bentuk liontin yang sama
“Dam, sebelumnya aku minta maaf, kemarin gak sempat kasih kamu sesuatu yang bagus untuk kado ultah kamu, dan sekarang juga belum, tapi semoga gelang ini bisa menjadi hadiah ulang tahun pertama kamu dari aku, aku milih kamu gelang dan aku kalung, karena aku mau selama kamu pakai gelang ini walaupun aku gak selalu ada di samping kamu, tapi ingat, aku selalu genggam tanganmu dimanapun kamu pergi, dan aku udah ngikat cinta dan setiaku untukmu di gelang itu, dan kalung ini sebagai tanda kalo kamu selalu ada di sini di hatiku, walau aku tahu kalo aku belum bisa dapat tempat yang layak di hatimu, tapi gak apa, aku akan berusaha untuk dapetin itu” kalimat panjang tadiberakhir dengan sebuah senyum yang selalu gue suka dari dia, dada gue berdetak cepat mendengar kalimat panjang tadi, entah apa ini ada rasa marah yang ditunjukan ke gue sendiri, dan gue bingung dengan apa yang terjadi sama gue, dalam diam gue terus natap matanya yang berbinar-binar
“……………”
“udah yuk pulang” ajak Elo setelah beberapa saat gue terdiam
Tak ada pembicaraan setelah dari mall tadi, gue langsung ngantar dia pulang
“selamat ulang tahun Damar, aku sayang kamu” sebelum turun dia mencium pipi gue tiba-tiba, lalu dengan cepat dia turun dan berlari, hampir gue teriak karena terkejut, tapi malah ketawa karena tingkahnya tadi, tangan gue juga bergerak sendiri memegang pipi yang dia cium tadi, wajah gue bersemu merah..
Part 11
Elo sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak hari ini di dapur Damar, siulannya menggema menyebar diseluruh ruangan rumah, suara langkah kaki mendekat kerah pintu ruang dapur tempat Elo berada
“lagi ngapain?” Tanya Damar sambil melipat kedua tangannya, dan bersandar pada dinding
“yah mau masak buat kamulah Dam” Elo menoleh sebentar memberikan senyum manisnya lalu menlanjutkan pekerjaannya
“besok loe gak usah buatin gue makan lagi, nyokap bokap udah datang besok jadi udah ada yang masak dirumah”
Elo menghentikan aktifitasnya, kompor yang sudah dinyalakan ia matikan kembali, ia berbalik menatap sebentar Damar “benarkah?” raut wajahnya berubah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya
“iya, tapi loe masih bisa datang kesini kok kalo mau”
“Entahlah aku tak yakin” Elo sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, ia sudah tidak bisa lagi datang kesini setiap hari seperti yang dilakukannya dan artinya dia akan sulit berada di dekat Damar “ok kalau begitu aku harus cari cara lain” dengan tarikan nafas panjang Elo melanjutkan perkataannya
“maksud loe?” kening Damar berkerut mendengar perkataan terakhir Elo
Elo tak lagi memberi jawaban ia tetap melanjutkan pekerjaannya, senyumnya masih terkembang, namun hanya ia yang tahu bahwa senyumnya itu hanya untuk menhilangkan kekhawatiran yang muncul dipikirannya saat ini.
Semua makanan sudah siap diatas meja makan, Elo beranjak dari dapur menuju ruang tengah mencari Damar, langkahnya terhenti ketika ia melihat ada orang lain selain dirinya yang berada di rumah Damar sedang duduk disofa bercengkrama bersama Damar
“Eh ada kamu juga” sapa orang itu ketika menyadari Elo sedang menatapnya, Elo hanya tersenyum kearahnya lalu berganti menatap Damar lekat, Damar yang dipandang begitu menjadi salah tingkah dengan situasi saat ini
“gimana El?, kamu udah selesai?” Tanya Damar ke Elo
“iya, kalo kamu mau makan udah bisa kok, ajak juga temanmu Dam” kata Elo lalu bergabung bersama mereka
“oh kamu ada tukang masak baru Dam?” Tanya Alvian sambil melirik Elo, mendengar itu raut wajahnya berubah, iya sadar betul jika perkataan itu adalah sindiran baginya
“hahaha, nggak kok, kebetulan nyokap lagi keluar daerah, jadi gue minta dia bantuin gue buatin makan siang, masakannya enak loh Vin” jawaban Damar sukses merubah raut wajah Elo
“udah ayok kita makan bareng, aku udah lapar nih, kamu juga makan bareng disini ya Vin” lanjut Damar
“beneran gak apa nih Dam?” Tanya alvian sambil melirik lagi Elo
“santai aja kok” kali ini Elo yang menjawab sambil tersenyum
Mereka bertiga sudah duduk di kursi siap menikmati hidangan yang ada diatas meja segiempat yang berada ditengah ruang makan, Elo duduk tepat disamping Damar, dan Alvian ia duduk berhadapan dengan Damar
“pentesan kamu agak gendutan sekarang Dam, makanannya enak semua” kata Alvian
“iya, kamu gak seksi kayak dulu lagi, kurang hot” lanjut Alvian
*uhuk-uhuk-uhuk, mendengar itu Elo malah tersedak, ia tidak mengira kata itu akan diucapkan Alvian, ia menatap sebentar Alvian yang juga sedang meliriknya dengan senyuman aneh
“kenapa El?” Tanya Damar
“ah, nggak, aku tersedak” jawab Elo
---setelah makan, diteras depan rumah Damar---
“Damar itu romantis, hangat, dia juga menyenangkan” Alvian berucap, entah dengan siapa dia bicara saat ini, dia sedang duduk di teras depan rumah ada Elo juga disitu tapi ia tidak menghiraukan sosok Alvian disitu ia sudah menilai buruk terhadap kehadiran Alvian belakangan ini terlebih pada hari ini
“………”
“dia begitu tenang dalam segala hal, dulu ia mampu meredam emosiku kalau aku marah, ia bisa buat aku tertawa kalau aku sedang down” lanjut alvian
“………” Elo masih terdiam, ia berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan Alvian
“kalau sama kamu gimana? Kayak gitu juga?” Alvian melirik Elo yang ada di sebelahnya mereka sedang duduk di bangku panjang
“………..”Elo sudah berusaha menghindari kontak dengan Alvian sejak selesai makan tadi untuk menjaga perasaannya yang sudah tak karuan karena dibayangi dengan berbagai pikiran aneh tentang kembalinya Alvian dan juga hubungannya dengan Damar namun Alvian malah sudah duduk disampingnya dibangku taman yang ada di depan teras
“kalo diam berarti nggak yah?*hehehe” lanjut Alvian dengan tawa yang seolah ditahan
“……….”
“oh ya, kamu tau nggak Damar itu Agresif kalo di ranjang, kadang aku gak sanggup ngimbangin dia” kali ini Alvian sengaja berbisik ditelinga Elo
Mata Elo terbelalak, dadanya serasa dihantam, telinganya sudah benar-benar panas saat ini “maksudmu???” kali ini Elo menjawab Alvian
“*hahahaha* jangan kaget gitu Elo…… kenapa? Gak percaya?, Tanya aja Damar siapa yang ngambil keperjakaanku” tawa alvian memecah keheningan
“terserah kamu mau bilang apa, itu cerita dulu kan? Sekarang kita nggak tau akan gimana ceritanya” balas Elo tak mau kalah, kesabarannya sudah habis
“hmmmm… ok aku anggap itu sebagai tantangan dari kamu”
“maaf, tapi aku gak pernah bilang kita bertaruh untuk ini, jangan bersikap bodoh”
“bodoh katamu?, atau kamu takut kalah?, sudahlah, tinggalkan saja Damar sekarang, dari pada kamu diputusin, malu-maluin tau”
Wajah Elo benar-benar merah padam saat ini “putus??, jangan mimpi” balas Elo kali ini dengan menatap tajam Alvian yang berada tepat disebelahnya
“loh kalian malah disini, ayok aku anter pulang udah malam ini” kedatangan Damar menghentikan perdebatan kecil diantara dua orang tadi, setelah itu mereka berjalan mengikuti Damar menaiki mobil
“Good luck buddy…!” ujar Alvian berbisik sambil menepuk pundak Elo dengan gayanya yang menyebalkan.
Part 12
Elo sedang duduk diteras rumahnya, menikmati semilir angin berhembus, membiarkan debu tanah kering berterbangan kearahnya, siang ini Elo sedang meratapi nasibnya yang bingung harus bagaimana, kebetulan hari ini adalah hari minggu, ia juga tidak ada jadwal parttime seperti biasa
(Nomor yang anda tuju sedang sibuk………) ini sudah yang kesepuluhkalinya Elo berusaha menelepon Damar sedari tadi, tapi malah wanita itu yang terus menjawab diseberang sana ‘apa gue kerumahnya aja? Ah ngapain juga? Kalo dia nggak ada gimana?’
Elo menarik nafasnya dalam-dalam lalu ponselnya bergetar, ada pesan masuk dari sebuah nomor tidak dikenal
‘From : +6282135xxxxxx
Kamu lagi sibuk? Boleh aku ganggu?’
Kening Elo berkerut membaca pesan tadi lalu jarinya mengetik sesuatu
‘To : +6282135xxxxxx
Maaf, ini siapa ya?’
‘From : +6282135xxxxxx
Ini nomor Elo Prayoga kan?’
‘To : +6282135xxxxxx
iya, kamu siapa ya?’
cukup lama tak ada balasan lagi dari pesan tadi, saat Elo hendak meletakan handphonenya di dalam kamar sebuah pesan kembali masuk
‘From : +6282135xxxxxx
Ini Roby
Kamu gak nyimpen nomorku?’
Elo baru sadar kalo beberapa hari lalu ia sempat bertukar nomor dengan anak bosnya itu
‘To : +6282135xxxxxx
Maaf pak, saya lupa save nomornya, kebetulan saya libur hari ini, ada apa pak?’
‘From : +6282135xxxxxx
1 jam lagi aku jemput kamu’ kening Elo semakin berkerut membaca pesan berikutnya, ada apa dengan orang ini, tiba-tiba menjemputnya tanpa meminta persetujuannya dulu
‘To : +6282135xxxxxx
Maaf pak, maksud bapak bagaimana ya?’
‘From : +6282135xxxxxx
Nanti aku beri tahu, ingat sejam lagi aku disana’
Setelah membaca pesan itu dengan segera bersiap, namun rasa heran itu belum juga hilang, sejak pertama bertemu dengan orang bernama Roby ini Elo menjulukinya ‘si Aneh’ hal itu jelas tertulis di kontak Roby yang baru saja ia simpan.
_
-Elo-
Gue baru aja selesai mandi, lagi ganti baju di kamar, gegara pesan dari si orang aneh itu, iya orang aneh pak Roby, kenapa aneh? Ya menurut gue sikapnya itu aneh aja, bentar baik bentar jahat ah entahlah.
“Elo, kamu belum selesai siapnya? Temen kamu udah nungguin dari tadi” teriakan mama dari teras depan rumah, gak gue jawab, gak lama wajah mama malah nongol dari balik korden kamar gue “heh, kamu ngapain sih, temennya udah nungguin dari tadi”
“hah? Siapa?”
“katanya sih Roby namanya, dia bilang udah janjian sama kamu”
Tuh kan gue bilang juga aneh, tadi dia bilang sejam lagi baru ada disini, ini baru 15 menit dari sms dia yang tadi eh dia udah sampe aja, “oh iya mah, bentar lagi aku kedepan”
Setelah bersiap ala kadarnya gue menuju teras depan, ok untuk beberapa saat gue sempat terbengong dengan orang di depan gue ini, kemeja biru muda yang sengaja dibuka kancing paling atasnya, jeans denim yang pas dengan bentuk kakinya, gak longgar gak ketat, sepatu kets merek ternama makin membuat penampilannya keren abis.
“hey…. Udah siap?” Tanya pak Roby setelah ngeliat gue cuman diam di depan pintu
“ah, eh, i-iya pak”
“santai aja manggilnya Elo”
“eh iya kak, ehmmm kita mau kemana ya?”
“ikut saja”
“loh udah mau jalan? Baru aja mau tante buatin minum” kata mama mendekati gue yang udah siap mau jalan
“gak usah repot-repot tante, oh ya aku ijin ngajakin Elo keluar bentar yah tan” kata Roby kemudian
“oh iya gak apa kok, kalo perlu ajakin Elo main yang jauh biar dia gak dirumah melulu, bosan tante liatnya” jawab mama, hmmmm makasih mama yang baik, jadi udah bosan liat muka gue ya…..
“mah aku pamit dulu ya, nanti aku gak pulang lagi, kan udah bosan ngeliat aku” jawab gue kemudian yang diikuti dengan tawa mama dan Roby, apa yang lucu coba?