It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Raja Janaka meminta kedatangan sang suci Wiswamitra
Dan kedua pangeran Ayodya itu
Sang Raja menyambut mereka sesuai dengan ajaran kitab suci
Dan ia pun berkata,
“Aku ingin bercerita tentang busur agung
Zaman dahulu ada raja bernama Dewabrata
Para dewa menyerahkan busur ini kepadanya
Suatu hari, ayah mertua Siwa, Daksa
Mengadakan persembahan agung jayna
Siwa mengambil busur ini untuk menggagalkan persembahan tadi
Dan memperingatkan para dewa
‘Kalian lupa menyisihkan persembahan untuk diriku!
Ingatlah, hai para dewa
Akan kupotong kaki kalian dengan busur ini!’
Para dewa ketakutan dan memohon Siwa untuk mengampuni mereka
Akhirnya amarah Siwa padam
Ia mengembalikan busur tadi
Dan para dewata memberikannya kepada kakek moyangku
Sang Raja Dewabrata
Suatu hari, aku sedang membajak ladang persembahanku
Betapa terkejutnya aku saat bajakku membalik tanah
Muncullah seorang bayi mungil
Dia kuambil anak dan kuberi nama Sita
Yang artinya jalur bajakan
Jadi, putriku bukan dilahirkan dari kandungan manusia
Aku bersumpah bahwa hanya manusia luar biasa saja
Yang kelak berhak menjadi suaminya
Aku tak mau memberikannya pada sembarang pangeran
Banyak raja datang kemari untuk melamarnya
Aku tunjukkan busur ini
Jangankan membuatnya melengkung atau memasang talinya
Mengangkatnya pun tak ada yang mampu.”
Maharesi Wiswamitra berkata
“Letakkan busur itu di depan Rama!”
Janaka memerintahkan mengambil busur itu
Lima ratus orang penyeret kereta bertubuh tinggi besar
Diperlukan untuk menarik kereta beroda delapan
Tempat busur itu terletak
Dengan tangan tertangkup sembah
Janaka berkata kepada Wiswamitra dan kedua pangeran itu
“Inilah busur agung yang disimpan oleh raja-raja dinasti kami
Walaupun tak ada di antara mereka yang sanggup membuatnya melengkung
Para dewa, raksasa, gandarwa, yaksa dan naga pun tak sanggup mengangkatnya
Mampukah seorang makhluk biasa mengangkat dan memasang tali busurnya?
Inilah busur itu, Maharesi
Biar diperiksa oleh kedua pangeran.”
Wiswamitra berpaling pada Pangeran Ragawa, Rama dan berkata
“Rama anakku, apa pendapatmu?”
Rama membuka kotak busur itu
Dan memperhatikan busur itu sesaat
“Ini memang busur suci yang dibuat dengan sangat sempurna
Biarlah kuraba dan biarlah kucoba mengangkat dan melengkungkannya
Dengan izin Wiswamitra mudah saja Rama mengangkat
Dan memasang talinya di depan ribuan penonton
Ia kemudian menarik tali busur hingga busur melengkung
Dan terus melengkung hingga mengeluarkan suata bagaikan gunung meletus
Getaran suara itu begitu hebat
Sehingga semua orang
Kecual Wiswamitra, Raja Janaka dan kedua pangeran Ayodya
Roboh ke tanah
Waktu yang paling tepat untuk pernikahan
Rama dan saudara-saudaranya sudah siap berpakaian pengantin
Resi Wasista berkata kepada Janaka, raja para wideha
“Tuanku, Raja Dasarata dan para putranya menunggu Paduka
Untuk melepaskan putri Paduka
Karena itulah sesuai adat kita
Pemberian hanya sah bila pemberi dan penerima sama-sama senang
Inilah darma Paduka
Tuanku, mari kita mulai perkawinan ini.”
Dengan berseri, Raja Janaka berkata kepada Raja Dasarata
“Siapa yang menjaga pintu gerbangku?
Siapa yang Paduka mintai izin u ntuk masuk ke kerajaanku?
Karena kerajaanku ini adalah milik Paduka kini
Mengapa ragu melangkahkan kaki ke rumah sendiri?
Putri-putriku menunggu dekat api pemujaan bagaikan geletar api itu sendiri
Biarlah upacara dimulai
Aku ingin semuanya segera berlangsung
Jangan ada lagi penundaan!”
Raja Janaka berpaling pada Wasista
“Aku mohon padamu, o mahasuci
Untuk meresmikan pernikahan Rama
Yang juga adalah Lokarama, suka cita dunia.”
Dengan dipimpin oleh Wiswamitra dan Satananda
Pertapa Wasista mempersiapkan altar di tengah anjungan
Altar itu berhiaskan kayu dan bunga cendana
Piringan emas, guci berwarna-warni, tetumbuhan
Mangkok dupa, kerang, gayung sruk besar, gayung sruwa kecil
Mangkok berisi argya dan guci-guci berisi padi
Yang digoreng dengan bubuk kunyit
Wasista menyebar rumput darba di altar
Dan ia mulai membacakan berbagai mantra suci
Setelah melakukan persembahan kepada Agni
Ia mendampingi Sita yang gemerlap oleh berbagai permata
Menuju api suci serta mendudukannya di hadapan Rama
Raja Janaka berkata kepada Rama
“Ini putriku, Sita
Yang kini menjadi pasanganmu dalam melakukan darma
Peganglah tangannya, terimalah dia
Semoga kalian berdua hidup bahagia
Ia seorang yang berkeberuntungan baik
Ia akan berbakti kepadamu dan setia bagaikan bayanganmu.”
Diiringi pembacaan mantra
Raja Janaka menuangkan air dari telapak tangannya ke telapak tangan Rama
Dan langint pun tiba-tiba menurunkan hujan bunga
Diiringi suara genderang suci
Sementara para dewa dan orang suci di langit berseru
“Sadhu! Sadhu! Bagus sekali! Bagus sekali!”
Selesai mengiringkan Sita
Raja Janaka berkata kepada Laksamana
“Kemarilah Laksamana, semoga kau pun bahagia!
Aku memberikan Urmila kepadamu
Terimalah, ini adalah saat yang tepat
Jangan ditunda lagi.”
Kemudian Raja Janaka berkata kepada Barata
“Keturunan Ragu, terimalah tangan Mandawi
Putri ini menjadi milikmu.”
Dan kepada Satrugna, Raja Janaka berkata
“Pangeran dengan lengan perkasa
Terimalah Srutakirti menjadi istrimu.”
Kepada keempat pangeran tadi
Raja Janaka berkata
“Wahai para pahlawan yang lembut namun perkasa
Para putri ini menjadi istri kalian kini
Demikianlah upacara pernikahan in resmi sudah!”
Keempat pangeran itu bergandengan tangan
Dengan istri mereka masing-masing
Mengelilingi api suci, para raja dan para resi
Sesuai dengan adat yang berlaku
Mereka menikah sudah
Begitu berita yang dibawakan genderang
Dan musik serta nyanyian terdengar meriah
Sementara dari langit turun hujan kembang
Apsara menari, gandarwa menyanyi
Keajaiban tidak berperi
Saat musik dimainkan
Para pangeran Ragawa tiga kali mengelilingi api
Lalu mendampingi istri mereka ke tenda
Raja Janaka, sanak keluarga dan para resi
Menunggu mereka hingga tak tampak
Dan mereka pun pergi beristirahat
Betapa cintanya Rama dan Sita
Rama begitu bersyukur pada ayahnya
Yang telah memilihkan mempelainya
Yang begitu cantik
Yang begitu bersusila
Sita pun sangat mencintai Rama
Yang begitu tampan
Yang begitu sempurna
Di hati Sita, Ramalah yang dipertuan
Sita, putri Mitila, putri Raja Janaka
Gemulai bagaikan dewi
Cantik bagaikan Sri
Dengan keayuan sang betari Laksmi
Ia dapat membaca apa yang dipikirkan Rama
Sejelas membaca pikirannya sendiri
Rama sangat mencintainya
Sita sangat mencintai Rama
Putra raja bijaksana Dasarata
Rama sangat bahagia
Sukacitanya bersinar memancar
Bagaikan Wisnu selalu tampak cemerlang
Saat ia didampingi istri sang Dewi Sri
(akhir buku kesatu, BALA KANDA)
(bersambung lagi di buku kedua kalo lagi mood ...)