It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Rupanya ada konfrontasi di sini. Memang betul sekali Hindhu di India dengan Hindhu di Bali berbeda. Begitupun agama yang lain seperti misalnya agama Katollik Roma di Bali yang bercorak budaya Bali di segi arsitektur dan karya seni ataupun beberapa tata-cara. Hal semacam itulah yang disebut "local-genius" atau lebih populer disebut sebagai INKULTURASI. Bukankah animisme-dinamisme-spiritisme adalah buah karya pemikiran manusia yang mendasari lahirnya agama2 di dunia?? Jadi mengapa kita tidak mengatakan agama sebagai sebuah produk dari Kebudayaan sementara 'tulisan' juga sama2 hasil pemikiran dari manusia?? Saya kira topik ini sudah melenceng jauuuuuuhhhhhhh sekali dengan pembahasan mgn Agama dsb. Jadi saya kira kasus harus ditutup sampai di sini. OK??
salam hangatttttttt buanget, DOKTER Cinta is in The Air
Untuk Dream_land, Anak Agung, Adha juga Dody, thanks berat atas comment-commentnya yang begitu semangat juga penuh dengan alasan alasan yang kuta, gw sangat menhormati untuk kalian semua.
Tapi sekali lagi "MOHON" jangan bawa bawa dengan AGAMA, kalo posting ini mau berumur panjang, karena sudah gw bilang, gw hanya membahas tentang Gay dalam BUDAYA (kebiasaan) BALi, karena apa? Gw udah tinggal diBali cukup lama dan gw begitu takjug dengan budaya disini, apalagi dengan yang gw bahas ini.
Jadi sekali lagi jangan masalah ini dihubung-hubungakan dengan agama, walaupun agama ada hubungannya dengan budaya tapi PLEASE...jangan dibahas dipostng ini. karena Agama dan perbedaan pernadapat akan sangat sensitif bila dibahas dan itu sudah sara. Walupun alasannya...
Kalo emang mau kita lebih baik kita bandingkan dengan budaya yang ada ditanah air tercinta ini, yang sudah banyak diketahui budaya homosexual sudah ada sejak lama.
mungkin ada yang berasal dari bali dan bisa menambahkan informasi ini lebih lanjut.
setelah saya membaca ini, saya berpendapat mungkin karena mendapat banyak pengaruh dari luar, sehingga mengakibatkan, sedikit atau banyak pengaruh luar, yang menyebabkan konsolidasi budaya. sehingga hal di atas dianggap tidak tabu oleh masyarakat di Bali.
ada yang setuju dengan pendapat saya.
Kalo udah tinggal di Bali selama hampir 14 tahun apakah masih kurang lama?
Justru karena ketidakpahaman, gw pengen sharing ama rekan BF upaya gw bisa lebih tau dan mengerti dengan budaya disini, karena posting yang gw buat semuanya bukan kesimpulan tapi justru pertanyaan, khususnya buat Anak Agung (baca posting awal)
Memang bagi mereka, mandi bersama saling lihat k.o.n.t.o.l buat sesuatu yang dilarang. Mungkin kamu pernah ke pemandian air panas di deket Danau Batur, deket Villanya Sutan Takdir, Toya Bunkah?
Di situ malah cowok sama cewek mandi telanjang nga pada malu-malu. Dan bener juga kata Anak Agung (Nama Belakangnya siapa sih? soalnya nama anak agung kan nama yang biasa pada orang Bali), buat sesuatu yang aib. Apalagi diakan tahu betul sejarah dan latar belakangnya.
Malah temenku ada yang menjadi gigolo di sana dan orang Bali tetangganya tidak pernah usil, walau tahu pekerjaan temenku itu.
Beberapa temenku yang jadi penari juga bilang, di Bali sih surga buat kaum gay, walau masyarakatnya nga mengartikan itu gay. Jadinya wajar-wajar aja. Juga sekitar tahu 90an malah David Bowie pernah lama di Bali dan notabenenya ditemani cowok-cowok lokal.
Dear Mas Adha,
Kebetulan mas tinggal di Yogya, tahu kehidupan atau sejarah para dinasti Mataram, yang Yogyakarta sebagai salah satu pecahan dari Mataram yang terbagi dua Yogya dan Solo tahun 1755.
Adalah suatu kebanggan menjadi selir dari para bangsawan, ingat masa itu selir ada yang di nikahkan ada yang tidak, sebagai selir dari rakyat biasa maka akan merubah status soal apa lagi kalau punya anak, karna anaknya akan bergelar ningrat.
Nah di Yogya dan di Solopun ada anak-anak yang diasuh oleh para Pangeran yang seniman, diasuh dalam arti kata kehidupannya terpenuhi, tetapi harus menemani hasrat sex para Pangeran tersebut. Saat ini masih ada beberapa umumnya yang masih kuat rasa Kejawennya yang merupakn sinktretis antara, pengaruh Islam dan Hindu.
Kalau mas Andh baca cerita Senopati Pamungkas dari mas Wendo, disitupun diceritakan adanya kebiasaan mandi telanjang, yang menjadi kehormatan kalo mandi telanjang dg yang lebih tinggi pangkatnya, kebiasaan para bangsawan ini akhirnya menurun ke masyarakat biasa.
Atau mas Adha bisa UGM, tanya langsung dengan Guru Besar Ilmu Budaya, Prof Dr. Ibrahim Alfian, karena di Acehpun pada zaman dulu ada juga anak-anak lelaki yang diasuh untuk komunitas tari yang didandani perempuan yang biasa disebut anak pentol korek dan juga diajak untuk hubungan seks. Anak-anak ini diserahkan dari orang tuanya, dengan sejumlah bayaran, mirip dengan para gemblak di Jawa Timur (Warok, Reog), silakan baca atau cari majalah Gatra yang memuat tentang hal itu
yang pernah saya sebutkan di beberapa posting saya.
Anyway saya hanya memberi jawaban atas pertanyan Saudara Gus Bagus, soal pendapat anda, itu bagi saya termasuk kategori jawaban orang awam atau jawaban tingkat pertama. Terima kasih
DOKTER CINTA, yang mencoba untuk taat beragama
Boleh boleh aja..., tapi jangan disini, karena menurut gw kalo udah membahas agama akan sangat riskan dan kadang penuh dengan perbedaan walaupun tujuannya sama yaitu TUHAN, tapi caranya yang beda. dan itu nantinya akan mejadi SARA.
Tolong kalo emang Dreamland mau membahas soal agama dan hubungan dengan lainnya..kali bisa bikin topic baru yang khusus untuk itu. Karena menurut gw budaya itu sangat unik dari satu tempat dengan tempat lainnya. Dreamland sendiri udah bicarakan bahwa topic ini sudah melenceng jauh...sebabnya yaituu..dihubungkan dengan agama, coba deh kalo kita hubungkan dengan budaya lainnya pasti lebih seru dan tentunya lebih ada connected satu sama lainnya
Itulah kelebihannnya dan karena itulah gw bisa lebih lama dan betah untuk tinggal tetap diBali, disini kita bisa menjadi orang apa adanya tampa harus malu dan takut, Masyarakat diBali sangat menhormati antar masayarakat pendatang (baik antar luar pulau maupun luar negeri), selama orang itu masih bisa saling menghormati satu dengan masyarakat lainnya. Dan itu memang sudah terbukti, semakin banyaknya pendatang baik dari kalangan pembisinis, artist, deelel.....
Dan ingat di sana ada juga satu komunitas Islam yang kuat (istilah Freid Muslim yang Kaffa, ya) yang awal Sejarahnya adalah Pengakuan dari Raja Karangasem, karena salah satu Putra Raja Karangasem saat itu masuk agama Islam.
Jadi terserah mau surga atau negara ee neraka, resiko tanggung jawab sendiri.