It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Part 19
Seminggu sudah Elo menjadi koki dadakan mempersiapkan bekal makan siang bagi Roby atasannya. Selama itu juga ia terus mendapat rayuan-rayuan yang mampu membuatnya tersipu saat ia mengantarkan makan siang itu ke ruangan Roby.
Pagi ini Elo sudah berada didepan kantor, peluh membasahi baju ketika dia memmasuki loby kantor setelah berjalan kaki dari gerbang utama yang jaraknya sekitar satu kilo, tangannya mengenggam sebuah tas kain kecil berisi kotak bekal yang sudah disiapkannya khusus untuk Roby atasannya.
Seharusnya pagi ini Elo dijemput Roby seperti hari-hari sebelumnya, namun setelah menunggu begitu lama ia tak mendapat kabar akan dijemput oleh Roby , teleponnya pun tak diangkat sama sekali, Elo memutuskan untuk pergi ke kantor dengan menggunakan angkot setelah ia mengirim sebuah pesan ke Roby agar tidak menjemputnya , walau Elo yakin bahwa Roby mungkin tak akan membaca pesan tadi karena pasti dia sedang sibuk sekarang.
Setelah duduk di meja kerjanya ia mencoba memeriksa ruangan Roby tapi orang yang dicari juga tak ada disana, Elo merasa heran karena ia tahu betul hari ini Roby tak ada jadwal diluar kantornya setelah dia memeriksa jadwal yang tertulis di agendanya, ia mencoba menghubungi Roby lagi namun tetap tak diangkat juga Elo semakin khawatir karena tidak biasanya Roby seperti ini bahkan Lita teman satu ruangannya pun tak melihat Roby datang ke kantor pagi ini.
Satu jam lagi menjelang waktu makan siang, Elo menarik nafasnya dalam sambil merenggangkan tubuhnya di kursi kerjanya, ia memeriksa ponselnya dan sama sekali tak ada kabar dari Roby chat yang dia kirimkan bahkan belum dibaca. Tiba-tiba yang ditunggu pun muncul mata Elo bertemu dengan matanya ia berjalan santai dan tersenyum singkat kepada Elo dan juga Lita.
Elo mengetuk pelan ruangan Roby sebelum dia masuk, Roby sedang menatap layar komputernya ia bahkan tak peduli Elo sedang berada didepannya saat ini
“permisi pak, apa bapak baik-baik saja?, aku mencoba menghubungi bapak sejak pagi tapi tak berhasil”
“apa kamu khawatir padaku?” Roby mengalihkan pandangannya dari layar monitor ke wajah Elo, ia tersenyum lebar “aku pikir kalau aku tak memberi kabar kamu tak akan mencariku, tetapi aku salah, maaf sudah membuatmu khawatir”
Atasan Elo yang satu ini benar-benar overdosis percaya diri “sebagai asisten bapak jelas aku harus tau dimana bapak dan apa yang bapak lakukan”
“hanya sebagai asisten?, tidak bisa lebihkan Elo?”
“apa bapak mau dibuatkan kopi?” Elo berusaha mengalihkan pembicaraan pada hal-hal yang lebih penting
“tidak perlu ini sudah siang, aku lapar, kamu sudah siapkan makan siangku kan?”
“iya, akan aku ambilkan”
Elo lalu mengambil bekalnya dan juga bekal Roby yang sudah disiapkan di sebuah nampan bersama dua gelas air, setelah itu dia kembali keruangan Roby lalu membuka bekal tadi dan diberikannya pada Roby.
Elo menatap Roby dengan penuh tanya karena dia tidak menyentuh bekal itu “kenapa?”
“aku lelah setelah menyetir tadi, tanganku pegal”
“jadi??”
“suapi aku” kata Roby sambil menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangannya di dada
“bukankah sendok itu sangat ringan?, aku yakin bapak bisa makan sendiri”
“apa memintamu menyuapiku pekerjaan yang sangat berat Elo??, ya sudah kalo kamu tidak mau kamu bisa bawa lagi bekalnya, rasa laparku sudah hilang”
Roby sangat antusias dia menegakkan duduknya, melipat lengan panjang bajunya dan melepaskan dua kancing bajunya itu, dan itu membuatnya terlihat lebih seksi , Elo sedikit terpana dengan pemandangan pria tampan didepannya ini, dengan cepat Elo menghapus semua pikiran aneh yang mulai menyerang kepalanya
“kenapa diam?” kata Roby setelah melihat Elo diam mentapnya
Elo mulai menyendoki bekal Roby lalu mulai menyuapinya sungguh Roby seperti bayi kecil pikir Elo “bayi kecil yang bodoh”
“apa katamu?, bodoh??”
“ti...tidak”
“makanannya enak, kamu juga makan”
“bagaimana aku makan kalau bapak minta disuapi”
“maksudku kamu juga ikut makan, kita berbagi makanan”
Elo menarik nafas panjang , menurutnya permintaan Roby ini sungguh aneh
“setelah bapak makan baru aku makan”
“masukan makanan disendok itu kemulutmu ayo” kata Roby saat Elo hendak menyuapinya lagi “ayo cepat” Roby mendorong sendok berisi makanan itu ke depan mulut Elo
“baiklah” Elo lalu memakan makanan itu kemudian menyuapi Roby lagi setelahnya , mereka berdua saling berbagi makanan keduanya saling bertatapan dan tertawa merasa lucu dengan kelakukan mereka sendiri
“permintaan bapak selalu aneh” kata Elo sambil tertawa kecil
Roby juga ikut tertawa ia senang melihat Elo yang tertawa lepas karena ulahnya
“tok tok tok”
Seseorang mengetuk pintu dari luar, Elo yang sedang merapikan tempat bekal yang dia bawa menghentikan aktifitasnya hendak membukakan pintu namun si pengetuk pintu sudah berhasil masuk duluan
Matanya dan mata Elo saling bertatapan, Elo memberikan senyum manisnya menyambut, wajahnya tetap dingin menatap Elo dia melangkah cepat hampir menubruk Elo
“Edi?, kenapa kamu kesini?” tanya Roby yang sudah kembali duduk di meja kerjanya ia terkejut melihat Edi sudah berada di depannya seharusnya Edi memberitahu dia sebelumnya jika ingin kesini
“aku pikir kakak pasti lapar dan belum makan siang, jadi aku bawakan makan siang buat kakak, harusnya tadi kita makan dulu tapi kakak malah buru-buru ke kantor” Edi menunjukkan sebuah bungkusan berisi dua kotak makanan, Edi belum puas menghabiskan waktunya bersama Roby hari ini walau hampir setengah hari ini sudah dia sita waktu Roby, dia meminta Roby untuk mengantarnya mendaftar ke kampus barunya , Edi berhasil menepati janjinya untuk melanjutkan pendidikannya di kota tempat tinggal Roby
“tapi kakak baru selesai makan, harusnya kamu bilang dulu kalau mau bawa makanan kesini”
Edi hendak menjawab perkataan Roby namun ia membatalkannya setelah melihat dua kotak bekal di tangan Elo yang hendak keluar dari ruangan Roby, Elo merasa Edi tidak menyukainya jadi sebaiknya dia segera keluar dari ruangan ini
“memangnya aku harus meminta ijin dulu kesini?, nggak kan?” Edi menatap tajam kearah Elo dan juga kotak bekal yang dibawanya secara bergantian, Elo gugup dengan tatapan yang diberikan Edi
“perhatian banget ya asisten kakak yang satu ini, semoga gak ada maksud lain”
“apa maksudmu Edi?” Roby merasa tidak suka dengan ucapan ketus Edi , Elo hanya tertunduk lalu berjalan pelan keluar ruangan
“saya keluar dulu pak, permisi”
“apa kamu masih ada keperluan disini Edi?, kalau tidak sebaiknya kamu pulang karena kakak sedang sibuk, makanannya bisa kamu taruh dimeja, kakak akan memakannya jika lapar nanti”
“tidak perlu mengusirku, makanannya biar aku bawa kembali saja” Edi berbalik hendak keluar dari ruangan Roby “sebaiknya kakak jangan menghindariku lagi, itu semua percuma karena aku sudah disini sekarang, sudah dulu ya kak Robyku yang tampan, sampai jumpa malam nanti, oh ya jangan terlambat aku akan menyiapkan makan malam spesial untuk kita dirumah” kata Edi sambil mengedipkan matanya dan memberikan senyum simpul kepada Roby yang menatapnya tajam
“oh ya kamu Elo kan? Asisten kak Roby?”
“iya”
“oh ya mulai besok kamu gak perlu repot-repot menyiapkan bekal untuk kak Roby karena aku yang akan menyiapkannya”
Elo menatap heran orang yang sedang berbicara didepannya ini tatapannya itu seperti hendak menusuknya “baiklah”
“satu lagi jangan coba-coba mendekati kak Roby dia itu milikku”
Edi kemudian berjalan pelan menuruni tangga “dasar aneh” gerutu Elo kemudian
Angin sore berhembus pelan membawa aroma khas air laut bersama ombak yang berdebur, mentari sebentar lagi terbenam , Elo tak bisa menolak saat Roby memaksanya untuk ikut ke pantai sambil menikmati pemandangan senja disana karena sedari pagi waktu yang harusnya untuk Elo tersita untuk Edi yang pandai membuat alasan agar dapat pergi bersama Roby.
“sesekali kita perlu habiskan waktu berdua Elo, saling berbagi cerita, mungkin dengan begitu kita bisa lebih dekat dan kamu bisa membuka hatimu untukku”
Elo menoleh sebentar menatap sisi wajah pria disebelahnya , ia menarik nafas perlahan “Lebih baik jangan habiskan waktu kakak untuk ku”
“terserah apa katamu aku akan terus berusaha Elo, aku yakin kamu pasti jadi milikku, mungkin gak sekarang jadi aku harus lebih bersabar” kata Roby tersenyum penuh arti kearah Elo, pantulan cahaya mentari sore membuat wajah tampan Roby semakin mempesona
“kenapa kamu begitu keras kepala??” jawab Elo dengan nada suara yang ditinggikan
“karena ini tentangmu Elo!!, aku tidak akan pernah berhenti berusaha selama itu tentangmu, tentang cintaku padamu!!” jawab Roby tak kalah sengit kali ini ia menatap Elo tajam bukan dengan perasaan marah tetapi dengan perasaan ingin menguasai Elo
“kenapa kamu begitu sulit diyakinkan Elo” kali ini Roby balik bertanya
“aku tidak merasakan apapun dengan kakak jadi kenapa kakak harus memaksakan diri”
“apa kamu masih belum bisa melupakannya?, apa kamu masih menyimpan rasamu untuk Damar?, tidak bisakah kamu melupakannya?, aku yakin aku lebih baik darinya”
Jantung Elo berdetak kencang, dadanya terasa nyilu, Roby berhasil merubah suasana sore yang indah tadi menjadi kacau, air muka Elo yang tenang berubah murung, seharusnya ia membalas perkataan Roby tadi dengan sanggahan yang lainnya, tetapi Elo memilih diam, Elo kalah berdebat karena ia sendiri mempertanyakan hal yang sama kepada hatinya.
Roby membaca perubahan sikap Elo dan sadar bahwa Emosinya sudah berlebihan “maaf aku tidak bermaksud untuk....”
“sepertinya hari sudah gelap, aku lelah, bisakah aku pulang sekarang?” kata Elo lalu bangkit dari duduknya sambil membersihkan pasir-pasir yang menempel di pakaian dan juga tangannya
“baiklah kalau begitu”
Suasana menjadi hening sepanjang perjalanan pulang menuju rumah Elo. Saat turun dari mobilpun Elo hanya berterimakasih dan langsung pergi tidak berbasabasi seperti biasanya.
Roby menarik nafas dalam menatap punggung Elo yang semakin menjauh.
Elo terdiam merenung dikamarnya semua perkataan Roby terus terngiang ditelinganya Roby benar-benar menyukainya. Elo mengutuk dirinya sendiri , kenapa dia harus menolak Roby?, ia malah membuat Roby berada diposisinya dulu saat bersama seseorang dan ia tidak suka melihat Roby terus memohon kepadanya, tetapi apakah ia benar menyukai Roby ?, atau ini hanya sebatas rasa kasihan saja? Jika begitu maka ia tidak boleh melanjutkannya karena ia tak ingin melukai Roby yang begitu baik kepadanya Elo menggeleng kuat, ia bimbang.
--Rumah Roby—
Roby berjalan pelan memasuki rumahnya diambang pintu sudah ada Edi yang berdiri disana
“kakak kok baru pulang?” Edi mengekor Roby yang terus berjalan setelah memberikan senyum simpul kepadanya tanda menyapa
“kakak banyak kerjaan jadi pulangnya malam”
“ya setidaknya kakak bisa menghubungiku kan?”
“......”
“padahal aku udah nyiapin makan malam buat kita tapi”
“maaf”
“tidak apa” Edi terus mengikuti Roby yang menapaki tangga menuju kamarnya di lantai 2 . Roby hampir menutup pintunya sebelum Edi menahanya dari luar tanda ia ingin masuk dan sedetik kemudian Edi sudah masuk kedalam kamar Roby aroma maskulin tercium di ruangan kamar yang tertata rapi .
“apa kakak mau meminum sesuatu?, atau mau aku buatkan air panas untuk mandi?” tanya Edi yang sudah duduk di sisi ranjang Roby
“tidak perlu” Roby terus melanjutkan aktifitasnya membuka satu persatu kancing kemejanya lalu melepaskannya ia tidak sadar ada Edi di belakangnya yang menatapnya lapar, perlahan Edi bangkit dari duduknya mendekati Roby lalu memeluknya erat dari belakang ia menghirup aroma tubuh Roby yang begitu memikat mandekap tubuh kekar hasil dari latihan rutin setiap akhir pekan. Roby terkejut sedikit membrontak namun Edi tak kalah kuat menahan dekapannya.
“kenapa kakak menolakku?, apa kakak tidak merindukanku?, aku siap melayani kakak” hidungnya menyentuh tengkuk Roby tangannya perlahan menyentuh bagian vital Roby yang berada tepat di kedua belah paha Kokohnya yang masih terbungkus denim hitam.
Roby terkejut dan dengan sedikit hentakan ia berhasil menjauhkan Edi dari tubuhnya. Edi tersenyum puas tak peduli dengan tatapan ganas Roby didepannya
“keluar kamu dari kamar kakak!!” kata Roby tegas dengan tatapan tajamnya
“santai saja kak” Edi berjalan pelan keluar dari kamar dan mengerling nakal ke arah Roby “panggil saja aku jika kakak sudah tidak bisa menahannya, aku siap memuaskan kakak”
Roby membanting kuat pintu kamarnya nafasnya memburu, jelas ia sangat marah tubuhnya disentuh oleh seseorang yang tidak ia harapkan namun tubuhnya tidak sejalan dengan logikanya, selangkangannya sudah terasa sesak ia menarik nafas dalam sambil membaringkan tubuhnya diatas ranjang menenangkan amarah dan juga nafsu yang seketika memuncak entah sudah berapa lama ia tidak melakukannya sampai sedikit sentuhan saja membuatnya bereaksi.
Dering ponsel membuyarkan lamunannya, dahinya berkerut menatap layar handphonenya namun ia kemudian tersenyum karena orang yang sedang ia lamunkan ternyata menelponnya
‘Halo’ Roby berusaha membuat suaranya terdengar biasa saja walau sebenarnya ia sangat antusias menerima panggilan itu
‘Ha...halo.. Ini aku kak’ balas si penelpon
‘ya Elo ada apa?’
--//Bersambung//--
Kecup basah buat kalian ??*mmwaaaah
AKU-KAMU dan DIA
Part 20
Rasa bersalah terus menemani Elo hingga larut malam, matanya tak dapat terpejam , wajah sendu Roby saat terakhir mengantarnya pulang sore tadi terus terbayang, Elo membalikkan badannya menatap handphone pemberian Roby yang ia letakan di meja belajar samping tempat tidurnya
‘setidaknya aku harus meminta maaf karena sudah berkata kasar padanya’ batin Elo
Tuut...tuuut....tuuuut...
‘Halo’ suara berat Roby terdengar
‘Ha...halo.. Ini aku kak’ balas Elo ia menggigit bibirnya, semoga ia tidak membangunkan Roby yang mungkin sudah terlelap ditengah malam buta
‘ya Elo ada apa?’
‘apa kakak sudah sampai dirumah?’
‘kenapa?’ balas Roby dengan suara yang sedikit dinaikkan
‘ti..tidak kenapa-kenapa, aku hanya mau minta maaf’
‘maaf?, untuk apa?’
‘aku mau minta maaf karena sudah bersikap kasar tadi sore, sungguh aku tidak bermaksud begitu’
‘jadi kau masih bisa merasa bersalah setelah meneriakiku?’
Mata Elo terpejam sebentar , apa Roby benar-benar marah? ‘iya aku minta maaf kak’
‘Syukurlah kalo kamu masih bisa merasa bersalah’
‘....’ Elo tak menjawab ia malah bertanya dalam hati sebenarnya siapa yang bersalah dan siapa yang harus minta maaf?
‘lain kali jangan membentakku seperti tadi sore, sudah aku lelah mau tidur’
‘oh iya kak, sekali lagi maaf ya’
‘apa kamu tidak mengucapkan selamat malam untukku?’
‘selamat malam kak, selamat beristirahat’
‘ya kamu juga’
Setelah itu telepon terputus Elo kembali menghempaskan tubuhnya ke kasur ‘hffftt... dasar aneh’
--other place—Roby---
Setelah mematikan telepon tadi dengan gaya berpura-pura marah Roby melompat kegirangan, ia tak menyangka Elo yang meminta maaf itu berarti Elo tak marah dengan sikapnya tadi , ia memerhatikan nama kontak yang berisi foto Elo yang diambilnya secara diam-diam sewaktu mereka makan siang bersama lalu di ciumnya “kamu pasti jadi milikku Elo”
---Elo---
Setengah jam sudah Elo berdiri di depan gang rumahnya sambil memainkan tali tas punggungnya, satu tangannya menggenggam tas kain berisi dua kotak bekal makan siang, seperti biasa Elo menunggu Roby untuk menjemputnya seperti biasanya.
‘pasti dia lagi nemenin si mata jahat itu’ batin Elo saat mengingat Roby pernah tak menjemputnya karena harus menemani sepupunya yang dijuluki Elo sebagai si mata jahat.
Sebuah mobil merah mendekati Elo dan berhenti didepannya, mata Elo menyipit memandangi mobil tersebut, sepertinya dia kenal siapa pemilik mobil ini, kaca pintu mobil terbuka dan si pemilik memamerkan cengiran khasnya ke arah Elo
“ayo naik” Elo tersenyum lalu menaiki mobil Rey. Sebelumnya Elo sudah malas menunggu atasannya itu dan berniat menggunakan angkot untuk pergi ke kantor, untung Rey datang tepat pada waktunya
“mau kerja?”
“iya, pas banget loe datang, anterin gue ya”
“sip bos, padahal tadi gue mau kerumah loe”
“ngapain?”
“ya main-main aja, udah lama gak ketemu loe”
“kangen ya?”
“gak, biasa aja”
“dasar” kata Elo sambil mendorong pelan bahu Rey yang sedang menyetir
“gue cuman mau ngasih tau kalo besok kita harus ke kampus, ada pemaparan materi mengenai penyusunan tugas akhir dan wajib hadir”
“serius?”
“iya serius, pengumumannya udah ada di kampus kok, gue tau loe sibuk nyari duit jadi gue datangin aja loe”
“makasih ya Rey”
“iya, oh ya kantor loe sebelah mana sih?”
“astaga, salah jalur kita, putar balik lagi kesana”
----sampai di kantor----
“makasih ya udah nganter” kata Elo sambil tersenyum
“kantor kamu besar juga” kata Rey sambil memandang gedung bertingkat tiga dari arah parkiran tepat di depan gedung “ok gue pamit ya, ingat besok kita ngampus bareng”
“iya”
Seperti biasa setelah menaruh bekalnya di pantry Elo membuat kopi untuk Roby lalu membawanya keruangan atasannya itu
“kopinya pak”
Roby mendongak menatap Elo tajam, ia terus menatap Elo beberapa menit tanpa menyentuh cangkir berisi kopi yang sudah ada di depannya
“apa anda tidak ingin kopi?, anda ingin minum apa pak?”
“siapa pria tadi?” Roby memberikan tatapan tajamnya, tatapan saat dulu sekali dia begitu cemburu melihat Elo bersama Damar di sebuah pusat perbelanjaan
Kening Elo berkerut mencoba memahami maksud perkataan Roby “oh... Itu...dia Rey teman kampusku”
Roby yang sedang duduk dikursinya kemudian berdiri dan mendekati Elo yang terpaku dan menunduk bingung
“apa dia sainganku?” Roby memegang bahu Elo yang masih menunduk
“Elo, kamu dengar aku kan?” Roby meraih dagu Elo lalu mengangkat wajah cokelat yang dihiasi kacamata berbingkai hitam untuk menatap balik dirinya yang menunggu jawaban
“dia teman kampusku pak, kebetulan tadi aku bertemu dia dijalan, jadi dia mengantarku sampai kesini, aku juga sudah menunggu bapak lama, jadi kupikir bapak tidak bisa menjemputku”
“aku tau dia teman kampusmu tadi kamu sudah mengatakanya, yang aku tanya apa dia sainganku?”
“ma..maksudnya?”
“apa dia juga menyukaimu?” kali ini Roby menatap lekat mata Elo yang juga sedang membalas tatapannya
“dia hanya teman kampusku, kami adalah teman dekat dan sepertinya bapak terlalu berlebihan” Elo menggit bibirnya sambil mengakhiri kalimatnya tadi, ia menyesal kenapa ia harus menjelaskan hal itu kepada Roby
“baiklah, berarti aku hanya cemburu buta, syukurlah” Roby kemudian berbalik lalu mengambil cangkir tadi dan mulai menyeruput isinya “hmmm kopimu selalu nikmat” dia memberikan lagi cangkir yang sudah setengah kosong tadi ke Elo “terimakasih sayangku”
Elo memutar bola matanya malas lalu hendak berbalik meninggalkan ruangan itu
“oh ya, tadi aku bangun kesiangan jadi aku terlambat menjemputmu, dan itu membuatku harus membuntuti dirimu yang menaiki mobil mahal bersama seorang pria di dalamnya jadi jelas aku cemburu”
‘pantas saja, dasar penguntit’ batin Elo lalu hendak keluar dari ruangan tadi meninggalkan Roby yang masih penasaran dengan pria yang mengantar Elo tadi apalagi Elo terlihat sangat senang saat bertemu pria itu.
-*-*-
Elo sudah bersiap memakai baju kaos berkerah lalu mematut dirinya di cermin, hari ini dia tak masuk kantor, setelah mendapat ijin untuk libur sehari karena dia harus pergi ke kampus
“mah aku ngampus dulu” teriak Elo di depan pintu rumah sambil memakai sepatu kets hitamnya
“kamu gak kerja?” kata mamanya sambil menghampiri Elo di teras rumah
“aku ijin sebentar, hari ini ada kegiatan di kampus buat mahasiswa semester akhir”
“ya sudah hati-hati, itu Rey udah datang” kata mama Elo menunjuk ke arah Rey yang berjalan menuju rumah mereka
“ya sudah ma aku berangkat ya, dah”
---
“kamu udah nyiapin judul apa Elo?”
tanya Rey ketika mereka berjalan keluar rumah menyusuri gang sempit satu satunya akses menuju rumah Elo
“gak tau juga aku masih bingung, nanti aja setelah pengarahan baru kita pikirin”
“kamu pokoknya harus bantuin aku ya”
“iya tenang aja, pokoknya kita wisuda bareng deh”
*bugh... “aduh... Rey kamu jalannya gimana sih” Rey menghentikan langkahnya mendadak membuat Elo yang berjalan dibelakangnya tersentak
mata Elo menangkap wajah pria yang membuat Rey berhenti mendadak, wajahnya tampak dingin menatap Rey
“kamu mau kemana Elo?” tanya Roby yang sudah berada didepannya, mata Rey menatap menyelidik kearah Roby lalu berbalik menatap Elo
“loh kak Roby kok kesini?, aku kan udah ijin mau ke kampus kak, oh ya Rey ini kak Roby bos yang pernah aku ceritain”
“Aku Roby , teman Elo” kata Roby sambil mengulurkan tangan ke Rey yang juga membalasnya dengan cengiran canggung
“setidaknya kamu ngajak aku juga kesana, kan aku biasa nemenin kamu kemana-mana” sambung Roby
Elo menatap heran Roby, menurutnya perkataan Roby tadi tidak benar, bukankah Elo yang sering diminta menemaninya ‘dasar aneh’ batin Elo
“ya udah ayo jalan” Kata Rey sambil berjalan mendahului
“kamu naik mobil aku saja” kata Roby saat Rey hendak membuka pintu mobilnya
“kan aku mau barengan sama Rey”
“gak apa El, kamu sama Roby aja, kasian dia kan gak tahu jalan ke kampus”
Roby tersenyum menang, dengan terpaksa Elo melangkah menaiki mobil Roby
-*-*-*-
-Di kampus setelah acara pemaparan materi-
“udah selesai?” tanya Roby saat Elo dan Rey menghampirinya yang menunggu di kantin
“udah, kenapa kakak gak pulang aja?, kan lama nungguinnya”
“Gak apa kok, oh ya kalian udah makan?, kita makan yuk aku yang traktir deh”
“bener nih, asikk dong” sambung Rey dengan cengiran khasnya “pas banget aku belum makan juga dari pagi”
“Ya sudah ayo”
Akhirnya mereka bertiga pergi menuju sebuah gerai fastfood dipusat kota Elo pergi bersama Roby , sedangkan Rey mengikuti dengan mobilnya
“Dia ganteng juga, tapi aku gak kalah ganteng kok”
“maksudnya?” Elo berbalik menatap Roby yang sedang berkonsentrasi menyetir
“apa kamu menyukainya El?”
“sudah kubilang dia temanku”
“aku cuman takut ada yang duluan mengambil hatimu”
Elo tak melanjutkan pembicaraan itu dia memilih membalikan wajahnya dan menatap keluar jendela mobil
“apa kamu masih belum mau menerimaku Elo?”
“....”
“kenapa diam?”
“....”
“ya sudah aku anggap itu sebagai jawaban ‘belum’ darimu”
-sampai di tempat makan-
“kalian duduk aja, aku yang pesankan nanti”
Kemudian Roby berjalan menuju antrian yang cukup panjang dikala waktu makan siang seperti sekarang ini
“dia siapa Elo?” tanya Rey sambil melipat kedua tangannya diatas meja menunjukan wajah penasaran
“kan udah gue bilang dia bos gue”
“bukan itu maksud gue, apa dia gebetan baru loe? Trus Damar loe taruh dimana?”
“ah apaan sih, dia cuman bos gue gak lebih Rey”
“loe kan ngomongnya gitu, menurut gue nggak gitu kok, emang bos mana yang mau nganterin bawahannya ke kampus”
“....” Elo memasang wajah datar
“cieee si Elo.... Udah ceritain aja sama gue”
“gak ada yang perlu diceritain Rey”
“hmmm, ya udah kalo mau rahasiaan sama gue, terus Damar?”
“kalo Dia... Gue ditinggalin”
“hah? Ditinggalin? Kok bisa?”
“ah udahlah Rey gue malas bahasnya, ngomong yang lain aja ya”
“oh.... Ok gue udah mengerti sekarang, pokoknya gue dukung 100% loe jadian sama bos keren itu”
“ayo lagi bahas apa nih serius sekali” kata Roby menghampiri membawa bucket berisi penuh ayam goreng dengan 3 bungkus nasi dan 3 gelas besar berisi minuman bersoda
“hehehe ini lagi bahas Elo, awet banget jomblonya”
“apaan sih” sambung Elo malas
“Elo masih jomblo?” Roby menyambung
“ya sohibku ini belum laku juga bro, eh gak apa kan gue panggil gitu?”
“santai aja panggil nama juga boleh”
Elo lalu mengambil ayam dan nasi lalu ditaruh di piring “ini kayaknya kebanyakan kak, kita cuman bertiga loh”
“ah cukup kok” balas Rey yang memang senang makan namun tak pernah gemuk
“nah itu temenmu bilang cukup, oh ya kalian udah berteman lama?”
“iya kita udah temenan sejak masuk kuliah dulu” kata Rey menjawab
“lama juga ya, pantas kalian sangat dekat”
“tapi tenang aja kedekatan kita sebatas teman kok, gak lebih, aku udah punya pacar juga, jangan mikir yang aneh-aneh loh”
“apaan sih Rey” Elo membalas dengan melototi mata Rey yang tertawa sambil memainkan matanya kearah Elo , Roby sendiri hanya tersenyum malu karena Rey sudah tau maksud dari pertanyaanya
-selesai makan-
Rey mendekati Roby yang yang hendak menaiki mobilnya bersama Elo, setelah makan siang tadi mereka memutuskan langsung berpisah untuk pulang kerumah masing-masing
“jagain temen gue ya bro” kata Rey sambil menepuk bahu Roby
“hehehe pasti itu” balas Roby tersenyum senang
“ya sudah hati-hati dijalan, makasih traktirannya, dah”
“ok sip!”
-dijalan pulang-
“temenmu asik juga orangnya El”
Elo hanya tersenyum
“kita jalan lagi yuk”
“Gak langsung pulang kak?”
“jangan deh, aku mau habisin waktu bareng kamu dulu malam nanti baru aku antar pulang”
“tapi..”
“gak ada penolakan ya El, tadi kan kamu udah aku temenin sekarang kamu yang temenin aku”
“ya....ya sudah kalo begitu” dengan pasrah Elo mengikuti Roby yang terus melajukan mobil dijalanan kota yang mulai rame di malam minggu ini ,dering dari ponsel yang terpasang di phoneholder berbunyi Roby langsung menerima dan membesarkan speakernya tanpa memeriksa siapa penelpon itu
‘halo’
‘halo kak Roby, kakak dimana sih?, aku ke kantor tapi kakak gak ada’ kata Edy disambungan telepon
‘ada apa Di?’
‘yah kok kakak nanya? Kan udah janji mau nemenin aku nyari peralatan buat ospek nanti’
‘harus sekarang ya’
‘ya iyalah kak, ayolah’
‘ya ya sudah tunggu sebentar’
‘ok ditunggu sayang’
Roby menatap Elo yang dibalas Elo dengan tersenyum simpul
“aku langsung pulang ya”
“kan kita mau jalan dulu El”
“gak usah, kan kakak ada janji, aku juga udah capek, bisa tolong antar aku pulang?” Elo tersenyum tipis
“iya aku antar kamu pulang”
Roby merasa jengkel karena rencananya justru batal padahal ia masih ingin menghabiskan waktunya hanya dengan Elo
Sesampai dirumah dan menyapa ibunya yang ada di dapur Elo langsung masuk ke kamar ia berbaring melepas penatnya seharian ini matanya terpejam namun pikirannya tidak begitu justru sibuk memikirkan kata-kata terakhir Edi di telepon tadi
‘apa mereka punya hubungan?’
‘ah kalo iya juga kenapa? Bukan urusanku kan?’
‘terus dia deketin gue untuk apa?’
Elo membolak balikan tubuhnya di kasur pikirannya malah berganti memikirkan apa yang dilakukan Roby dan Edi sore ini ada sedikit rasa cemburu, tidak bisa dibohongi lagi jika mulai ada sedikit perasaan spesial di hati Elo untuk Roby walau Elo berusaha untuk menyembunyikannya dan tidak ingin menanggapi perasaan itu lebih serius.
-ditempat lain-
Matahari perlahan mulai bersembunyi ke peraduannya suasana pantai Kuta Bali semakin ramai di malam minggu ini
“kamu kenapa sayang?”
“kenapa apanya?”
“kamu sibuk sekali dengan handphonemu itu, bukankah kita sedang berlibur?”
“iya tapi aku harus mengecek pekerjaanku dikantor , cuman sebentar”
Alvian bangun dan menghampiri Damar yang sedang duduk berhadapan dengannya dibalkon kamar hotel yang berdiri dipinggir pantai kuta
“taruh dulu sebentar sayang, lihat aku” Alvian meraih telepon genggam yang sedari tadi digenggam lalu meraih dagu Damar
“ayo kita bersenang senang sayang”
Alvian mengelus pelan pipi lalu turun ke leher dan punggung Damar, Alvian sangat pandai dalam hal merayu lalu dia meraih kerah Damar dan menggiring Damar kedalam kamar
Damar masih terdiam menatap lekat wajah manis Alvian perlahan Alvian mendekatkan wajahnya ke wajah Damar dan bibirnya pelan menyentuh bibir Damar
“boleh aku buka?”
Tanpa menerima jawaban dari Damar dengan sigap Alvian berlutut lalu membuka denim pendek Damar dan mulai melakukan sesuatu dengan gundukan besar yang masih terbungkus rapi, pelan tapi pasti gundukan keras itu membesar dan mengeras mata Damar memejam menikmati apa yang dilakukan Alvian dan suhu kamarpun ikut meningkat.
-/bersambung/-
Hi semua.... Cerita Aku Kamu dan Dia dilanjut ya... Satu part dulu... Maaf kalau lama updatenya (semoga masih ada yang baca?)
Buat yg udah gak ngerti ceritanya mgkin dibaca dulu part sebelumnya...salam??