It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kwkwkwk ga sampe bayi juga sih.. ahahha lebay nih .. jaman pas sd klas 1 ato 2 itu mah.. ahhaha
Xixixixi... jangan "menginspirasi" bikin Bogor Gathering deeeeh...
25 Oktober, Dunkin Donuts Stasiun Bogor
Sudah lebih dari setengah jam aku menunggu sambil menyeruput minuman es cokelat yang sudah hampir habis, sementara potongan donat yang merupakan satu paket dengan minuman itu mungkin sudah selesai dicerna oleh lambungku sejak tadi. Tapi cowok itu belum juga datang. Aku menunggu sambil membaca buku dan mendengarkan lagu lewat ponsel seri walkman milikku. Berkali-kali aku membetulkan letak kacamata yang aku pakai karena masih saja belum terbiasa dengannya. Padahal bingkainya lumayan ringan, hanya saja itu yang membuatku tidak sadar sedang memakai kacamata sehingga kalau mataku tiba-tiba gatal dan ingin menggosoknya, jari-jariku malah membentur lensanya.
Alasanku bertemu dengan cowok ini pertama-tamanya dilandasi rasa penasaran. Lagipula, dari awal perkenalan kami lewat forum dan chat pun aku sudah tertarik padanya. Maka itu, saat aku dan cowok itu mendapat kepastian akan bertemu, maka aku mengajaknya bertemu di Bogor. Rupanya penyakitku yang selalu saja menuruti rasa keingintahuanku itu belum juga bisa hilang, padahal biasanya resiko yang akan kuterima juga tak kalah besar.Konsentrasiku terpecah antara buku Kisah-kisah China Klasik dan cerita pernikahan heboh antara Syeh Puji dan anak gadis berusia duabelas tahun yang ditayangkan di televisi. Aku juga mengkhawatirkan Shahrul -anak cowok itu- yang mengaku belum pernah naik kereta ke Bogor apalagi kereta kelas ekonomi. Malahan tadi dia sempat sms saking tidak percaya dengan harga karcis yang hanya dua ribu lima ratus perak untuk jarak sejauh itu.
"yah, dengan segala resiko juga yang musti ente tanggung... awas ya, hati-hati dicolek copet.." balasku lewat SMS.
**
Jam setengah satu lewat. Aku melihat ke luar kaca jendela Dunkin Donuts yang langsung mengarah pada tujuh jalur tempat kereta tiba atau berangkat. Sebuah rangkaian kereta ekonomi telah masuk di jalur lima. Aku sangat yakin kalau itu adalah rangkaian yang dinaiki Shahrul. Ponselku kembali bergetar, SMS darinya masuk, "Rem, gue ke toilet dulu ya? enggak tahan.."
Sepuluh menit telah berlalu. Aku mulai curiga kalau dia keluar lewat pintu sebelah barat dan tidak melewati pintu utama tempat kios Dunkin berada. Benar saja, dia meneleponku dan mengatakan kalau dia sudah ada di depan gedung Taman Topi Square. Buru-buru aku menyusulnya ke sana. Setelah aku berada di pinggir jalan tepat di seberang Taman Topi Square, aku akhirnya bertemu dengannya. Cowok itu tergolong sangat ramping dengan rambutnya yang pendek nyaris botak, hidungnya yang bangir lucu, dan bibir bagian bawah yang lebih kecil dari atasnya sehingga wajahnya terlihat imut. Dia lebih tinggi dariku sekitar dua atau tiga senti, tapi mungkin saja lebih karena saat itu dia yang berpakaian kaus polo biru gelap dan celana jeans selutut, hanya mengenakan sandal jepit krem saja, sedangkan aku memakai sepatu dengan sol yang agak tebal.
Karena saat itu aku berangkat tidak memakai motor, maka aku mengajak Shahrul ke Botani Square Mall dengan menggunakan angkot. Saat itu sudah masuk jam makan siang, pengunjung mal pun sudah ramai. Entah karena memang sudah sarapan atau anak ini memang tidak hobi makan, saat aku memesan makanan dan minuman jus di sebuah restoran waralaba, dia malahan hanya memesan es teh manis. Aku memerhatikan Shahrul saat sedang makan. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya, karena sepertinya saat itu dia seperti hendak buru-buru pergi.
"Kalo mau pergi, pergi aja Rul, jangan ngerasa terbebanin ketemu gue." sindirku.
"Sotoy lu Rem! kan gue udah bilang, gue kabur kalo udah ditraktir." Ujar Shahrul.
Aku tertawa lalu bertanya,"katanya semalem di friendster bilangnya lagi sakit?"
"Hahaha.. itu sih cuma pengen bohongin si Nugie aja." ujarnya santai.
"Ckckck.. Dasar hobi bohong luh!" ujarku sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Siapakah Nugie? Baik Shahrul dan Nugie Keduanya aku kenal lewat dunia maya, lalu karena mereka berdua tinggal di Bandung, mereka berinisiatif untuk bertemu saat bulan puasa lalu. Aku sendiri agak bingung mendeskripsikan hubungan antara mereka berdua. Sepengetahuanku mereka hanya Berteman tapi mesra saja, begitulah pengakuan Nugie padaku lewat chat maupun lewat SMS. Mahasiswa tingkat awal fakultas kedokteran itu selalu mengaku kalau dia sangat sayang dengan Shahrul walau hubungan mereka tanpa status. Dan kini, tanpa sepengetahuan Nugie (atau belum?) aku bertemu dengan "Teman" nya itu di Bogor.
"Mmm.. Rul? dapat ide dari mana sih nick Paladin?" tanyaku sambil menyeruput jus mangga.
Shahrul menggeleng, "enggak ingat, udah lama.." katanya. Lalu kami berdua mengobrol tentang kebiasaan-kebiasaanya di tempat kos di kota Bandung.
"Abis ini mau kemana?" tanya Shahrul. Melihatnya hanya minum es teh manis tanpa memesan makanan, membuat aku tidak enak hati dan tidak menghabiskan potongan steak gordon bleu pesananku.
"Nonton aja deh. blom pernah nonton di Platinum sini, maklum baru buka." ujarku sambil meraih ranselku lalu beranjak dari tempatku duduk diikuti oleh Shahrul.
Saat itu hampir pukul dua siang. Film Yang hendak tayang paling cepat di studio adalah film Kutunggu Jandamu. Sebenarnya saat itu aku sama sekali tidak mementingkan film apa yang akan aku tonton, yang penting aku bisa menonton bersama Shahrul, titik! lagipula aku beranggapan, kalau kami menonton film standar Hollywood, tentu saja tidak akan berkesan apa-apa. Setidaknya suatu hari aku akan mengenang sambil menertawakan kalau dulu aku pernah menonton film Dewi Persik bersama seorang cowok imut di bioskop. Setelah saling berebut hendak membayarkan tiket, (anak ini rupanya gengsinya sangat tinggi dan tidak ingin dibayari) akhirnya Shahrul mengalah dan membiarkan aku membayar.
"Udah deh, yang masih pengangguran enggak usah mikirin, biar gue aja yang traktir." ledekku.
"Dasar lu Rem! kan gue janji mau nraktir elu soalnya kan gue yang ulang tahun!"
Aku hanya tertawa menanggapi protesnya dan langsung masuk ke dalam studio.
*****
Tidak ada yang istimewa dalam bioskop. Filmnya pun hanya komedi biasa. Lalu setelah kami keluar studio, aku bertanya kembali pada Shahrul untuk memastikan kalau dia benar-benar ingin menginap di rumahku.
"Ente beneran pengen nginep?"
"Emang kenapa Rem? enggak boleh?" tanyanya balik dengan cemberut. Lucu sekali kalau melihat anak itu memberengut, bibir bagian bawahnya akan tertarik makin tipis sehingga tidak membuat wajahnya jadi menakutkan malahan terlihat makin imut.
"Ya udah.. maksud gue, kalo ente mau pulang juga enggak apa-apa... jangan merasa terpaksa!" ujarku.
"Enggak! oiya Rem, di sini ada supermarket gak? hero gitu?" tanyanya.
"Ada.. di bawah, Giant." kataku.
"Gue ke situ dulu ya? mau beli minuman, elu tunggu di luar aja." sahutnya.
"Sip!"
Setelah keluar dari pusat perbelanjaan, kami memutuskan untuk segera keluar dari Mal. Namun sebelumnya Shahrul yang masih penasaran ingin mentraktir sesuatu, memaksaku untuk membiarkannya membeli J-co Donuts terlebih dahulu.
"Setengah lusin aja Rem?" tanyanya meyakinkan.
"Iya.. ngapain banyak-banyak? enggak ada orang ini!" kataku.
*******
Lalu aku menuju rumahku kembali naik kereta ekonomi. Untunglah saat itu kami berdua berhasil mendapatkan tempat duduk, lumayan, tidak harus berdiri walau rumahku hanya berjarak dua stasiun saja dari Bogor. Dalam perjalanan aku kembali mengira-ngira apa yang ada di pikiran Shahrul saat itu, aku mencuri-curi pandang ke arahnya mencoba mengartikan ekspresi wajahnya saat itu yang seperti sedang melamun sambil asik menyesap minuman vitamin C botolan. Kalau aku ditanya apakah aku tertarik pada anak ini secara seksual? tentu akan kubilang ya! apalagi aku berhasil menebak ukuran kakinya yang empat puluh dua itu. Tahu kan? kalau ukuran kaki akan berbanding lurus dengan ukuran Mr. P? makanya aku sebenarnya juga tidak sabar menunggu kelanjutan yang terjadi nanti di rumahku, namun entah mengapa aku merasakan sesuatu yang mengganjal, mungkin karena aku bertemu dengannya dengan membohongi Nugie yang di Bandung sana pasti mengira kalau Shahrul sedang terbaring sakit.
"Kok tahu nomor 42?" tanya Shahrul terheran-heran sambil memandangi kakinya, mungkin berusaha mencari tahu bagaimana aku bisa menebak dengan mudah ukuran kakinya itu.
Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum, karena aku memang sudah terbiasa menebak ukuran kaki seorang cowok.
Kira-kira lima belas menit kemudian, kami berdua turun di stasiun dan memakai Angkot untuk menuju rumahku. Sebenarnya aku lebih suka tidak diketahui tetanggaku kalau aku membawa teman ke rumah walaupun teman yang kubawa itu seorang cowok. Hubunganku dengan beberapa tetangga cukup akrab, maka dari itu aku berusaha untuk tidak terlihat saat tiba di komplek apalagi kalau sampai bertemu dengan Pak RT. Tapi rupanya salah satu tetanggaku memergoki aku sedang berjalan dengan Shahrul, dia dan istrinya menyapaku dari atas motornya saat melewati kami berdua. Tetanggaku itu juga cukup akrab dengan Papaku, mudah-mudahan saja dia tidak bercerita pada Papaku kalau dia melihat aku datang bersama seorang teman, karena itu artinya aku harus menyiapkan seribu macam penjelasan.
*****
25 Oktober, Sabtu Sore, Rumahku...
"Selamat datang di rumah gue..." Aku berujar sambil memasukkan kunci ke lubangnya.
"Jangan kecewa ya liat rumah gue?" lanjutku.
"Kenapa sih Rem? elu enggak pe-de an begitu?" protes Shahrul.
Aku tertawa.
"Rul, ente enggak lapar? dari tadi enggak makan?" tanyaku.
"Huhu.. iya nih, entar gue ngadu ah, nginep di rumah Remy enggak dikasih makan..." candanya sambil berpura-pura menangis.
"Dasar lu! ya udah, ntar abis Maghrib kita makan di tukang pecel lele aja ya? gue tau ente vegetarian sama hobi makan telur, tapi di sini agak susah masaknya."
"Kok tahu gue hobinya makan telor?"
"Nugie yang cerita.. apa sih yang enggak diceritain sama dia? termasuk chat perpisahan kalian berdua aja di email ke gue..."
"Dasar tuh anaaaaak..." teriaknya kesal.
*****
Setelah kami mandi, berganti pakaian dengan kaus dan celana pendek, dan mengenyangkan perut kami berdua dengan makan ayam goreng plus nasi uduk (lagi-lagi shahrul hanya makan sedikit, mungkin dia takut gemuk) kami kembali ke rumah. Di rumah Shahrul mulai bertanya soal koleksi film bokep milikku. Lalu aku mengeluarkannya . Saat itu sudah hampir jam setengah delapan dan entah mengapa aku sangat-sangat mengantuk. Hari sabtu memang kadang kugunakan untuk beristirahat dengan tidur lebih lama dari biasanya kalau benar-benar tidak ada acara atau kencan yang penting. Kami berdua berbaring di atas karpet ruang tamuku di depan televisi
"Rem, mending lu shalat isya dulu gih!" ujar Shahrul, dia sudah lebih dulu shalat Isya.
"Kenapa emang?" tanyaku malas-malasan sambil memeluk guling, "gue udah biasa shalat isya jam sembilan..." lanjutku.
"Yah, sekarang aja deh Rem!" pintanya setengah memaksa.
Dengan mendecak aku beranjak juga ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan kemudian shalat Isya. Saat kembali ke ruang tamu, Shahrul sudah memutar salah satu VCD gay koleksiku, aku kembali tiduran di atas karpet sambil memeluk guling. Mungkin karena sudah bosan, atau mungkin juga karena aku sangat mengantuk, aku sama sekali tidak terangsang dengan adegan seks sesama pria di layar televisi itu, Shahrul pun hanya diam saja menonton dengan posisi duduk di depanku. Aku sama sekali tidak ada niatan untuk memaksanya melakukan apapun kalau memang anak itu tidak mau melakukannya. Lalu lama kelamaan aku benar-benar memejamkan mata untuk tertidur....
Alamak! tiba-tiba aku terbangun karena seseorang melompat ke belakangku yang sedang tertidur lalu memelukku. Saat aku membuka mata, Shahrul sudah tidak ada di depanku, dan baru kusadari dia rupanya yang sedang memelukku sekarang dari belakang.
Dengan sedikit kesal karena kaget, aku sedikit memprotesnya, "Duh.. ente berat juga nih!" kataku sambil berusaha menyesuaikan diri karena aku sulit bernafas ditindih olehnya.
"Jangan tidur dong Rem..." katanya sambil membelai-belai kepalaku dan mencium leherku. Aku melihat ke layar televisi, adegan film bokep gay masih berlanjut. Lalu Shahrul mengaitkan sebelah kakinya ke atas kakiku. Aku berusaha membalik tubuhku dan melepaskan diri dari pelukannya, sesaat aku berhasil dan bisa mencium bibirnya, namun tenaga Shahrul (atau nafsunya?) cukup besar melawan kondisiku yang sedang mengantuk berat, sehingga akhirnya dia berhasil menindihku, kedua tangannya berusaha mengunci lenganku agar aku tidak bisa balas merabanya, dan kemudian dia mulai menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku...
*****
Hot? wah.. harus di edit-ulang dulu nih sebelum lanjutannya di posting... :shock:
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
GW BENER2 KECEWA SMA LO REM!!!
MASALAHNYA BUKAN GW MAU GA DIAJAK KE DUFAN ATAU GW GA MAU KETEMU MA LU REM...
GW DAH MAAFIN LU..SIKAP GW KE LU JUGA DAH BIASA..GW DAH LUPAIN MASALAH ITU...CUMAN BUAT MASALAH INI GW BENER2 MOHON SAMA LU..
GIMANA GW GA NGERADANG KLO LU TERNYATA NGELAKUIN INI SEMUA SAMA GW...
GW PERNAH SALAH APA SIH SAMA LO?? KLO GW PERNAH SALAH DAN BIKIN LU MARAH GW MINTA MAAF..TAPI BUKAN GINI CARANYA BALES DENDAM KE GW..