It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ku tatap seperempat bagian cake coklat diatas piring kecil yang sedang kupegang ditangan kiriku. Garpu ditangan kananku kuarahkan keatasnya, kemudian kuiris kecil cake itu. Kuhantarkan irisan kecil itu masuk kedalam mulutku. Pantas saja cake ini dinamakan ‘Chocolate Devil’ tidak peduli semasam apapun hari yang dilalui si penikmatnya, rasa manis coklat didalam cake ini mampu membuat semuanya terasa manis kembali.
“Yan?” panggil sebuah suara menyadarkanku dari hipnotis ‘Chocolate Devil’.
Kualihkan pandanganku kearah suara yang memanggilku. Disana berdiri seorang pria berpostur tinggi, bertelanjang dada hanya mengenakan handuk putih melingkar dipinggangnya.
“Isn’t that too much?” tanyanya sembari telunjuknya menunjuk kepada piring cake besar yang sudah hampir kosong diatas meja diruang santai.
Kuhanya mengangkat bahu. “The devil makes me,” kilahku tanpa rasa bersalah.
Keluar tawa renyah dari bibir merahnya, “Oh, how I wish the devil told you to crave me.”
“Yeah, YOU WISH,” kutekankan sarcasm ditiap kata-kataku.
“Ouch that’s hurt,” tangan kanannya memegang dadanya dan berpura-pura kesakitan. Kuputar kedua bola mataku melihat tingkah kekanak-kanakkannya. “Princess ayo masuk ini udah hampir tengah malam,” ajaknya.
“Gak aku masih mau disini dan please stop panggil aku p…, p…, princess,” gerutuku kesal.
“Well it suit you a lot,” balasnya sembari menyeringai besar memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ugh! Kupalingkan muka kesal karena dia senyum seperti itu. “Kalau gitu aku temenin kamu,” lanjutnya.
“Pake baju dulu kalau kamu mau kesini,” timpalku cepat tanpa memandangnya. Beberapa saat kudengar langkah kakinya menjauh dan tidak lama langkahnya mendekat kearahku.
“Kamu tadi lagi ngelamunin apa sih?” tanyanya sambil menggeser sedikit kakiku supaya ada ruang yang cukup untuknya duduk.
“Huh?” hanyalah respon yang kuberikan. Kusendokkan lagi seiris kecil cake kedalam mulutku.
Dia menghela napas, lalu menghempaskan dahinya keatas bahu kiriku. “Kamu udah janjikan kalau kita sedang berdua kamu gak akan memikirkan siapapun apalagi Arman,” ucapnya pelan.
“Tapi—,”
“Gak ada tapi-tapi!” ucapnya cepat memotong pembicaraanku. “Aku tahu kalau aku tidak punya hak tapi seenggaknya aku ingin disaat aku dan kamu sedang menikmati waktu hanya berdua saja seperti ini, aku ingin kamu benar-benar seratus persen untuk aku," lanjutnya lirih.
“Leo kita ini hanya—,”
“Aku tahu,” tiba-tiba Leo berdiri dengan kasarnya. “Dammit I know," umpat Leo.
laannjjuutt...
#nyeka debu yg menempel tebal..
trus lanjutan ceritanya gmn neh? nyesel udah mampir...