It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
uda kebuka gitu koq...
gw aja musti berjuang buat buka jeansnya dia baru bisa melalap dg puas
duh, jadi ingat my first experience with my beloved one
Lo kan bisa gitu karena udah sepakat sama-sama suka, ya kan. Nah kalau gw
dia juga cuma teman gw tp tau ke gay an gw scara kita sblum'a emg pernah brhubungan lbh dr skdar tmn, kbtulan dia nginap d rmh, tdr satu ranjang, ukuran single lagi, stlh gw kasih sinyal, dia juga merespon dg baek ya uda gw sambet aja, cuma agak ribet waktu gw buka jeansnya, mana dia pake ikat pinggang lagi.
'bout kelanjutan cerita lo, gw tebak dikit, pasti akhirnya lo isep punya dia kan?
karena dia juga sepertinya lelap banget lo slesein tugas lo, walo begitu kalian sama2 ga pernah omongin masalah itu....
bener gak sih?
sory kalo gw uda sok tau banget
Namun saat itu kurasakan juga desakan dari kantung kemihku yang tadi sempat kuabaikan. Terasa sakit di ujung penis, apalagi punyaku juga “on” gara2 pemandangan gratis tadi. Bisa dibayangkan gimana sakitnya. Jadi kubatalkan maksudku untuk menyentuh benda pusaka Nicky itu. Kulangkahkan kakiku ke kamar mandi dan buang hajat kecil. Lega rasanya setelah itu selesai.
Aku kembali dari kamar mandi dan kulihat posisi tidur Nicky masih tetap sama.
Kupandangi lagi wajah Nicky. Begitu tampan dan sempurna wajah itu, sebenarnya Nicky memiliki tipikal wajah Aceh yang serba tegas cenderung keras. Tapi karena kulitnya putih dan bibirnya kemerahan, kesan itu tersamarkan menjadi baby face. Terlihat damai dalam tidurnya. Sangat kontras dengan pemandangan dibawah yang menunjukkan keperkasaan seorang laki-laki.
Melihat Nicky secara keseluruhan dengan pergelangan kaki kiri yang membengkak membuatku hatiku luluh. Rasa sayang dan cinta kembali memenuhi relung-relung kalbuku dan terasa seperti meluap-luap. Niatku tadi yang hendak menyentuh penisnya berubah menjadi sebuah keinginan untuk memeluk tubuhnya yang sedang tergolek di ranjang itu. Ingin rasanya pelukanku itu mengalirkan rasa sayang dan cinta yang ada di hatiku ke tubuhnya, sehingga bisa menjadi energi baginya untuk merecovery luka di kakinya.
Sehingga kubatalkan niat kotor tadi, meskipun hanya sekedar menyentuh. Kucoba untuk membetulkan posisi sarungnya, namun terasa sulit sebab sebagian besar kain sarungnya tertindis oleh tubuh dan kakinya sendiri. Akhirnya kuambil selimut cadangan di lemari, kuselimuti dia perlahan-lahan agar tidak terbangun. Tersenyum aku melihatnya, karena selimut itu tampak seperti tenda dengan satu tiang.
Setelah itu aku sulit untuk tidur lagi. Aku duduk di ranjangku dengan kepala bertopang pada tangan yang diletakkan pada kedua lututku, memandang Nicky yang sedang tertidur. Merenungi hati, berfikir tentang rasa cinta yang tumbuh terus setiap detik, dan bertanya-tanya tentang jalan hidupku yang akhirnya sampai pada situasi seperti ini. Terasa galau, bimbang, sedih, campur aduk. Nafasku menjadi tidak teratur, seperti ada isak diantaranya.
Kepada siapa aku harus mencurahkan segala apa yang ada di hatiku ini?
Akhirnya kuambil dan kubuka laptop toshiba-ku. Aku mulai mengetik :
Oh Tuhanku, Yang Mengetahui segala rahasia.
Tentunya Engkau pun tahu persis rahasia yang ada di dalam hatiku saat ini.
Kau tahu betapa galaunya hatiku ini.
Aku tahu bahwa ini tidak benar.
Tapi sejuta pertanyaan menumpuk di hatiku ingin kutanyakan kepada-Mu.
Kau yang telah menciptakan aku.
Kau juga yang telah melahirkan aku ke dunia ini.
Dan aku yakin bahwa Kau juga yang telah menciptakan segala “rasa” yang tumbuh di dalam hatiku.
Bukan aku menyalahkan-Mu ya Tuhanku,
Tapi aku justru ingin bertanya kepada-Mu, kenapa Kau ciptakan ”perasaan” seperti ini?
Padahal aku ini seorang laki-laki.
Padahal aku bersyukur telah diciptakan sebagai seorang laki-laki.
Aku tidak merasa pernah menumbuhkan "perasaan" seperti ini.
Dan akupun tidak pernah meminta kepada-Mu untuk memiliki "perasaan" seperti ini.
Dan saat ini dihadapanku Engkaupun tahu ada makhluk indah yang telah Engkau ciptakan.
Salahkah aku kalau aku menyayanginya?
Salahkah aku kalau aku mencintainya?
Padahal Engkau juga yang menghadirkan rasa sayang dan cinta itu ke dalam hatiku.
Jadi aku harus bagaimana................
Tulisan itu aku copy paste dari file2 lamaku.
Aku tidak bisa melanjutkan tulisan curahan hati pada saat itu, sebab air mataku merebak menutupi pandangan mataku. Kurasakan dadaku sesak. Kusimpan tulisanku dan aku pun tertidur dengan memeluk laptop toshiba-ku.
Gmana? Betul kahn?
Kok, jadi tebak-tebakan?
Kayak kuis aja
landjoet dah...
bisa jadi tuh
tapi, kejadian kek gitu emang sering terjadi sih
mksud gw tidur pake sarung tanpa cd, hasilnya ya kek si nicky itu
anyway, sedikit promosi, gw juga dari aceh lho...
ya, walo ga ada tampang acehnya
Tentunya Engkau pun tahu persis rahasia yang ada di dalam hatiku saat ini.
Kau tahu betapa galaunya hatiku ini.
Aku tahu bahwa ini tidak benar.
Tapi sejuta pertanyaan menumpuk di hatiku ingin kutanyakan kepada-Mu.
Kau yang telah menciptakan aku.
Kau juga yang telah melahirkan aku ke dunia ini.
Dan aku yakin bahwa Kau juga yang telah menciptakan segala “rasa” yang tumbuh di dalam hatiku.
Bukan aku menyalahkan-Mu ya Tuhanku,
Tapi aku justru ingin bertanya kepada-Mu, kenapa Kau ciptakan ”perasaan” seperti ini?
Padahal aku ini seorang laki-laki.
Padahal aku bersyukur telah diciptakan sebagai seorang laki-laki.
Aku tidak merasa pernah menumbuhkan "perasaan" seperti ini.
Dan akupun tidak pernah meminta kepada-Mu untuk memiliki "perasaan" seperti ini.
Dan saat ini dihadapanku Engkaupun tahu ada makhluk indah yang telah Engkau ciptakan.
Salahkah aku kalau aku menyayanginya?
Salahkah aku kalau aku mencintainya?
Padahal Engkau juga yang menghadirkan rasa sayang dan cinta itu ke dalam hatiku.
Jadi aku harus bagaimana................
Rengkuhan isi hati di atas sangat dalem artinya, sesuai dengan isi hatiku saat ini, aku kadang juga capek berpikir kenapa ya, aku seperti ini? Bingung, tapi Tuhan menimbulkan suatu rasa pada diri makhluk-Nya, pasti ada suatu rahasia tertentu, Rahasia itulah yang sampai saat ini belum pernah aku tahu. Semoga Tuhan YME tetap memberi yg terbaik buat umat-Nya. Amien.
“Di!.... bangun dong, Di!” panggilan itu lebih keras dari tadi, membuatku terbangun dari tidurku. Kulihat weker di meja, hmmm... masih jam empat pagi. Ada apa sih?
Aku menoleh ke arah Nicky. Dia sedang duduk sambil menatapku.
“Apa, Nick?” tanyaku sambil memicingkan mata, karena kesadaranku belum seratus persen pulih.
“Aku ga tahan pengen pipis, Di. Botolnya jatuh ke bawah kolong, ga sengaja kujatuhkan...” katanya dengan tatapan menyesal.
“Ooh....” Tanpa banyak komentar, karena masih sangat mengantuk, kuambil botol itu dari bawah kolong dan kuserahkan padanya. Sebelum tidur memang sudah kusediakan botol aqua bekas yang diletakkan disamping segayung air dan handuk kecil, untuk antisipasi kalau dia mau kencing.
Kubaringkan tubuhku kembali di kasur untuk melanjutkan tidurku yang terganggu tadi. Sebenarnya tanggung sih, karena sebentar lagi masuk waktu subuh. Tapi karena semalam baru bisa tidur lagi lewat jam tiga-an, kupikir biarlah solat subuhku sedikit terlambat, yang penting terbayar kebutuhan tidurku.
Tapi niat tidurku kembali teralihkan karena suara urine yang masuk ke dalam botol aqua sangat jelas terdengar di telingaku. Kubalikkan tubuhku menghadap ke arah ranjang Nicky. Dia duduk dengan kaki kanan menjuntai ke lantai, kaki kirinya tetap berada di atas bantal yang ditumpuk dan dengan tenangnya dia memejamkan mata sambil melepaskan hasratnya untuk kencing. Kulihat jelas bagaimana urine itu memancar keluar dari batangnya yang tidak lagi ditutup sarung dan selimut.
“Berisik amat.” Kataku. Dia membuka matanya, tersenyum.
“Sorry, aku dah ganggu tidur kamu. Habis ga tahan sih.” Katanya sambil menaruh botol di bawah dan meraih handuk kecil untuk membersihkan bekas urine-nya.
Aku bangkit dari tidurku, siap-siap ke kamar mandi. Gila bener! Pikirku, Aku harus mandi, sekalian coli. Siapa sih yang bisa kuat menahan hasrat, kalau harus selalu melihat pemandangan seperti itu sehari penuh sejak kemarin. Kok, sekarang dia malah seperti show off didepanku. Dulu kupikir, aku bisa terpuaskan dengan berada dekat dengannya, belum berani berharap bisa melihat tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun – mengingat sifatnya yang cenderung tertutup. Tetapi ternyata walaupun aku mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang diharapkan, terbukti bahwa nafsu memang ga pernah bisa terpuaskan. Selalu menuntut lebih dan lebih.
Selesai mandi, sementara berpakaian, Nicky berkomentar :”Tumben nih mandi subuh, biasanya jam dua belas baru mandi.”
Dengan santai aku jawab :”Aku barusan mandi junub, habis mimpi basah semalam.”
“Doooh...., pasti mimpiin cewekmu itu ya?” tanyanya sambil nyengir. Kujawab pertanyaan itu dengan senyum suwir.
“Eh, ngomong2, thanks banget udah pasangin aku selimut semalam. Jadi nyenyak tidurku.” Katanya.
Kubilang saja terus terang :”Habis rudalmu itu kemana-mana. Daripada nantinya terbang tak terkendali kukurung saja pake selimut. Dan kayaknya sudah siap nembak aja.” Tangan kananku kutekukkan ke arah atas sambil tangan kiriku memegang sikunya, maksudnya memperagakan batangnya yang lagi on.
“O, begitukah?” katanya dengan logat melayu. “Kok, aku sampai ga nyadar?” Pertanyaan yang ga harus kujawab.
“Udah ah, aku mo ke musholla dulu.” Kataku sambil menyambar sajadah di senderan kursi.. Kubuka pintu kamar dan kurasakan angin dingin subuh menerpa wajahku.
“Jangan lama2, ya! Aku juga pengen kamu bantu aku wudu!” Teriak Nicky dari dalam setelah aku menutup pintu kamarnya.
“Tayamum aja!!” balasku berteriak juga, sambil terus berjalan menyusuri sepinya koridor asrama. Aku mulai berpikir untuk jangan terlalu sering bersama Nicky kalau mau aman. Aku harus puas bahwa diantara aku dan Nicky sudah terjalin satu hubungan akrab. Dan dengan accident yang dia alami, mau ga mau dia berada dalam posisi membutuhkanku.
Mungkin didikan keras dari ibuku dalam masalah agama yang membuatku tidak memiliki keberanian untuk berbuat lebih. Awalnya memang selalu seperti ada yang menahan anggota tubuhku. Tapi aku juga ga yakin sepenuhnya bahwa tembok pertahanan itu akan terus kuat. Pasti suatu saat akan runtuh juga satu demi satu. Ya itulah realita yang harus dihadapi oleh orang-orang seperti kita. Hati kecil kita selalu berkata, “Ini tidak benar, ini tidak benar!” Tapi belahan hati yang lain akan berkata,”Lho, ini bukan salahmu. Toh, Tuhan juga yang membuatmu seperti ini. Lakukan saja sesuai keinginanmu.” Akhirnya memang ketebalan kualitas iman kitalah yang menentukan langkah yang diambil selanjutnya.
Dan kurasakan bahwa memang kualitas iman yang kumiliki adalah sangat rapuh. Meskipun aku selalu berusaha untuk tidak pernah meninggalkan kewajiban dalam beribadah, tetapi kalau kuhitung, terlalu banyak larangan-larangan yang aku langgar, kayaknya kalau ditimbang malah lebih banyak pelanggarannya dari pada ketaatannya.
Meskipun “Superlove” sang admin membuka thread khusus pesan tetap tentang pendapat-pendapat para ahli tentang “bahwa gay itu adalah sebuah hal normal” – pendapat yang cukup menghiburku, tapi hati kecil mah tetep aja berpendapat sebaliknya. Ga tau apakah itu hanya suara dari hati kecilku saja, atau begitu jugakah hati kecil para Bfers yang lain?
Yah, itulah kurang lebih perenunganku saat sholat subuh waktu itu. Aku kembali ke kamar, dan kudapati Nicky masih duduk dengan posisi seperti tadi sambil menonton TV.
“Lama amat sih, Di. Aku kan mau wudu juga.” Katanya dengan nada protes, sambil mematikan TV dengan remote.
“Lho, aku bilang tadi kan, tayamum aja.” Jawabku.
“Aku ga tau caranya.” Katanya seperti malu. Heran juga aku sebenarnya sama si Nicky ini. Dia itu kan dari Aceh yang terkenal dengan sebutan Serambi Mekkah dan pelaksanaan syariat Islamnya. Tapi kok kualitas pengetahuan agamanya ga lebih bagus dariku. Padahal aku sendiri merasa ga bagus-bagus amat. Malah kulihat dia sholat kalau lagi mood aja.
Akhirnya kuajari dia bagaimana tayamum dan sholat sambil duduk. Setelah itu aku mengambil ancang-ancang mau tidur lagi. Balas dendam dari kekurangan tidurku semalam.
Melihat gelagatku yang menunjukkan mau tidur lagi, Nicky menahanku, “Jangan tidur dulu dong, Di. Lihatin aku dulu, bener ga sholatku yang sambil duduk.”
Kok, tiba-tiba kusadari ada yang aneh pada Nicky.
Apa yang akan kalian lakukan, kalau punya temen akrab yang sering seenaknya telanjang di depan mata kita? :oops: :oops: :oops:
Sambil menguap terus seperti ga mau berhenti karena menahan kantuk yang berat, aku terpaksa duduk sambil mengamati dia sholat. Begitu dia salam, langsung saja kurebahkan tubuhku dan kutarik selimutku.
“Yaaaa, kok tidur? Gimana tadi sholatku, Di. Udah bener ga?” tanyanya.
“Udah.” Jawabku sambil tidur.
“Kok tidur, sih, Di. Ajari aku main gitar dong..., mumpung masih fresh nih otakku.” Nicky setengah merajuk.
“Ngantuk banget aku, Nick. Siangan dikit lah.” Kataku tanpa merubah posisiku yang sudah nyaman banget buat tidur.
“Ya udah, ..... tega banget kau Di.” Ujarnya. Kudengar samar-samar dalam tidurku dia menyalakan TV.
“Di....., Di....., bangun dong, dah siang nih.” Nicky memanggilku berulang-ulang dengan suara basnya. Menarikku dari alam mimpi yang ga jelas, campur aduk.
Kulihat weker, jarum pendeknya ada di atasnya angka sembilan. Hampir setengah sepuluh, pikirku. Lama juga aku tidur sejak subuh tadi. Aku berdiri sambil merenggangkan tubuh, membunyikan tulang pinggang dan leher, ruas-ruas jari kaki dan tangan. Baru kemudian kusadari Nicky menatapku sejak tadi.
“Kenapa Nick, ada yang aneh.” Tanyaku heran.
“Dibangunkan dari tadi, ga bangun-bangun. Kamu tuh enak ya, bisa kemana-mana, bisa mandi pagi, bisa tidur nyenyak, bangun tidur bisa langsung berdiri. Aku suntuk dari tadi, kebanyakan tidur jadi ga bisa tidur. Nonton TV ga ada yang menarik acaranya. Panas pantatku nempel terus di kasur, ga bisa berdiri. Mana lapar lagi, ga ada makanan. Mana kaki kiriku pegal lagi, posisinya begini terus.” Panjang juga keluhannya.
Sejenak aku bengong setelah keluhannya yang panjang, dan menunggu apakah masih ada yang akan dia ucapkan.
Lalu setelah itu aku tertawa ngakak, “Hahahahaha......., Nicky..., Nicky... Bukan salahku kan kalau kakimu bengkak. Itu namanya nasib. Kok, malah aku yang disalahkan?” Godaku
“Iya sih, aku juga tahu, itu bukan salah kamu. Tapi plis dong temanin aku biar ga bosen.” Pintanya.
Aku jadi ngerti kenapa Nicky aneh sejak tadi. Orang kinestetis seperti dia, yang biasa setelah bangun pagi selalu bergerak kesana-kemari, mengajarkan olah raga pada anak-anak, sekarang harus dipaku di atas tempat tidur karena keadaannya. Penyiksaan yang sangat berat baginya.
“Oke, bos. Aku siap. So, what do you want now?” tanyaku, masih sambil menyeringai.
“I’m starving, I want to take a bath too and hope you to teach me playing guitar, plis.” Katanya.
“Yang bener aja, bos. satu-satu dong, mana bisa makan sambil mandi, main gitar pula. Memangnya aku robot?” kataku dengan lagak tak berdaya."Tapi kalau bos maunya begitu, bisa aja. Trus bos mau bayar aku berapa dengan tugas yang banyak itu?" Lalu dengan lagak seorang pebisnis, kuhitung berbagai pekerjaan yang harus kulakukan untuknya. Dikalikan sekian ratus ribu rupiah, jadinya sekian juta rupiah. "Hmmmm, gimana sanggup engga bos bayar aku segitu?"
Tertawa berderai kita berdua. Ah, rupanya Tuhan berbaik hati kepadaku. Kecelakaan yang dia alami menjadi penyebab keakraban diantara kita. Sekat-sekat yang dulu masih ada dalam bentuk kecanggungan dan kesungkanan yang diekspresikan dalam gaya komunikasi formal akhirnya menjadi runtuh. Dengan menggunakan tangan kiri dilemparnya aku dengan bantal yang ada di dekatnya.
Kutangkap bantal itu, kuletakkan ditempat tidurku. Lalu aku duduk didekatnya sambil meraih tangan kanannya, memeriksa lukanya. Kupijat-pijat jari-jari tangannya, dan kutanya bagian mana lagi yang pegal. Dengan senang disebutnya satu persatu bagian-bagian yang pegal. Dan dengan senang hati pula kulanjutkan acara pijat-pijatan itu.
Akhirnya benar-benar beberapa hari itu aku bisa melampiaskan rasa sayang dan cintaku dengan mengurus dia tanpa rasa canggung lagi. Dan sepertinya dia sudah mulai terbiasa dengan pelayananku, terbiasa dengan bertelanjang bulat dihadapanku. Kubersihkan badannya setiap sore hari. Kuurut-urut kakinya sesuai petunjuk dari Mang Suta, kuolesi dengan minyak tawon, kucucikan pakaian kotornya dan kusediakan makan dan minumnya. Bahkan sempat juga aku satu kali melayaninya B.A.B dengan pispot. (Tentu saja sambil kugunakan masker untuk menutup hidungku, karena tetap saja betapapun besarnya rasa sayang dan cintaku padanya yang namanya feses dimana-mana pasti baunya busuk).
Aku mensyukurinya sebab sejauh ini aku masih bisa mengendalikan diriku untuk tidak melakukan tindakan-tindakan pelampiasan nafsuku dihadapannya. Coli sambil mandi adalah jalan keluar terbaik saat itu.
Untuk mengisi waktu luang yang cukup panjang, kuajarkan Nicky teori bagaimana memainkan gitar. Sesekali dia mencobanya dengan menggunakan tangan kirinya. Tetapi lebih sering sih aku yang diminta memainkan berbagai judul lagu. Kujadikan peluang itu untuk menyanyikan lagu-lagu romantis yang menggambarkan bagaimana sebenarnya suasana hatiku.
Hari ke-5 baru dia bisa berdiri dan mulai belajar berjalan secara perlahan-lahan dengan bantuan tongkat yang sengaja kuminta Mang Suta untuk membuatkannya.
Hari ke-5, petang hari menjelang magrib dia mencoba ke kamar mandi sendiri tanpa bantuanku. Tiba-tiba dia memanggilku dari dalam kamar mandi : “Di, tolong aku dong…” katanya agak keras.
Aku yang sementara berbaring sambil mengetik di laptop segera saja berdiri, khawatir terjadi apa-apa dengannya. Kubuka pintu kamar mandinya yang tidak terkunci dan kulihat tubuh indah yang berdiri di depanku, full naked dengan tongkat kruk dikepit oleh tangan kirinya, karena kakinya belum bisa terlalu diandalkan. Sarung dan kausnya berserakan di lantai kamar mandi. Sementara itu tangan kanannya yang belum sembuh benar berpegang erat pada pinggiran bak. Pertama kalinya aku melihat dia telanjang dalam keadaan berdiri. Terlihat lebih indah dan gagah, seperti sebuah patung yang berkilau.
“Ada apa?” tanyaku, tak kuasa menahan degup jantungku yang begitu kencang dan mataku yang tidak mau kompromi menatap tubuhnya yang indah itu.
“Kayaknya aku masih belum bisa mandi sendiri nih, kakiku belum kuat berdiri terlalu lama, masih ngilu sekali kalau kuinjakkan ke lantai, jadi tanganku gak bisa pegang gayung. Help me pliiiis…..,” katanya memohon.
“Ngga’ salah nih?” batinku, kok aku seperti mendengar nada manja dari suaranya.
“Jadi maunya kamu gimana nih? Balik lagi ke tempat tidur?” Tanyaku.
“Ga lah, udah terlanjur disini, kok. Kamu mandiin aja aku disini.” Jelasnya.
“Oke” kataku agak gemetar. Segera saja kubuka bajuku supaya tidak basah. Aku masuk hanya dengan celana gombrang selutut. Kusingkirkan kain sarung dan baju kausnya yang berserakan di lantai.
Aku berdiri di belakangnya. Tubuhnya lebih tinggi beberapa senti dariku. Aku mulai menyiram tubuhnya, kemudian menyabuninya mulai dari belakang. Kusabuni punggungnya yang licin, pinggangnya yang ramping kemudian pinggul dan buah pantatnya yang seksi, terakhir paha dan kaki. Ketika menyabuni daerah antara pantat dan paha kadang-kadang tanganku nakal juga menyentuh lubang silit dan buah zakarnya yang menggantung. Tidak ada rasa canggung sedikitpun aku melakukan itu, karena sudah terbiasa selama beberapa hari sebelumnya membersihkan seluruh tubuhnya – kecuali bagian penisnya yang selalu kuserahkan padanya untuk membersihkannya. Sudah hafal aku dengan lekuk tubuhnya, jadi kupikir menyentuh bagian-bagian sensitif tidak akan jadi masalah baginya.
Setelah itu kubilas bagian belakangnya dengan air bersih.
Pindah ke bagian depan, aku terperanjat melihat batangnya yang tegang kira2 16 cm panjangnya, lebih besar dari punyaku. Begitu indah menantang. Aku lihat wajahnya, lalu aku berkata :” Kok bangun Nick?” tanyaku sambil nyengir.
udah biasa kok,,, :oops: