It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Maksudku, semua pertanyaan lo terlalu mendadak buat gw. Ya gw tau sih klise, tapi emang gw butuh waktu buat berpikir.”
“Oh,....... mmm. Oke pasti lah kenapa nggak. Lo butuh waktu berapa lama?”
“Minggu depan kan gw masuk minggu ujian kurang lebih dua mingguan, mmm. Boleh nggak lo kasi gw waktu satu bulan?”
“Gak boleh.... Hehe becanda kok Jo. Pastilah bisa. Gw bakal nunggu sampe satu bulan ke depan.”
“Iya Yo thank lo mau nunggu. ........ Tapi gw punya pertanyaan buat lo.”
“Pertanyaan apa emangnya?”
“Kenapa lo bisa sampe suka ama gw?”
“Hmmm susah ya pertanyaannya........ Oke gw jelasin. Pertama yang jelas karena gw tau kita sama n lo manis banget.”
“Hah, masa sih gw manis.”
“Beneran. Oke gw lanjutin alasan kedua gw ya. Alasan kedua adalah setiap kali gw bareng lo gw bisa enjoy n jadi diri gw apa adanya.” Sebenernya kalo boleh jujur akupun merasakan hal yang sama. Setiap kali aku bersama Mario rasanya nyaman, entah kenapa dia selalu bisa membuatku tersenyum.
“Alasan terakhir, karena lo orangnya polos banget. Entah kenapa kepolosan lo itu buat gw pengen selalu di samping lo n ngelindungin lo. Tahu nggak tempo hari waktu lo mabuk gara-gara ke night club ama gw, gw ngerasa bersalah banget ama lo.”
Memang benar sejak malam aku mabuk hingga seminggu berikutnya. Mario selalu minta maaf padaku setiap pagi. Padahal aku sudah bilang padanya bahwa semua itu bukan salahnya. Tapi tetap saja dia terus meminta maaf. Tidak hanya itu sejak saat itu dia sering sekali mengantarkanku jika aku keluar kosan entah untuk membeli sesuatu ataupun untuk sekedar makan. Dari saat itulah kebiasaan Mario mentraktirku dimulai. Beberapa kali kami keluar bersama untuk makan dia mentraktirku. Biasanya alasannya adalah karena dia sedang banyak pelanggan. Memang aneh mendengar alasan Mario, tapi ya itulah pekerjaannya dan aku bisa menerimanya. Walaupun sebagai teman aku selalu berharap dia berhenti dari pekerjaannya.
“Jo, kok lo malah ngelamun sih.”
“Eh sorry tadi gw kepikiran beberapa hal lalu aja.”
“Apaan?”
“Ada lah rahasia hehe.”
“Yodah deh. Gw Cuma mau bilang ke lo Jo, walopun gw pengen banget lo nerima gw. Tapi apapun keputusan lo satu bulan lagi gw pengen itu dari hati lo.”
Aku hanya bisa tersenyum manis mendengar kata-kata Mario yang sangat tulus dari hatinya. Entah bagaimana tapi saat ini aku bisa merasakan ketulusan hati Mario. Semuanya itu terpancar jelas di matanya ketika ia mengungkapkan perasaannya kepadaku hari ini.
..............................................................................
April : “Ah akhirnya berakhir juga ujian kita, seneng deh bisa main-main gini. Bebaaaas”
April terlihat sangat bahagia mengungkapkan perasaannya barusan. Memang setelah hampir dua minggu kami menempuh masa ujian yang penuh dengan tekanan, sekarang akhirnya kami bisa melepaskan kepenatan. Sesuai dengan kebiasaan kami, hari ini kami pergi ke salah satu mall di kota Kembang ini yang terletak di Jalan Merdeka. Banyak hal yang kami lakukan bersama hari ini, aku, April, Marko, Nadia, Karin dan Daniel pastinya. Mulai dari berbelanja, menonton film, makan bersama dan aktivitas yang sedang kami lakukan saat ini adalah mampir ke timezone. Tempat ini menjadi tempat kunjungan wajib kami setiap kali kami pergi ke mall ini.
Gw : “Iya bener banget Pril, seneng banget gw.”
Karin : “Ah kalo lo mah ujian juga nyantai ngerjainnya.”
Gw : “Ya nggak juga kali. Tetep aja yang namanya ujian tuh bikin cape belajarnya.”
Daniel : “Iya bener banget paling cape tuh pas belajarnya. Kalo pas ngerjainnya tinggal pasrah aja. Hahaha”
April : “Liat deh si Marko dance nya lucu banget. Hahaha”
Kami pun tertawa serentak melihat bagaimana kakunya gerak tubuh Marko ketika bermain “dance” bersama Nadia. Hal itu sangat kontras dengan Nadia yang selalu kami juluki “Ratu dance” karena dia bisa menyelesaikan setiap game tempo lagu cepat dengan skor yang tinggi. Gerakannya pun sangat luwes dan energik.
Daniel : “ Ada yang mau beli kentang McD nggak?”
April : “ Mau donk aku Dan.”
Karin : “Gw juga mau Dan, tapi pengennya dibeliin. Males jalan ke bawah trus abis ini mau maen dance. Hehehe.”
Daniel : “Ya udah gw yang beli bareng Jo deh. Ok Jo?”
Gw : “Hah, Ooo boleh boleh. Ko, Nad mau dibeliin kentang nggak di McD?”
Marko : “Boleh, gw ama Nad mau.”
Gw : “Ok.”
Daniel : “Ya udah yuk Jo.”
Aku dan Daniel pun turun ke lantai satu mall ini untuk membeli kentang goreng pesanan teman-teman kami. Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan tentang keputusan yang harus aku berikan ke Mario dua minggu lagi. Yah, waktu dua minggu telah berlalu dengan cepat dan aku masih terperangkap dengan kebimbanganku. Satu sisi aku sangat ingin Daniel lah yang mengatakan perasaannya padaku. Tapi di sisi lain aku tahu bahwa itu tidak mungkin dan aku tidak boleh berpikir seperti itu. Seperti janji yang telah kubuat pada diriki sendiri. Selain itu Mario adalah teman yang istimewa buatku, aku tidak bisa berbohong bahwa dia punya tempat istimewa di hatiku. Tapi aku merasa tempat itu bukan sebagai orang yang aku cintai.
“Jo, lo kenapa kok diem aja? Sakit?”
“Kaga Dan, lagi mikirin sesuatu aja.”
“Ooh, lagi mikirin apa emangnya?”
“Ngg, nggak kok nggak papa.”
“Ohh, gak apa kok kalo nggak mau cerita.”
“Eh bukan gitu Dan. Cuma gw bingung gimana ceritanya sama lo.”
“Ya tinggal cerita aja apa adanya. Gw kan sahabat lo.”
Apa memang sebaiknya aku bercerita kepada Daniel. Toh selama ini dia bisa menerimaku apa adanya. Lagipula kebimbanganku ini salah satunya datang karena Daniel. Mungkin aku bisa mendapat jawaban dari respon Daniel tentang Mario dan aku.
“Oke deh gw cerita, tapi sorry kalo kedengerannya aneh buat lo.”
“Nggak apa kok, buat gw semua tentang lo nggak ada yang aneh.”
“Oke. Gw agak bimbang karena temen gw nembak gw.”
“Hah.. Oh maksud gw kenapa tiba-tiba ada yang nembak lo. Gw ga pernah tau lo deket ama orang.”
“Iya gw juga ngerasa dia nembak gw ngedadak banget. Gw bahkan nggak pernah sadar kalo ternyata dia suka ma gw.”
“Cowo?”
“Iya.”
“Lo emang kenal dimana ama dia?”
“Sebenernya lo juga kenal kok ama dia.”
“Hah gw kenal?”
“Iya”
“Jangan-jangan temen kosan lo ya?”
“Iya Mario yang nembak gw.”
“Pantes aja kemarin dia pake acara nemenin lo pas nungguin gw.”
“Hah emang kenapa Dan?”
“Nggak, gw baru kepikiran aja. Trus lo jawab apa?”
“Gw bilang gw belum bisa jawab n minta waktu ke dia satu bulan.”
“Ohh, mmmmm terus lo mau jawab apa?”
“Nggak tau makanya sekarang gw bingung.”
“Oohh, gitu.”
“Gitu trus gimana?”
“Loh kok lo tanya gw kan jawabannya ada di lo.”
“Tapi kan gw cerita mau minta saran.”
“Mmm, emang lo kenapa bimbang. Nggak suka ama dia?”
“Nggak tau Dan, tapi yang pasti gw ada orang lain yang gw suka.”
“So, kenapa bingung. Tolak aja kan.”
“Masalahnya orang yang gw suka ini gak mungkin buat gw Dan.”
“Kenapa?”
Karena dia adalah kamu Dan, masa kamu masih nggak ngerti juga sih. Ingin sekali aku mengatakan ini pada Daniel. Tapi hal itu tidak mungkin aku lakukan. Aku tidak mau hubungan kami jadi rusak seperti dulu.
“Aku nggak bisa bilang kenapanya.”
“Karena dia normal?”
“Yah itu salah satunya.”
“Mmm, kenapa lo nggak coba ngomong sama dia buat mastiin perasaan dia.”
“Gw ga berani Dan, soalnya dia penting banget buat gw.”
Aku berusaha sedekat mungkin mendeskripsikan orang yang aku suka, supaya dia tahu isi hatiku untuknya.
“Hmm.” ......”Oke kalo gitu dengan keadaan lo yang saat ini lo bakal bilang apa ke Mario?”
“Hmm.. mungkin gw bakal nerima dia. Karena banyak hal yang buat gw berpikir bahwa dia begitu tulus ke gw.”
Tiba-tiba Daniel terdiam. Aku tidak tahu kenapa sekarang malah dia yang nampak berpikir. Apa dia tau siapa yang aku maksud. Ah mungkin aku terlalu berharap. Mungkin dia sedang memikirkan saran yang tepat untukku. Lagipula kalaupun dia tahu, dia tidak mungkin mencintaiku. Kami adalah sahabat dekat tidak lebih dan tidak kurang.
“Jo!”
“Hah kenapa Dan?”
“Hmmm...”
“Eh Jo!”
Seseorang memanggilku dari arah depan kami. Aku dan Daniel pun menoleh ke arahnya.
“Mario?”
“Kalian lagi ngapain disini?”
“Oh kita lagi jalan-jalan sama anak-anak, maklumlah melepas kepenatan sehabis ujian.”
“Loh yang lain mana kok cuma berdua?”
“Yang lain lagi nunggu di atas kita mau beliin kentang goreng di McD.”
“Oh, gitu. Eh Dan halo.”
“Halo Yo. Lagi jalan-jalan?”
“Nggak gw lagi belanja keperluan sehari-hari. Biasa awal bulan.”
“Oh, gitu.”
“Ya, udah gw ngikut ke McD ya sekalian mau makan siang juga disana.”
“Oh, ya udah yuk Yo.”
“Iya sekalian aja Yo.”
Akhirnya kamipun berjalan bersama ke arah McD. Sepanjang perjalanan Mario terus mengajakku mengobrol. Sesekali juga dia mengobrol dengan Daniel. Namun mungkin karena mereka belum akrab pembicaraan mereka hanya berakhir singkat. Suasana ini membuat pembicaraan kami sedikit kaku. Berusaha mencairkan suasana ini aku mengalihkan pembicaraan kami ke topik yang bisa kami bicarakan bersama.
Setelah selesai memesan makanan di McD, akhirnya Mario pamit pulang. Sedangkan aku dan Daniel kembali lagi ke atas, untuk membawakan kentang goreng pesanan teman-teman kami. Tiba-tiba aku teringat dengan pembicaraanku terakhir dengan Daniel. Aku ingat terakhir dia ingin mengatakan sesuatu padaku.
“Dan!”
“Ya, kenapa Jo?”
“Tadi lo mau ngomong apa?”
“Oh .. nggak kok, nggak kenapa-napa.”
“Oh gitu, terus saran lo gimana?” Daniel terdiam sejenak .
“Mungkin memang Mario yang terbaik buat lo Jo.”
Pernyataan Daniel barusan benar-benar mengagetkanku. Aku tidak tahu kenapa dia mengatakan itu. Tapi perkataannya itu seakan menutup pintu kemungkinan untukku berharap bahwa Daniel akan mencintaiku. Memang aku yang berlebihan dengan harapan-harapan ku. Mungkin memang Daniel benar, aku seharusnya bisa melihat kenyataan. Kenyataan bahwa Mario adalah yang terbaik untukku dan tidak mungkin aku mengharapkan itu adalah Daniel.
..................................................
Karin : “Ah kalian lama parah lah.”
April : “Iya aku ma Karin udah ngedance ampe turun beruk nih.”
Gw : “Iya sorry, tadi ketemu temen gw jadi ngobrol bentar.”
April : “Yodah mari kita makan.”
Marko : “Sambil jalan yuk filmnya dah mau mulai.”
Kamipun melanjutkan perjalanan kami ke bioskop. Sepanjang perjalanan aku benar-benar terngiang dengan perkataan Daniel sebelumnya.
Nadia : “Eh ntar abis nonton belanja yu buat, camping minggu depan.”
Karin : “Oh iya kita kan ada pelantikan himpunan yang minggu depan. Dimana sih campnya?”
Marko : “Katanya sih di Ranca Upas. Tapi gw juga belum pernah kesana.”
Karin : “Ih itu mah dingin banget lo.”
April : “Wah berarti kita mesti bawa makanan yang banyak ya.”
Karin : “Makanya ntar abis ini belanja ya. Ok?”
Nadia : “Ok nggak Jo, Dan dari tadi diem aja.”
Gw : “Ok..ok.”
Daniel : “Iya”
Karin benar. Minggu depan selama 3 hari angkatanku harus mengikuti pelantikan himpunan yang diadakan dalam bentuk camp. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Maklumlah kami adalah junior yang pastinya akan mendapat bentakan dari para senior di malam itu. Selain itu, aku baru tersadar bahwa bukan cuma aku yang tidak bisa fokus karena terbebani pikiran sekarang ini. Ternyata Daniel juga sedari tadi hanya diam seperti memikirkan sesuatu. Apa yang kamu pikirkan Dan?
@stephen, lanjut lagi mas bro
BTW banyak banget cerita yang pake nama mario. Gara-gara mario maurer kayanya.
Ceritanya bikin deg"an... Mantap @stephen_frans lanjutin...hhehe