It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tuh dengerin kata Daniel, night club itu gak baik. Pasti Embassy ya? Kalo CWalk itu, terus kalo d PVJ ada Mansion. Benerkan? Lu makan d D'cost di jalan sukajadi kalo ga salah, k atas lagi dari PVJ.
Oh ya, gw salut sama perasaan lu. Semngat bro. ({})
Satu lagi kalo lu update kelanjutannya mention gw ya.
Btw pati di mention deh besok2. Thank
Ah nggak kerasa sudah hampir waktunya ujian akhir. Sudah hampir satu tahun aku menuntut ilmu di kampus tercinta ku ini. Dan udah hampir 5 bulan sejak hari ulang tahun ku terakhir. Hari ulang tahun yang sangat bersejarah buat persahabatanku dengan Daniel. Banyak hal berubah dia antara kami sejak saat itu. Sekarang aku makin dekat dengan Daniel. Bahkan aku tahu hampir segalanya tentang dia, kalo dia selalu terbangun jam 3 pagi pas tidur, kalo dia suka banget sama nasi goreng, kalo dia cuma mandi sekali sehari, kalo dia alergi sama ayam pedaging, sampai kalo dia punya bekas luka di kepalanya karena waktu kecil pernah dilempar batu sama temennya gara-gara rebutan kelereng. Dan aku rasa dia pun sudah banyak tahu tentang aku, kecuali tentang satu hal.
“Si Daniel kemana sih Jo, kok gak dateng ke kampus dia?”
“Gak tau Ko, telat kali.”
“Lah kan lo yang paling sering bareng ama dia dibanding ma kita-kita.”
“Ya sering, tapi kan gw ga serumah ama dia juga jadi manatau gw pagi gini dia dimana.”
“Haha, iya ya bener juga. Gw kira lo istrinya.”
“Sialan lo ah.”
“Cewe-cewe juga pada kemana sih abis kuliah langsung kabur gitu.”
“Oh tadi mereka bilang mau nyalon bareng sebelum ujian.”
“Oh iya dasar cewe. Terus kita mau ..”
Baby You’re a firework
Come on let your color burst..
Suara ringtone HP ku berbunyi.
“Bentar ko ada telpon.” Aku mengeluarkan HP ku dari kantong celanaku.
Terlihat nama Daniel di layar HP ku. Oh ternyata Daniel yang menelponku.
“Halo Dan dimana lo?”
“Maaf mas nih temannya Daniel ya.”
“Oh iya betul ini siapa ya?”
“Ini dari rumah sakit Boromeus mas, mau memberi tahukan kalau mas Daniel sedang dirawat disini karena kecelakaan.”
“Hah, kecelakaan gimana? Terus Danielnya sekarang kondisinya gimana?” Beribu pertanyaan tiba-tiba memenuhi pikiranku kekhawatiran yang luar biasa membuatku benar-benar takut akan apa yang baru saja aku dengar. Aku lihat juga wajah Marko yang tadinya nampak bingng berubah menjadi panik.
“Oh mas Danielnya, sekarang sedang dirawat kok mas. Ini dia mau bicara sama mas.”
“Halo..”
“Halo Dan lo kenapa”
“Gak apa kok lagi sial aja.”
“Tapi lo gak kenapa-napa kan”
“Nggak kok. Cuma.. lo bisa kesini bentar nggak Jo?”
“Iya lah gw kesana sekarang ya. Lo I kamar mana?”
“Bentar ya gw tanya dokternya dulu.” Aku bisa mendengar dengan jelas suara Daniel yang bertanya kepada dokter di sebelahnya. “Maria 4 nomor 5.”
“Ya udah bentar ya gw kesana.”
“Thank ya Jo.” Setelah mengatakan itu Daniel pun menutup telponnya. Walaupun dia bilang tidak apa, tapi dari suaranya aku tahu dia menahan rasa sakit. Hal ini membuat kekhawatiranku semakin menjadi.
“Daniel kenapa, Jo?”
“Kecelakaan, dia di Boro gw mau kesana.”
“Gw ikut donk.”
“Yok buruan.” Aku dan Marko segera berangkat ke RS Boromeus. Rumah sakit yang letaknya bersebelahan dengan bagian selatan kampusku.
……………………………………………………………..
Sekitar tiga puluh menit kemudian kami sampai di kamar Daniel. Kami memerlukan waktu yang agak lama untuk menemukan kamar Daniel. Sesampainya di dalam kamar aku sedikit lega melihat Daniel tidak menderita luka yang parah. Hanya sedikit lecet-lecet di kepala dan tangannya. Luka terparah adalah kakinya yang terkilir. Namun menurut dokter kakinya akan segera sembuh dalam 3-4 hari. Namun demikian dokternya biang Daniel harus rawat inap paling tidak selama 3 hari sambil menunggu hasil pemeriksaan lengkap keluar dan kondisinya benar-benar baik, karena Daniel sempat mengalami benturan di dadanya. Akibatnya dia belum boleh banyak bergerak. Aku dan Marko segera menenangkan Daniel sesampainya kami di sana. Dalam kondisinya yang sekarang ini walaupun dia terlihat begitu tenang namun kami tahu dia butuh semangat untuk melawan rasa sakitnya. Berselang satu jam setelah kami datang Nadia, Karin dan April pun datang. Aku tidak tahu pasti dari mana mereka tahu, tapi mungkin Marko yang memberi tahu mereka. Daniel nampak senang dengan kedatangan kami, semua itu terpancar jelas dari sinar mata dan senyum manisnya yang tidak hilang walaupun dalam kondisi seperti ini.
Daniel bercerita tentang bagaimana dia bisa mengalami kecelakaan ini kepada kami. Ternyata dia mengalami kecelakaan pagi tadi ketika akan berangkat ke kampus. Dia bertabrakan dengan sebuah motor di pertigaan di belakang kampus. Ketika itu dia tertabrak dari samping. Kakinya terkilir menurut dia karena terjepit di bawah motornya, sedangkan orang yang menabraknya terpental dan muatan barang yang ia bawa sempat mengenai bagian dada Daniel sebelum akhirnya jatuh berserakan di jalan. Sambil bercerita Daniel menunjukkan bagian dadanya yang tampak membiru karena benturan yang ia alami.
Pukul 6 sore Marko dan yang lainnya pamit pulang karena memang jam besuk sudah hampir habis. Aku biang pada mereka aku akan menunggu Daniel di RS malam ini. Lagipula Daniel bilang mungkin baru besok siang orang tuanya akan datang karena dia baru akan mengabari mereka besok pagi. Dia bilang besok lebih baik karena kebetulan besok adalah hari Sabtu, sehingga tidak mengganggu waktu kerja keluarganya.
“Dan gw keluar bentar ya mau beli makan.”
“Oh ya Jo, gw nitip boleh nggak? Soalnya makanan rumah sakit nggak enak.”
“Haha bolehlah, mau makan apa lo?”
“Mmmm, beliin nasi goreng yang di belakang aja deh Jo.”
“Pedes nggak?”
“Nggak deh ntar kalo sakit perut repot.”
“Hahaha, bener juga lo. Ya udah kakak pergi dulu ya dik, adik baik-baik di rumah.”
“Haha iya kakak.”…
“Jo”
“Apaan mau nitip yang lain lagi?” Kataku sedikit berteriak karena sekarang aku sudah berada di dekat pintu kamar.
“Thank ya Jonathan.”
“Iya sama-sama Dan”
Daniel itu memang sahabat yang luar biasa buatku. Kondisi seperti ini adalah saat yang memungkinkan buat aku membalas semua kebaikan Daniel. Selama ini bisa dibilang dia sudah banyak sekali berkorban buat aku. Mulai dari hal sederhana kaya nganterin aku pulang sampe hal besar seperti menjaga rahasia kalo aku ini gay. Yah, walaupun selama 5 bulan terakhir dia suadah sangat tau kalo aku ini gay, tapi dia memperlakukan aku seperti layaknya sahabatnya yang normal. Nggak pernah sedikitpun terlintas di mulutnya untuk bilang supaya gw sembuh atau apapun. Dia menerima aku apa adanya dan ketulusannya bisa aku liat dari sikapnya. Nah sekarang saatnya aku jagain dia ketika dia memang butuh aku.
Nggak terasa udah sampailah aku di belakang rumah sakit. Aduh ramai luar biasa memang tempat ini. Apalagi warung nasi goreng pesanan Daniel, sampai-sampai terlihat beberapa orang yang mengantri hingga ke luar. Tapi apa boleh buat, ini adalah permintaan kecil Daniel. Masa aku tidak bisa memenuhi permintaannya. Baiklah saatnya aku mengantri. Sekarang mungkin aku orang ke tujuh yang mengantri di tempat ini.
“Jo” suara dari arah dalam warung ini mengagetkan ku.
“Loh Yo ngapain disini”
“Ya makan lah masa mandi.”
“Eh iya gw tahu, maksud gw ngapain lo makan jauh-jauh ampe ke sini.
Emang warung bu Siti tutup?”
“Nggak sih, cuma lagi pengen pengen makan nasi goreng aja.”
“Haha nyidam lo ya. Ga safe sih mainnya.”
“Sialan lo. Lo sendiri ngapain? Mau makan nasgor juga?”
“Oh nggak gw nungguin temen di rumah sakit.”
“Hah temen lo masuk rumah sakit? Daniel ya?”
“Iya Daniel, tadi pagi dia kecelakaan.”
“Oh.” Mario kemudian diam. Entah kenapa respon pendek Mario sangat aneh buatku. Menurutku seharusnya dia merespon lebih panjang. Paling tidak untuk sekedar bertanya keadaan Daniel.
“Trus lo kapan pulang? Mau bareng nggak?”
“Gw nginep Yo, kesian dia nggak ada yang jagain.”
“Loh keluarganya?”
“Besok baru dateng.”
“Oh gitu.”
“Yo gw boleh minta tolong nggak?”
“Kenapa Jo?”
“Minta tolong ambilin baju ganti di kamar gw, soalnya gw pengen mandi gerah.”
“Oh ya udah mana siniin kunci kamar lo.”
“Oke deh thank ya Yo.”
“Lo di kamar mana?”
“Maria 4 nomor 5. Eh bentar Yo gw mesen dulu.”
Akhirnya giliranku memesan nasi goreng tiba juga. Karena dihabiskan dengan ngobrol bersama Mario jadi tidak terasa lama aku mengantri. Apalagi aku beruntung bisa meminta bantuannya untuk mengambikan baju ganti untukku. Setelah memesan makanan kemudain aku mengobrol sebentar dengan Mario, namun kemudain aku pamit karena aku tidak mau Daniel terlalu lama menunggu, pasti dia sudah lapar. Lagipula Mario juga sudah selesai makan. Setelah kurang lebih 10 menit berjalan akhirnya aku sampai juga di kamar Daniel. Melihat aku masuk Daniel menyambutku dengan senyuman manisnya. Senyuman yang pastinya bisa meluluhkan hati setiap wanita ataupu lelaki seperti aku ini.
“Sorry lama yang nunggunya, ngantri dulu tadi.”
“Iya lah nggak papa. Lo juga beli nasi goreng?”
“Iya sekalian aja biar ga lama.”
“Ya udah makan bareng yuk.”
“Yuk, bentar gw bukain ya.”
Aku membuang makanan yang disediakan rumah sakit dan memakai piringnya untuk menahan bungkusan nasi goreng Daniel. Kemudian aku meletakkannya di samping Daniel.
“Ni Dan, dah gw bukain.”
“Oke, thank.”
Kemudian Daniel berusaha untuk duduk, namun terlihat begitu berat untuknya. Bodohnya aku kan aku tau bahwa dada Daniel masih memar dan ada beberapa luka di tangannya. Bodoh sekali aku menyuruh dia makan dengan tangannya sendiri.
“Dan, dan udah deh jangan bangun dulu, biar gw suapin aja ya.”
“Yah nggak jadi makan bareng donk.”
“Iya nggak papa ntar lo liatin gw makan aja.”
“Sorry ya Jo, ngrepotin lo mulu.”
“Ah lo sorry mulu, kaya gw orang lain aja.”
“Ehehe, emang lo siapa?”
“Hah?” pertanyaan Daniel barusan mengagetkanku. “ Ya kan gw temen lo.”
“Bukan, lebih dari temen gw Jo.” Hah maksudnya apa. Apa mungkin Daniel menganggapku spesial buat dia. Apa mungkin.
“Pinjem tangan kanan lo Jo.” Aku kemudian mengulurkan tangan kananku ke Daniel. Kemudian dia pun mendekatkan tangan kanannya ke tangan kanan ku, sehingga sekarang tangan kami bersebelahan.
“Masa lo lupa, kan gw pernah bilang ke lo waktu gw ngasi ini.”
Yah benar, di kedua tangan kanan kami ada dua buah handband hitam dan putih yang melambangkan persahabatan kami. Memang benar aku spesial buat Daniel. Tapi spesial sebagai sahabatnya. Harusnya aku tahu itu, kenapa aku berpikir yang tidak-tidak. Daniel sekarang tersenyum ke arahku, dan aku punmembalas senyumannya.
“Ya makannya Dan, lo jangan sorry-sorry mulu lah. Kalo emang gw sahabat lo.”
“Iya deh pak Jo, sekarang mari makan.”
Kemudian aku pun menyuapi Daniel, senang rasanya bisa berbuat sesuatu untuk dia. Walaupun sederhana tapi moment seperti ini sangat berarti untukku. Setelah menyuapi Daniel baru aku makan malam. Sambil sesekali mengobrol Daniel menemaniku makan malam. Sampai akhirnya tanpa aku sadari dia ternyata sudah tertidur. Mungkin karena pengaruh obat yang diberikan dokter kepadanya. Melihat dia tidur sunggu lucu. Wajahnya seperti anak kecil yang tidur dengan tenang. Selain itu kesan tampan di wajahnya semakin berbinar saat itu. Di mataku memang Daniel luar biasa. Yah, satu hal yang belum bisa berubah Dan, sejak 5 bulan lalu. Hal itu adalah perasaanku ke kamu. Apapun yang aku coba lakukan buat buang perasaan itu malah semakin buat aku sayang sama kamu. Mungkin aku salah, tapi bukan aku tidak mencoba buat berubah. Aku ulurkan tanganku untuk menggenggam tangannya. Ingin sekali aku melampiaskan perasaanku ini walaupun hanya dengan menggenggam tangannya. Tapi tepat ketika aku akan menggenggam tangan Daniel, tiba-tiba saja sesuatu mengagetkanku.