It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tambah romantisss
uuuuu jadi pengenn.....
lanjutt Aaaaaa
terus lanjut ya bunny... ga nyangka ya adik se almamater pny kisah seru spt ini? duuh zaman aku, ganesha sih 'sepi'2 aja tuh
btw, mgkn thread " sex dg pendeta /ustad", tapi khususnya yg seminggu terakhir ini, mudah2an bisa menjadi masukan utk pertanyaan/kebimbangan, apakah setiap org boleh mempunyai rahasia?
judul thread nya kayaknya hedonis banget, tapi kalo ngikutin diskusi seminggu terakhir itu...dalem banget.
cheers
sering. tapi gw pake YM cuman buat kerjaan doang.
I have bad experience with YM, ketika gw pake sebagai ajang pertemanan kayak gini. dan sempet bikin gw trauma.
Ada ceritanya nanti dalam diari gw ini, kenapa YM, MiRC, FS, FP dan sejenisnya bikin gw kapok.
So, sory banget deh buat bang josh, gw ga bisa memenuhi permintaannya. jangan menganggap gw sombong ya, karena sebenernya memang ga ada yang patut dibanggain dari gw. kalau mo komunikasi, PV aja lewat boyzforum ini.
Kalaupun gw bersedia ketemu langsung dengan om Broody, itu karena beliau udah married, dan gw dah baca beberapa komennya di forum ini. pas banget dg yang gw butuhkan.
TIGAAA!!!
hah!! ga nyangka gw. dah tiga rekan se-almamater disini.
angkatan senior ya Bang?
Ganesha itu memang gersang bagi straight, tapi surga bagi PLU, karena isinya cowok melulu, terutama FTI dan FTM.
bedanya tipis banget, antara menyembunyikan kenyataan dengan berbohong.
m'af gw uda lupa...
Gue gay,gue gk pnah tertarik ma ce, Tapi gue punya keyakinan suatu saat gue pasti merit.. Gue gk bisa membayangkan masa depan gue bersama seorang pria.
Demi mewujudkan hal tsb memang harus ada yg dikorbankan.. Hidup itu pilihan bukan?
tepat.
iri juga gw waktu lihat om broody dan keluarganya.
Bisakah gw seperti itu? :roll:
Spesial buat Josh
You are so cute
Plisss bales. I'm waiting nih. Coba lihat inboxnya deh
Emang beda tipis sih. Tp kan ga ada yg nanya "lu gay ga sih?"
Kalo dtanya itu trus lu jawb "no.I'm perfectly normal",nah baru lu ngibul.
Oia,gw lupa ngucapin selamat lebaran. Maap kalo ada slh2 kata
Di bis aku gelisah memikirkan apa yang baru saja Nicky katakan. Kubuka ponselku mencoba mengontak Nicky untuk menanyakan langsung maksud dari pernyataannya tadi. Tapi rupanya ponselnya mati, tak bisa kuhubungi. Kucoba beberapa kali, tapi tetap saja tidak berhasil. Aku kesal, tak sadar aku mengeluh :”Huh, bikin penasaran aja.” Wanita tua di sebelahku menatapku heran. Aku cepat-cepat tersenyum kepadanya dan meminta maaf.
Akhirnya kukirim saja pesan singkat lewat sms : mksd kmu apa td Nick? Jgn bikin aku pnsaran!!!
Aku termenung lagi memikirkan Nicky. Tapi ah, bodo amat, pikirku. Aku mengantuk sekali, nyaman rasanya kalau aku tidur sepanjang perjalanan ke Cengkareng. Dan benar-benar aku tertidur lama. Aku baru terbangun ketika bis masuk ke tol pintu masuk bandara.
Aku dapat kursi sisi sebelah kiri di pesawat, kursi yang hanya terdiri dari dua sit. Awalnya kukira sit sebelahku kosong, tak ada penumpangnya. Tetapi beberapa saat sebelum pesawat bergerak menuju landasan pacu, dari depan kulihat seorang pemuda berjalan mengikuti seorang pramugari. Ketika tiba di barisan kursiku, pramugari itu menunjukkan kursi di sebelahku kepada pemuda tadi.
Dari awal aku sudah tertarik melihat pemuda itu. Selalu tersenyum, bentuk matanya jadi seperti bulan sabit kalau tersenyum. Wajahnya mirip Rifki, pemain sinetron yang beralih profesi menjadi pesepakbola di klub Persiba Balikpapan. Awalnya kukira dia itu Rifki, tapi setelah dekat, sepertinya lebih muda dari Rifki. Dia duduk, tersenyum kepadaku sambil mengulurkan tangannya. Kusambut uluran tangannya, terasa mantap genggamannya.
“Turun di Balikpapan juga, Mas?” tanyanya. Aku tersenyum geli, pertama karena dari logatnya aku sudah menebak kalau dia itu orang sunda, yang kedua adalah karena pertanyaannya. Hampir saja kubilang, ya iyalah semua penumpang disini pasti turunnya di Balikpapan, masak mau turun di langit?
“Ya, tapi saya terus ke Bontang.” Kataku sambil membalas senyumannya.
“Sama atuh, saya juga mau ke Bontang. Sama2 aja kalo gitu. Saya baru pertama kali ke Kalimantan, belum tau harus pake apa kalo ke Bontang.” Logatnya mengingatkan aku akan sesuatu yang familiar, tapi aku tidak ingat apa itu. Ramah, selalu tersenyum dan sangat terbuka, berbeda 180 derajat dengan Nicky. Ciri khasnya kalau menyebut huruf 'r' tidak terlalu jelas, agak cadel, tapi itu malah membuatnya tambah menarik.
“Bisa naik bis, naik taksi juga atau pake kijang carteran. Biasanya di bandara sudah nongkrong calo2 nawarin carteran.” Aku menjelaskan beberapa alternatif angkutan ke Bontang dari Balikpapan, sambil kujelaskan juga bahwa aku menggunakan pesawat carteran perusahaan tempat kerja ayahku.
Perjalanan selama kurang lebih dua jam di pesawat terasa sangat singkat, sebab sepanjang perjalanan aku menikmati obrolan dengannya. Namanya Ganef, asal Kadipaten – Majalengka, satu hal yang kemudian aku teringatkan akan logat sundanya yang familiar. Cara berbicaranya mirip dengan keluarga dari ibuku. Umurnya baru 21 tahun, baru lulus kuliah D3 di daerahnya. Ke Bontang dalam rangka menemui familinya yang menjanjikan untuk mencarikan pekerjaan. Baru pertama kali keluar dari Jawa Barat – perjalanan terjauhnya adalah ke Bandung. Tadi hampir terlambat karena salah masuk gate di bandara. Maklumlah katanya, pengalaman pertama kali naik pesawat.
Wajahnya tampan dan bersih, sangat khas Majalengka. Aku perhatikan memang banyak ditemui orang Majalengka yang memiliki struktur wajah yang mirip seperti itu. Proporsional, dahi lebar, hidung mancung agak besar, mata lebar dengan garis mata yang jelas seperti menggunakan eyeliner, alis mata panjang, tebal dan rapi, dagu runcing, tulang rahangnya tegas. Rambutnya rata-rata ikal bergelombang. Menurut cerita orang tua disana katanya karena masih ada keturunan keluarga Kesultanan Cirebon yang didominasi oleh orang-orang keturunan Arab.
Di bandara Sepinggan Balikpapan, kami berpisah, setelah kutunjukkan beberapa arah yang bisa dia tempuh.
Inginnya sih kuajak aja dia ikut naik pesawat, tapi berhubung pesawat bukan milikku dan tempat di pesawat terbatas lebih diprioritaskan untuk keluarga karyawan perusahaan, jadi ya apa boleh buat, kuanggap saja perkenalan tadi adalah bonus dari perjalanan Jakarta – Balikpapan.
Kelanjutannya donk Mr. Bunny, dari semua thread story di BF , warung Sdr. Bunny yang paling betah aku baca. Walaupun panjang tadi gaya bahasa dan penulisannya gak ngebosenin..
Lanjut dunk !!
regards
~ART~
Surprise buat ibuku yang tidak mengira aku akan datang sore hari itu. My Mum hanyalah seorang ibu rumah tangga yang sebagian besar aktivitasnya adalah di rumah. Hari-harinya dilalui dengan irama yang rutin. Aku kagum, karena sebenarnya ibuku itu pintar dalam banyak hal (kuliahnya pun satu almamater denganku), tapi mau mengorbankan banyak kemampuannya hanya karena ketaatannya kepada ayahku yang meminta agar ibu tidak bekerja di luar rumah. Ayah meminta agar ibu mengurus rumah dan anak-anak serta menghiasi rumah dengan ibadah, itu saja. Tidak heran ketika aku tiba di rumah, yang kudengar pertama kali adalah suara ibu yang sedang mengaji.
Sejak kecil aku sudah terbiasa mengadukan segala permasalahan kepada ibuku. Tetapi lambat laun ibu mendidik anak-anaknya untuk terbiasa mencari solusi sendiri dari masalah-masalah yang dihadapi. Setelah kami besar, ibu bisa membaca saat-saat dimana kami sedang memiliki masalah. Terkadang beliau menyempatkan diri untuk bertanya, tetapi lebih banyak membiarkan kami untuk dewasa dalam mencari solusi dari masalah itu.
Jadi saat itu aku yakin bahwa ibuku tahu kalau aku sedang menghadapi satu masalah yang cukup berat, namun beliau bijaksana untuk tidak bertanya. Yang ditanyakannya hanyalah pekerjaanku dan kabar keluarga di Bandung. Selebihnya ibu hanya bilang seperti ini : Kamu tambah dewasa saja. Orang menjadi dewasa karena sering menghadapi masalah. Dan yakin saja bahwa Tuhan itu tidak akan pernah memberi masalah kepada seseorang, kecuali bahwa orang itu mampu menghadapi masalah itu. Kemudian beliau menyitir sepotong kalimat dari sebuah ayat Al-Quran : Tidaklah Allah membebani seseorang, kecuali orang itu pasti mampu memikulnya. Kemudian aku diajari doa yang merupakan kelanjutan dari ayat tersebut. Jangan lupa selalu berdoa katanya, Tuhan itu suka kepada seorang yang merasa banyak dosanya dan selalu memohon doa dan ampunan kepada-Nya. Jadi jangan pernah merasa bersih dan tidak memiliki dosa, karena Tuhan tidak menyukainya. Nabi Adam pun diciptakan untuk kemudian berbuat dosa, tapi Tuhan mengajarkan sebuah doa kepadanya. Kemudian ibuku melanjutkan dengan membaca sebuah hadist qudsi (firman Allah yang tidak tercantum dalam Quran) yang maksudnya kurang lebih seperti ini : jika seandainya ummat manusia ini sudah tidak ada lagi yang berbuat salah dan dosa, maka akan Aku ciptakan ummat yang lain yang suka berbuat salah dan dosa, tetapi mereka kemudian berdoa dan memohon ampunan kepada-Ku.
Kalimat-kalimat dari ibuku kuresapkan dalam hati. Ada satu keyakinan muncul, bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan keluar dari permasalahanku ini. Tuhan tidak pernah alpa memberikan perlindungannya kepada ummatnya. Tiba-tiba saja kurasakan dadaku yang tadinya terasa sempit menjadi lapang, sehingga tarikan nafas yang masuk ke dalam rongga dada seperti menenangkan jiwaku. Ibuku memang obat bagiku, tidak percuma aku mengambil keputusan cepat untuk balik ke Bontang.
Berbeda dengan ayahku. Sangat teknikal, banyak bekerja tidak banyak komentar. Bentuk perhatian kepada anak-anaknya tidak dalam bentuk kalimat, lebih banyak pada tindakan. Kadang sulit diduga jalan pikirannya. Pernah suatu ketika tiba-tiba saja ayah mengajak kami ke Jakarta pada hari jum’at, dan menyuruh kami bolos sekolah selama dua hari. Aku dan adik-adikku sama sekali ga tau maksudnya, tapi kami senang saja karena bisa bolos bersama. Kakakku yang sementara kuliah di Bandung disuruh datang juga untuk ketemu di Jakarta. Ternyata keesokan harinya kami diajak ke Hollywood KC cuma buat nonton petualangan sherina. Hahaha… kakakku kesal, karena sama sekali ga tertarik sama film jenis seperti itu. Dia sudah mengorbankan hari Sabtunya yang sangat berharga.
Jadi malam itu ketika bertemu, ayah cuma tanya, kapan pindah kerja ke Kalimantan? Itu saja. Dari awal ayah memang kurang setuju aku kerja jadi guru, ga prospektif katanya. Aku jawab saja belum ada rencana. Kemudian ayahku minta dikirimi berkas-berkasku untuk didaftarkan pada sebuah perusahaan di Balikpapan.
Aku menunggu balasan sms dari Nicky, namun sampai malam tak ada kabar berita darinya. Jengkel juga rasanya. Terlebih lagi karena sebenarnya aku merindukannya. Mungkin karena jarak yang jauh Bontang – Parung, membuatku seperti tersiksa dalam kerinduan sehingga sulit untuk bisa tidur, (long distance is killing me – kata Aura Kasih). Pernyataannya di BSM membuatku bertanya-tanya. Apakah dia tahu bahwa Atin bukan pacarku? Trus dia bilang tahu sesuatu tentangku. Apa ya? Apakah dia sudah tahu kalau aku gay? He said also that he’s still confuse. Sama denganku, I’m confuse about his statements. Tapi kalau ingat ciuman sekilasnya di bibirku, kerinduanku muncul kembali.
Lewat lima belas menit dari jam 12 malam, tiba-tiba ponselku berdering. Aku berharap itu dari Nicky, tapi setelah kulihat di layar hp, yang muncul ternyata bukan namanya, sebuah nomor yang tidak kukenal.
“Halo.”
“Halo, dengan Kang Andi ya, ini Ganef?” terdengar suara diseberang sana yang kemudian aku ingat itu suaranya Ganef.
“Iya, sudah sampe di Bontang ya?” aku balik bertanya. Semangatku bangkit mendengar suaranya di balik telepon.
“Ya, baru saja nyampe, tapi saya bingung karena kemalaman, maaf saya ganggu akang malam2 begini.” Jawabnya.