It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
itu fotonya iqbal? wah...saya cuma sempet liat bentar...mau liat lagi dunk? udah dapet restu dari bang iqbalnya tuh bang remy?
mau liat fotonya bang remy juga dunk...
Gue udah liat... perasaan biasa aja... masih cakepan gue...
engga juga ah,,
kyknya kebanyakan disini ga tau wajahnya Iqbal, (termasuk gw sih :?)
tapi u rem, membawakan karateristik Iqbal sungguh lovable. Iqbal itu benar2 menjadi sosok yg diidam2an plu, sosok ideal ...
selain itu gosh jgn lupa Iqbal itu cowok straight married yg dah punya anak, hitung aja berapa org sih di sini yg pernah mengalami jenis cinta dgn cowo seperti itu? (walaupun tidak semuanya berakhir indah seperti u)
jadi walaupun setelah Iqbal ,, banyak cowok2 yg datang berkeliaran di cerita u, bagaimanapun juga sosok Iqbal sudah begitu erat dengan pembaca dan dia ga akan bisa dilupakan begitu aja. bahkan Iqbal sendiri lebih populer di polling diatas lebih2 dari Main Characternya sendiri (hehehe, punten pisan yah Rem)
gw ga akan heran deh kalo semua org yg baca cerita u bakal penasaran n jatuh cinta dgn Iqbal ,, hehe
jadi tanbah tertantang neh...
Akhirnya selese juga baca kisahnya..
Gak tidur semaleman ni..(T.T)
Abisx, Kisahnya Mas Remy menarik banget..
Jadi penasaran buat baca terus..
Q mpe terbawa emosi..
Lanjutin...
Lanjutin...
Lanjutin...(",)
Ow iya..
Q anak baru ni..
Tertarik gabunk jadi member, pas baca chapter pertama kisahnya mas Remy..
Dulunya cuma numpang lewat ajah..
Salam kenal yah, buat semuanya..(^.^)v
n Buat mas Remy, Ditunggu Lanjutannya..(",)
Berakhir indah?? Belum tentu lah yauw....
Untuk saat ini mungkin iya, tapi nanti siapa yang tau???
Gimana kalo istrinya si iqbal tau hubungannya sama si remy??
Repot deh akhirnya....
Bangkai kan kalo ditutup2i lama2 juga ketauan....
Dulu dia straight, tp sekarang dia masuk kategori bisex, bukan straight lagi...
Well, walopun seandainya ketauan, Q rasa itu bukan sepenuhnya salah Mas Iqbal kan?! Dia kan, hanya mencari apa yang tidak dia dapatkan dari istrinya..(",)
Tapi, tau juga sih..
Itu kan, hanya pendapatQ aja..
Yah, semoga tidak akan ketauan lah..
Biar kisah cinta mereka jalan terus..(",)
Mas Remy, Lanjutannya donk..(",)
iya neh.... ayo dunk bang remy....lanjutannya...
dah mulai kram otak nih nunggunya..
Mungkin ini yang disebut seks setengah hati atau bahkan seks yang tidak 'main hati' seperti judul sebuah lagu. Setelah aku dan Iqbal tiba dirumahku, aku memang mengajaknya bercinta dan Iqbal tidak menolak. Sesuatu yang kuharapkan akan mengembalikan hubungan kami seperti dulu ternyata tidak tercapai. Aku merasa permainan Iqbal agak kasar. Sepertinya dia masih meletupkan sedikit demi sedikit kemarahannya padaku. Iqbal hanya memberiku kecupan singkat di pipi saat dia berpamitan pulang. Tak ada kata hanya deru suara motornya yang terdengar menjauh.
Aku turun dari angkutan umum saat tiba di stasiun minggu pagi ini. Setelah menerima uang kembalian dari supir, aku berjalan menuju tempat penitipan motor. Tempat penitipan itu tidak dipenuhi barisan motor seperti hari kerja. Aku menjawab dengan penjelasan yang singkat saat si Bapak pemilik penitipan bertanya padaku mengapa aku baru mengambil motornya hari ini. Saat aku bersiap menyalakan motorku, aku menangkap sosok seseorang yang beberapa hari terakhir selalu membayangi tindak-tanduk aku, Erwin berdiri di samping motornya di salah satu sudut sambil nyengir ketika aku melihatnya. Aku meletakkan kembali helm dan menghampirinya.
"Ngapain ente hari minggu ke mari?" tanyaku.
"Jalan-jalan..." katanya santai
"Jauh amat? kan di Bogor banyak tempat buat jalan-jalan!" sindirku.
Erwin menarik nafas sebelum menjelaskan.
"Oke... aku ngaku. Sebenernya hari ini aku niat nyari rumah kamu. makanya aku mulai dari stasiun. Eh.. enggak nyangka! aku ngeliat motor kamu masih ada. Pikirku sih, pasti cepat atau lambat kamu bakalan ngambil ke sini."
Aku terdiam beberapa saat lalu berkata "Win.. ada yang harus gue omongin. Kita cari tempat buat sarapan aja."
Di sebuah tenda tempat menjual bubur ayam aku kemudian menceritakan secara garis besar kisahku pada Erwin. Bagaimana kini aku sedang berusaha mengurai simpul-simpul benang kusut hubungan antara aku dan Iqbal.
"Sori Win, gue gak bisa ngasih sesuatu lebih dari sekadar teman." Kataku tegas. Aku sendiri heran dengan ketegasanku itu.
Erwin diam tangannya sibuk mengaduk teh manis panasnya dengan sendok yang sepertinya sangat tidak perlu untuk dia lakukan.
"It's Okey Rem... toh aku bisa selalu kembali ke mantan.... biarpun dia sering selingkuh kesana kemari..."
"Win... ente jangan gitu..." kataku.
"Really! it's Okey! cuma aku enggak bisa janji kita akan terus jadi teman juga!"
"Kalo ente emang enggak mau ketemu gue lagi, itu resiko yang harus gue tanggung...." ujarku.
Erwin menatapku sambil terdiam. Kemudian dia merogoh kantung kemejanya dan mengeluarkan selembar uang duapuluh ribuan dan meletakkannya di atas meja sebelum dia beranjak pergi tanpa mengatakan apa-apa. Aku hanya bisa mengawasi sosoknya yang menghilang dengan motornya lalu aku meneruskan kembali menyantap bubur ayamku.
Senin pagi itu walau aku belum naik kereta yang sama dengan Iqbal bukan berarti aku tidak bisa datang lebih pagi untuk mengobrol dengannya. Saat itu kami sedang duduk di bangku panjang stasiun.
"Gue seneng ada temen ngobrol lagi." Katanya sambil mengepulkan asap rokoknya.
"Stasiun itu tempat umum tahu! orang sebenernya enggak boleh ngerokok disini!" protesku sambil mengibaskan lenganku menghalau asap rokoknya.
Iqbal tertawa kecil, "Lu perhatiin ga? stasiun kereta sekarang itu disponsorin sama rokok! lu liat tuh papan nama stasiunnya." katanya sambil menunjuk.
Memang benar apa yang dikatakan Iqbal, kini mulai dari stasiun Bogor hingga manggarai telah disponsori oleh sebuah produk rokok. Sepertinya hal ini menjadi semacam pembenaran bagi para perokok hingga mereka merasa sah-sah saja mengepulkan asap di area stasiun yang sebenarnya merupakan tempat umum.
Tak lama kemudian dari pengeras suara terdengar pengumuman, "Informasi KRL Pakuan sudah melintas stasiun Cilebut.. para penumpang yang akan mempergunakan KRL Pakuan dipersilakan menunggu di peron dua atau peron tengah."
"Gue duluan ya?" kata Iqbal. Aku mengangguk. Kemudian Iqbal melempar batang rokok yang sudah habis setengahnya itu dan merogoh permen karet dari saku celananya.
"Yakin enggak mau bareng...?" tanya Iqbal sambil membuka kertas pembungkus permen karet. Aku menggeleng. Kemudian sambil tersenyum Iqbal berdiri dari duduknya dan berjalan menuju peron tengah.
Aku tak lepas-lepas mengawasi Iqbal sejak dia masih berdiri menunggu, kemudian saat dia berdesakan masuk ketika kereta tiba hingga akhirnya kereta itu menghilang di kejauhan. Lalu aku membuka koranku dan mulai membacanya. Sepuluh menit kemudian aku melihat di kejauhan Indra dan Yeyen sudah datang dan Yeyen melambaikan tangannya padaku. Aku mulai bertanya dalam hati. Bagaimana caranya aku memberitahukan pada mereka ya?
Ternyata hari senin itu aku belum memiliki keberanian memberitahu teman-teman baruku kalau aku akan kembali naik kereta dengan jadwal sebelumnya. Aku juga tidak melihat Erwin di gerbong yang sama.
"Kamu sedang apa?" tanya Pak Ricky membuyarkan pikiranku. Dia adalah komisaris beberapa anak perusahaan yang kebetulan sedang ada di Jakarta untuk membahas bisnis dengan bossku. Pria Ambon ini memang masih gagah di usianya yang nyaris setengah abad. Dengan cirikhas orang Indonesia timur yaitu berkulit gelap bertubuh tinggi tegap dan memiliki senyuman termanis serta lengan yang berbulu menjadikannya sosok berwibawa dan ehm.. membuatku sedikit horny juga!
"Sedang ngetik pak.." jawabku.
"Temani beta sarapan di Hotel ya?" pintanya.
"Wah.. makasih pak, tapi saya sudah sarapan..." aku menolak. Kemudian Pak Ricky berlalu dari mejaku kelihatannya agak kecewa.
Aku menyesali tindakan bodoh menolak ajakannya itu. (Threadnya ada di Boyzroom : Me and My Stupid Diet... kalo mau baca..) padahal aku sadar dia menaruh minat padaku soal pekerjaan. Dengan aku menolak tawarannya berarti aku telah menyia-nyiakan kesempatan besar untuk meningkatkan karirku di perusahaan. Mempertimbangkan saran dari para BF'ers aku memberanikan diri untuk berinisiatif menawarkan diri menemaninya makan siang.
Hotel tempat Pak Ricky menginap memang tidak jauh dari Kantor, bahkan beberapa pimpinan dari daerah apabila ada rapat rutin di kantor pusat ini sudah pasti menginap di Hotel tersebut.
Aku menyuap sesendok nasi saat Pak Ricky bertanya padaku. "Masih betah dibelakang meja?"
Aku mengangguk.
"Pak Har belum ada suruh kamu keluar kota kah?" tanya Pak Ricky lagi dengan logat ambonnya yang Khas. Pak Har yang dibicarakannya adalah atasanku.
Aku menggeleng lalu balik bertanya, "Gimana pak, rencana pembukaan kantor cabang baru?"
"Secepatnya... Beta juga harus ikuti deadline sesuai rencana kerja toh?"
Aku mengangguk-angguk paham. Kemudian Pak Ricky terlihat seperti berpikir sesuatu.
"Kalau kamu Beta tugasi ke luar Jakarta mau?" tanyanya tiba-tiba.
Aku terkejut dengan tawarannya hingga aku buru-buru menelan makanan yang masih kukunyah.
"Ke-kemana Pak?" tanyaku.
"Kamu tahu kan, kita ada rencana buka cabang di Biak dan Ternate. Beta mau kamu ke sana dan kasih laporan progress ke Beta. Gimana?"
"Berapa lama Pak?"
"Sekitar dua bulan. Kamu ke Biak dua minggu lalu ke Jayapura koordinasi dengan pimpinan pusat. Lalu kamu ke Ternate dua minggu juga lalu ke Ambon koordinasi dengan pimpinan pusat di sana juga. Kalau laporan kamu bagus, mungkin beta akan kasih rekomen buat Pak Har soal jabatan kamu." Ujar Pak Ricky.
Aku merasa senang sekaligus gemetar dengan tawaran kesempatan ini. Ini saatnya aku bisa menunjukkan kemampuanku di perusahaan.
"Saya siap Pak!" ujarku mantap.
"Kalau begitu, nanti beta koordinasi dengan Pak Har dulu ya? trus beta minta kamu pelajari data perusahaan nanti malam. Kamu bisa nginap di hotel kah?"
Aku mengangguk. Aku memang terbiasa menyimpan satu stel pakaian kerja, kalau-kalau terpaksa menginap di Hotel jika ada lembur. Tapi kemudian aku teringat Iqbal....
Aku melempar ranselku ke atas ranjang Hotel. Pak Ricky memintaku ke kamarnya setelah jam sembilan malam. Dia hendak menjelaskan padaku profil perusahaan miliknya sebagai gambaran untuk aku mengawasi perkembangan di sana. Aku melihat arlojiku, sudah hampir setengah enam sore. Kemudian aku meraih ponselku dan mencari-cari nomor Iqbal. Aku meneleponnya dan memintanya datang ke Hotel sebelum dia pulang. Suaraku yang bergetar akibat kesedihan yang melanda tidak dapat kusembunyikan di telepon hingga Iqbal bertanya. Tetapi aku tidak memberikan penjelasan padanya.
Ketukan pelan terdengar dipintu kamar. Melalui lubang intip aku melihat Iqbal berdiri di luar. Aku membuka pintu kamar dan mengajaknya masuk.
"Mata lu kenapa merah? lagian kok tiba-tiba nginep di hotel? banyak kerjaan lagi ya?" tanya Iqbal. Aku tidak menjawab dan menundukkan kepalaku.
"Eh..? elu abis nangis? kenapa? cengeng banget!" Iqbal bertanya dengan nada bergurau, namun aku masih tidak menjawabnya.
Kemudian aku merangkulnya dan mencium bibirnya sangat lama seolah-olah aku tidak akan pernah bisa lagi menikmati kelembutan bibirnya itu. Iqbal walaupun masih terheran-heran membalas ciumanku dan bahkan tanpa bertanya apapun lagi, dia membiarkan aku melepaskan sederetan kancing kemejanya.
Tentu saja aku sudah menduga reaksi Iqbal yang tidak menyetujui rencanaku ke luar kota selama dua bulan. Namun dia mengerti bahwa ini semua adalah pilihanku yang terbaik. Dia juga mendukung walau mungkin terasa berat baginya kalau keputusanku ini adalah demi karirku di perusahaan. Mungkin juga ini baik untuk hubungan kita berdua, karena kata orang, kamu gak akan sadar apa yang kamu punya sebelum kamu kehilangan, mungkin rasa rindu yang menumpuk akan membuatku semakin mencintai Iqbal... Cinta? benarkah aku sudah benar-benar jatuh cinta padanya? aku tak pernah sekalipun mengucapkan kata itu pada Iqbal walau aku mengakui hubungan kami sangat dalam, namun aku tak pernah mau menganggapnya sebagai Cinta.
"Cuma dua bulan kan?" tanyanya lagi meyakinkan.
"Iya cuma dua bulan!" jawabku yang sedang kembali berpakaian bersiap-siap untuk ke kamar Pak Ricky.
"Jangan selingkuh ya?" Gurau Iqbal.
"Ente juga ya!" sahutku tak mau kalah.
"YM an?"
Aku menggeleng tidak yakin.
"Kenapa?"
"Gue denger kabar, sambungan Internet disana kurang bagus... laporan keuangan aja ngirim via email ke pusat suka lama..."
"Tapi kalau sempet bilang ya?" pinta Iqbal lagi. Aku mengangguk.
Aku berjanji pada Iqbal hari Rabu adalah hari terakhir aku naik bersama teman se-gengku. Aku putuskan untuk tidak menyia-nyiakan lebih banyak lagi waktu karena aku ingin selalu bersama Iqbal dihari-hari terakhir sebelum keberangkatanku.
Aku merasa seperti seekor ular yang sudah menebar bisa kemana-mana. Kini aku seolah harus memberikan penawar racun pada orang-orang disekitarku. Inilah yang sedang kulakukan sekarang.
"Udah balikan lagi?" tanya Yeyen.
"Iya." jawabku.
"Jadi elo enggak bakalan bareng kita lagi?"
"Iya." jawabku makin merasa tak enak.
Indra, Koh Liong dan Ci Reany hanya diam, namun mereka memperhatikanku dengan serius.
"Kenapa sih? gue juga bakalan kangen se-geng sama ente semua! tapi hubungan gue sama... pacar (aku tidak mengakui pada mereka kalau aku gay), buat gue sekarang lebih penting..." Jelasku.
"Yah Rem... gue bakalan kangen sama elo deh! elo yang hobby bercanda dan hobby nyela...!" kata Indra.
"Gue juga Dra! gue malahan... ngerasa udah mulai naksir ente..." kataku bercanda. Indra melotot yang lain tertawa.
"Tapi kita udah biasa berlima!!" protes Yeyen.
Aku tersenyum lalu berkata, "Makanya... gue udah nyiapin pengganti..."
Indra dan Yeyen berpandangan tak mengerti. Aku kemudian menoleh ke arah sudut tempat Erwin sedang duduk dan memanggilnya dengan lambaian tangan.
"Rem! lu ngapain manggil dia?" tanya Indra Khawatir. Aku tidak menjawab. Erwin yang semula ragu akhirnya berdiri dari duduknya dan dengan susah payah melewati penumpang lain menuju ke arah kami.
"Semua... kenalin ini Erwin temen gue waktu di SD. Mulai sekarang dia ikut geng kalian ya? tolong terima dengan baik.." kataku sambil masih terus tersenyum. Kulihat the geng masih ragu-ragu dan membuat Erwin makin salah tingkah. Namun Koh Liong akhirnya memecah kecanggungan, "Win... welcome to the club ya?" katanya. Erwin akhirnya bisa tersenyum.
"Jadi... sebenernya kamu suka sama dia apa enggak sih?" tanya Yeyen pada Erwin sambil menunjuk ke arah Indra. Indra yang ditunjuk melotot kesal pada Yeyen. Kami semua tertawa. Ah... aku yakin mereka akan baik-baik saja.
Kamis Pagi. Aku duduk di bangku panjang disamping Iqbal yang sedang merokok. Hari ini kami tidak mengobrol soal apapun. Aku menoleh pada Iqbal sambil tersenyum Iqbal pun membalas senyumanku. Kemudian kembali terdengar pengumuman agar penumpang Kereta Pakuan menunggu di peron tengah.
"Yuk." ajak Iqbal. kemudian Aku mengikutinya berjalan menuju peron tengah menunggu kereta yang akan kami naiki bersama.
END OF STORY.... FOOR GOOD!!
Malam itu aku sedang memilah-milah pakaian yang akan kubawa. Baru saja aku pulang dari rumah Pak RT untuk memberitahukan bahwa aku berencana ke luar kota selama dua bulan.
"Gimana sama motor kamu?" tanya Pak RT khawatir.
"Saya titip di rumah orang tua pak! Pak RT gak usah khawatir..."
"Rumah?"
"Nanti Babe saya bakalan sering-sering kemari pak."
"Oh... ya udah... hati-hati di jalan ya? jangan lupa oleh-oleh!"
"Beres Pak!"
Aku menjejalkan sebuah kaus ke dalam travel bag. Lalu aku teringat sesuatu dan meraih ponselku mencari-cari sebuah nomor. Aku menunggu nada panggil diangkat dengan sedikit cemas.
"Halo? hei... apa kabar? udah lama ya?"
..............
"Kabar gue baik. Iya nih Gue ada rencana ke Biak, terus Jayapura, Ternate sama Ambon..."
..............
"Iya sih... deg-degan juga..."
..............
"Ooo... kalau mau ke Ambon dari Ternate gampang toh?"
..............
"Wah... enak dong! boleh dong maen... anterin gue jalan-jalan ya?"
..............
"Beres bro! tunggu aja traktirannya... thanks ya.. sampe ketemu di sana ya?"
Aku menutup teleponku sambil tersenyum. Ah... siapa bilang perjalanan ke Ambon akan membosankan kalau ada PAUL menungguku di sana?
*****************
-Guys... thanks ya udah baca. Off dulu nih sekitar dua bulan... see you soon!!
-Buat Oom Modz... makasih ya udah membiarkan warung ane wara-wiri tanpa digembok hehehe...
-Buat BFers yang udah chatting ama ane... it was really nice to chat with u guys! sori ya kalo ane sering becanda.. hehehe..
-SAMPAI JUMPA DI SEASON II... HALAH!!!!