Mungkin ini adalah masalah yang sudah lama sekali gw pikirkan, tapi sampai sekarang gw merasa belum mendapat jawaban yang jelas. Mungkin siapa tau ada yang tau jawabannya bisa share disini atau mungkin Anak Agung yang notabene asli dari Bali bisa kasih jawaban.Ada beberapa persoalan yang mau gw kemukakan disini:
1.Apakah benar? diBali, melakukan sex sejenis tidak dilarang walaupun dia str8, karena banyak sekali gw lihat (mungkin gw merasakan juga, he..he..) diBali sangat mudah mendapatkan str8 untuk diajak ML juga dijadikan BF (khususnya penduduk asli Bali). Dan banyak sekali str8 diBali lebih suka diposisi “bottom” (tau maksudnyakan?).
2.Apakah hal hal diatas disebabkan, hanya karena keingin tahuan, kemauan, kepolosan, trend hidup atau memang budaya?
3.Kenapa Gays diBali, selalu akhirnya harus kawin walaupun dia ‘pure’ Gay dan sangat tidak suka dengan lawan jenisnya, tapi akhir harus kawin juga, walaupun sesudahnya dia kembali dgn kehidupan seperti sebelumnya sebagai Gay yang aktif dengan tambahan title suami. Malah diBali ada seorang G Bali, sudah dandan, kemayu, fisik, kasarnya wadam (metrosexual?), akan tetapi sama nasibnya ‘finally get married’? Apakah factor ini disebabkan oleh budaya/kepercayaan yang dianut? yaitu KARMA?
4.Juga diBali, ada suatu kesenian drama, kalo istilah diBali adalah “Drama Gong”, ini seperti ketroprakan diJawa, akan tetapi semua pemain adalah laki-laki dengan berndandan menjadi wanita semua (ada nama khusus untuk drama ini tapi gw lupa), dan itu diBali sangat disukai karena mungkin alur cerita yang lucu (gw gak gitu fasih bahasa Bali) atau karena hanya berndandan ala wanita? Apakah ini ada pengaruhnya dari budaya Jawa (lagi lagi gw lupa nama kesenian dijawa). Satu hal lagi bahwa gw denger mereka juga G tapi mereka sudah pada kawin dan berkeluarga juga.
Ok, apakah ada yang tau jawaban semua diatas? Biar kita kita pada lebih tau bahwa ternyata budaya di Indonesia ini sangat amat kaya dan unik.
Comments
dan tradisi itu masih berjalan sampai sekarang (kalau saya nga salah ... mohon diingatkan kalau salah) ... dengan begitu, kita bisa menduga bahwa tradisi 'gay' itu sendiri pernah ada dalam kebudayaan kita bukan? ... jadi bukan hal yang biasa kalau di masyarakat kita ada tumbuh hal seperti itu ....
kebudayaan bali, sangat kompleks dengan masuknya pengaruh budaya asing .... bagaimanapun orang asli bali yang nyata-nyata dia pure tapi akhirnya memutuskan untuk menikah adalah demi sebuah status sosial yang harus dia sandang ... karena dia tidak mau terbuang dari adat hanya karena tidak mau menikah dan memutuskan jalan hidupnya sendiri (buat anak agung ... kalau salah maaf ya)
manusia kan makhluk yg serba pengen tau......semua pengen dicoba, kali aja seneng...... :twisted:
kalo cowok str8 udah sering di posisi top.....pengen coba bottom donk.....trus kalo ga boleh cari gay, sapa donk cowok str8 yg mau jadi top waktu ML ama cowok ???
sama2 str8, ntar bingung donk gimana mulainya, ntar ga jadi ML, malah ketawa2 sendiri........abis pada bingung & ntar praktek nya jadi bahaya (kecuali tuh str8 tau safe sex untuk gay)
pengen tau.......curious......trus kalo seneng, jadi ketagihan..... *grin* :P
tanya nih......emang menikah itu atas kemauan orang (gay) itu sendiri??
kalo dipaksa yaaa laen perkara kan......
tapi kalo atas keinginan sendiri, salah satu alasan : pengen punya keturunan (anak) sendiri, darah daging sendiri.....supaya waktu tua ntar ada hiburan, ada yg ngurus, ada yg bisa dibanggakan, ada yg bisa diharapkan.......seperti kalo orang tua kita mengharapkan kita sebagai anak2 nya......
lagian kebudayaan/kepercayaan mana sih yg ngelarang orang buat jadi jomblo seumur idup?? kok gw ga tau yach........
lalu?? apa yg ditanyakan pada nomer ini?? kalo kebudayaan......angkat tangan deh gw >_<
jawaban2 gw diatas.......100% blom tentu benar.....hanya dari sudut pandang gw pribadi........silakan dipertimbangkan.
kalo ada yg setuju......bilang donk...... ^_^
kalo ga setuju....bilang juga, sertai alasan yg masuk akal..... ok /no1
cheers, DOKTER CINTA
Apakah ini berlaku untuk semua lokasi di Bali?, karena gw punya teman dia sering hunting di daerah daerah pedesaan, yang nota bene jarang ada tourist yang datang, dan sebagai gambaran dia selalu berhasil ml dengan orang tsb, kadang hubunagn ini bisa berlanjut...lebih jauh.
Untuk Drama Gong, gw ada kesalahan setelah tanya kiri kanan yang bener "ARJA MUANI" bukan Drama Gong, yang ini semua pemain laki laki tampa melibatkan cewek.
Yah..memang gw juga gak bisa bohongi dan sangat salut banget, bahwa Bali memang bener bener EXOTIC ISLAND, gak heran pulau ini lebih terkenal dari negara ini sendiri.
Kebetulan saya lahir dari latar belakang Jawa dan Bali, dari nama depan saya pasti teman-teman tahu, itu nama khas Bangsawan tingkat pertama, Brahmana. Dari garis ibu masih Trah Mangkunegoro di Solo, yang kebetulan banyak mewarisi kalau boleh disebut "TRADISI BUDAYA GAY" dari situ saja jelas sudah mematahkan pendapat Saudara Freid, yang bilang kalau tradisi itu telah punah atau m.a.ti
Dalam tulisan saya yang lain, saya pernag menyatakan, bahwa sampe saat di beberapa Puri-puri Bangsawan masih ada pesta ("pesta seks" kalau boelh dibilnag begitu").
Yang jelas, hubungan seks antar sesama jenis bukan sesuatu yang aib, suatu kenbanggaan kalau kita diajak ml dengan orang yang kedukukannya lebih tinggi.
Juga dalam tradsisi agama Hindu, ada istilah menyucian, dimana kalau kita misalnya kumpul kebo (asal tidak hamil) kalau akan menikah maka diadakan upacara penyucian, inipun saya rasa masih ada juga di India.
Sama halnya dengan di Jawa, mandi bersama-sama biasa dilakukan para prajurit yang sekali kali tidak ada aturan "AURAT" seperti halnya agama Islam, ada kebanggsaan bisa kita diperbolehkan melihat kelamin teman kita, apalagi kalau boleh disuruh memagang. Inilah yang saya bilang setiap nilai punyai logikanya masing-masing. Berangkat dari ini saja Saudara Freid harus memahami.
Hal yang demikian itu kalau mau dibilang tradisi budaya gay silakan saja, karena si masyarakat Jawa dan Bali itu dianggap wajar saja, begitupun kalau kita ke Papua, adanya tradisi menyambut tamu, di mana Tamu yang dihormati melewati selangkangan perempuan Papua dan kita ada disuruh mengecup tetenya (menete sebagai simbol mengakuan), kita diakua sebagai anak atau bagian susku tersebut.
Sedangkan mengenai ARJA MUANI, karena perempuan dianggap kotor dengan adanya Haid, maka Tarian/Drama Gong yang juga pada awalnya untuk ritual suci dimainkan oleh laki-laki, ini sebenarnya istilahnya "CROSS GENDER'. Kalau ada yang terbawa menjadi semacam waria itupun di masyarakat diterima apa adanya, bukan hal yang aneh, karena para Bangsawan Puri banyak yang berprilaku demikiana. Mengenai kelompok Tari ini hampir ada di Negara-negara Asia.
Mas Guruhpun pernah terlibat dalam komunitas ini, ketika belajar gamelan di Puri Agung Peliatan, Ubud. Mas Guruh belajar pada Maestro Gamelan Smara Pegulingan (Legong), Anak Agung Gde Mantra yang pada tahun 1940 kalau tidak salah) pernah tampil di New York yang saat mewalikili Hindia Belanda pada pesta kesenian dunia.
Kalau teman-teman yang sissy ke Bali, kami sangat menghargai, karena itu juga sifat Yudistira anak pertama dari Pandawa Lima.
Bali yang kita lihat sekarang ini kalau ditelurusi memang adalah para pelarian dari Majapahit, dan Bali saat ini juga bagian dari Kerajaan Kediri Zaman Airlangga (Ingat cerita Calon Arang itu ada di Zaman Prabu Airlangga).
Perlu teman-teman ketahui, sayapun pernah menikah dan kehidupn seks yang saya jalani bukan hal yang aneh, kebetulan saya menikah dengan perempuan yang kastanya di bawah saya, perempuan ini sudah mengabdi di Puri keluarga dari kecil. Saat-saat tertentu perempuan di Bali tidur di luar kamarnya, tidut di Bale di sekitar pendopo. Nah saat seperti inilah saya membawa teman pria saya.
Tapi nga seperti yang tamu bilang menikah sebagai Status sosial agar tidak terbuang dari adat. Karena laki-laki yang tidak menikah itu nilainya malah lebih tinggi yang Wadad, semacam orang sucilah, dia pantang menikah. Ini biasa dilakukan dikalangan bangsawan Puri (Ingat Dewa Bujanapun telat kawin, ini bukan sesuatu aib di Bali, ketika menikah istripun mendapat gelar Bangsawan dari keluarganya).
Seperti halnya di kalangan Pangeran di Jawa, dulu ada orang yang bertindak sebagai pelatih para bangsawan yang akan menikah, sang pelatih ini notabenenya Warialah. Kalau suka pinter biasanya Sang Pangeran akan menikah lagi (Ingat permandian Taman Sari di Yogya, para Putri mandi, yang diintim Raja, kalau minat dia akan diajak ketempat khusus Raja).
Mengenai Waria jelas dia Metroseksual, tapi setiap Pria metroseksual bukan berarti dia Waria. Ini pernah dibahas di Pria metroseksual.
Sekian dulu menjelasan saya, maaf sayapun cari segi ilmu lebih menguasai Budaya Jawa. Terima Kasih
sedikit tanggapan buat anak agung ....
saya kurang sependapat dengan alur pikir anda yang saya tandai diatas, dimana anda menyangkutkan sebuah budaya dan agama dalam hal ini ...
saya bisa mengerti, mungkin anda adalah seorang keturunan ningrat dari raja-raja bali atau mungkin raja-raja jawa ... namun, tidak berarti anda bisa membuat statement seperti itu .,.... tradisi yang anda kemukakan disini saya pikir masih kurang tepat, makanya saya sendiri bisa mengerti kenapa saudara freid sampai saat ini belum memahami apa yang saudara buat ...........
anda yakin? kalau di bali melakukan making love dengan orang yang mempunyai derajat paling tinggi suatu kebanggaan? ... kalau anda mengatakan hal itu, berarti saya menangkap budaya bali sangatlah tidak bagus ... karena bali dikenal karena budaya yang berlandaskan agama ...
menurut saya, agama manapun tidak memperkenankan seseroang melakukan hubungan sex tanpa ada dasar ikatan terlebih dahulu ... atau mungkin di bali emang beda? (maaf, saya tidak mencampuradukkan agama dalam hal ini) .....
saya yakin, anda adalah orang yang pintar dan bijaksana dalam membuat suatu kesimpulan ... mungkin anda sedikit kurang hati-hati dalam menyimpulkan ... dalam hal ini, saya tidak bermaksud untuk menyalahkan anda ... cuma saya kurang sependapat saja ... atau ada pendapat lain dalam hal ini?
buat gus bagus ... maaf ya? aku nga bermaksud merusak posting anda ... cuma sebagai bagian bangsa, aku merasa tergugah dengan pernyataan saudara anak agung .... tidak ada maksud lain dibalik ini ... semoga kita semua bisa lebih bijaksana dalam menyikapi sebuah persoalan .....
Gw heran
knapa si Freid keliatan phobi banget ma istilah budaya
Kalo dia gak mau bahwa hal-hal yang dijelaskan oleh Anak Agung sbg budaya, dia hrs bisa menjelaskan definisi budaya itu sendiri
Toh, bahasa Indonesia saat ini juga telah mengalami fleksibilitas (kalo gak boleh dikatakan sbg kerancuan atau perluasan) makna
Banyak media massa memberitakan: Budaya Kumpul Kebo, Budaya corat-coret setelah lulus SMU, dsb dsb
Toh ahli-ahli bahasa cuman bilang bahwa Bahasa Indonesia kini telah mengalami perluasan makna, bukannya lalu mencak-mencak
Lalu kenapa kita hrs protes saat ada yg bilang Budaya Pesta Seks di kalangan bangsawan Bali.
Oke lah klo Freid lalu menyanggah bahwa beberapa "budaya" yang disampaikan Anak Agung tidak langsung bisa digunakan sbg pembenaran kebiasaan gaysex.
But please ......... berhentilah utk menentang penggunaan kata-kata "budaya" di sini
Itu menunjukkan kalo dia tuh sebenarnya phobi terhadap gayness.
so ......... dia gak nyaman aja kalo mendengar ada orang bilang budaya gay
krn kata-kata "budaya" identik dengan sesuatu yg diterima oleh masyarakat
:x :x :x :x :x :x :x
Gw juga menghimbau ke temen2 semua spy gak bawa2 ajaran agama atau hal2 yg berbau SARA laennya ke setiap perbincangan di forum ini
Kalo mo bicara ttg kebiasaan atau budaya, okelah silakan aja
Semua itu baek utk pengetahuan kita semua
Tapi sekali lagi ........ hindari utk mengkait2kan segala hal dengan SARA
OK guys?
Smoga forum ini tetep semarak
dan jauh dari segala percekcokan
Peace
cheers, Dokter Cinta