It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hadir mas,i bukan hehehe bersih-bersih living room dan kitchen. Hmmm Party, kebetulan saya tidak suka pesta mas
ITU, LAH DIBUAT PENASARAN TANDA TANYA LAGI.
SAYA TUNGGU LANJUTNYA MAS
Hmmm.... iya beres, ini juga sudah beres sisi misteri dari seorang Hendra
selamat membaca ya mas
Awalnya saya sarankan untuk membuat lontong. Biasanya mereka menggunakan plastik bungkusan beras Kochbeutel. Satu bungkusnya 125 g. Karena kita masih ada sisa daun pisang maka saya coba menggunakan daun pisang dan semua beres. Tinggal menunggu hasil rebusan saja, lebih kurang 2.5 jam.
Pada prinsipnya Mrs Liem bisa membuat pindang daging. Saya hanya memperlihatkan cara kampung bagaimana potongan bawang, tomat, dan jahe, tentunya seperti yang biasa Ibu saya lakukan. Untuk sejumlah daging deperlukan jumlah tertentu garam dan cabe rawit. Semua potongan bumbu ditumis dengan minyak goreng, dikasih air dan langsung masukkan potongan daging. Trik memasak suatu makanan ini ditentukan oleh pengalaman. Karena beda daerah, beda pula jenis dan kemahiran membuat satu masakan.
Dalam pembuatan sate bumbu kacang, giliran saya yang melihat mereka bekerja. Saya paling senang mencicipi satu uil setiap selesai grille.
Kata Mrs Liem, tamu yang datang tiap tahunnya disamping bernostalgia mereka juga mencari masakan Indonesia di rumah Mrs Liem. Tepat waktunya, lontong pun jadi. Lalu dipotong-potong oleh Herr Sthulz ke dalam piring masing-masing tamu yang mengantri. Oh dah mirip pembagian jatah makan saja.
Terlihat Hendra mengambil sesuatu. Saya belum faham apa maksud Hendra yang menyisihkan potongan lontong dan pindang daging lalu dibungkusnya.
Jam 2 siang saya dan Hendra mohon pamit sama orang tua dan para tamu itu. Kami janji semalam nya hari kami akan balik. Kan Frankfurt – Marburg bisa ditempuh dengan bilangan jam.
Selama menyetir mobil, Hendra biasa dengan guyonnya memecah suasana yang beku oleh dingin. Serasa berjalan di danau es, semua putih ..... Bisa dipastikan ban mobil harus yang spesial supaya tidak sliding diatas es begini. Mereka mengganti ban mobil biasanya di akhir musim gugur.
Saya masih penasaran apa maksud dia ngajak saya ke Frankfurt. Kira-kira ke tempat bersejerah dan dia katakan kita tahun depan harus sama-sama telah punya pasangan. Jika demikian maka tentunya enak bagi dia, sedangkan saya belum mempersiapkan apapun, Tidak masalah, saya selalu mendo’akan yang terbaik untuk semua orang.
Sambil menatap wajahnya dengan datar saya terus membayangkan sikap apa nanti yang terbaik untuk dilihatkan sama dia. Makin dipandang makin ganteng saja wajahnya, lebih baik tidak dipandang. Tetapi itu memang benar, dia ganteng, kulit putih bersih khas chinese Indonesia tidak banyak bulu, hidung bule yang mancung, rambut coklat (bule ga Indonesia juga ga), postur tubuh bule, tapi pribadinya, guyonnya, adalah 100% Indonesia. Mana ada orang Jerman suka sate bumbu kacang ? adanya mereka kepedesan hahaha..
30 menit menyetir dia mulai gelisah, begitulah Hendra. Sebelah tangannya megang strir sebelahnya lagi berusaha menggenggam tangan saya. Biasanya juga begitu maka saya biarkan saja, karena juga ga ada maksud apa-apa.
Saya mengasihkan pandangan sama dia :
Was...... sieht viele Schne... du störtst uns
.............................Ada apa, lihat tuh salju semua, kamu malah bahayakan kita
Dengan melambatkan laju mobil dia berkata :
Nun ja, du wärst ein Jahr ist hier
.............................Kamu sih coba satu tahun disini
Saya hanya mengklarifikasi :
Ein Jahr, wie, was?
.............................Satu tahun apa ?
Dia mulai dengan guyonannya :
Ende Dezember bis Anfang Januar das bedeutet 1 Jahr
.............................akhir Desember ke awal Januari kan satu tahun
Tawa saya tertahan :
Hahaha du bringst mich immer aufgeregt
..............................Hahaha kamu tu ya selalu ngeselin
Dia memberi jawaban basa-basi :
Beweise es sich um dich kümmern
..............................Itu bukti saya peduli sama kamu
Hmmmm mulai lagi dia mengatakan hal-hal yang tidak perlu sebenarnya, dan saya klarifikasi lagi:
Wer ? du bist selbst?
..............................Siapa ? Kamu kah itu ?
Dia menjawab :
Nein, einen anderen Mann
............................. Bukan, cowok lain
Hehehe bisa juga dia ngeles, lalu saya pancing lagi :
Ohhh ich dachte, du warst die Person, die
............................. Ohhh saya kira itu kamu pastinya
Dia mulai serius :
Eehhh so stellt sich heraus, du bist Ja
..............................Eeeehhh kamu itu begitu ya
Saya hanya mengiyakan :
Ja, weiter?
..............................Iya, terus ?
Masih serius dia berkata :
Tun gut in Berlin ja
..............................Berbuat yang baik di Berlin ya
Saya juga serius mengasih pandangan :
Ja, ich muss schnell fertig studieren
............................. Iya saya harus cepat-cepat tamat
Es ist gut,
.............................. Itu bagus ..... katanya
Suche nach Arbeit und die Zukunft
...............................Cari kerjaan dan masa depan, balas saya
Die Zukunft sind wir nicht da
................................Bukan masa depan kita berdua, basa-basi dari dia
Lalu dia lakukan klarifikasi juga :
Wer ist mit dir in die Zukunft?
................................Siapa di masa depanmu ?
Es gab
................................ Ada aja, kata saya
Es ist mir nicht
................................Itu bukan saya pastinya. Dia menegaskan
Naturlich, nicht du
................................Ya iyalah bukan kamu. Jawab saya
Vielen Dank für das Entfernen mir, hahaha
................................Terimakasih telah melepas saya, hahaha, tawanya lepas
Saya hanya menghembuskan nafas Huuuuuuffffffttttttt sambil menarik tangan yang mulai kesemutan digenggamnya. Saya juga telah melihat plank jalan Stephen Strasse, lokasi yang mau dituju Hendra.
Mobil berhenti di sebuah rumah. Kami menekan bell ruangan yang dihuni oleh Leovina Franzstein.......................
Setelah mendengar nada penerimaan maka pintu otomatis terbuka. Kami munuju lantai dua dan disambut oleh cewek.
Ya Allah kejutan apa yang harus saya lihat.
Dari dalam kamar, ke luar seorang cewek yang lain (itu temannya Leovina). Dari wajahnya kira-kira dia seorang Thailand atau Vietnam. Lalu hendra mengenalkan ke dua cewek ini pada saya. Ternyata cewek asia itu bernama Quyen dari Vietnam.
Hendra mengenalkan saya sebagai saudara pada mereka. Kami duduk berempat di meja makan. Leovina asik saja mengambil setiap kesempatan ngobrol sama Hendra, sesekali saya lihat Quyen melirik Hendra tapi tidak ada kesempatan. Saya lalu mengambil alih dan mengajak Quyen bicara. Lumayan asik juga anaknya. Lalu Hendra membukakan bungkusan yang berisi lontong dan pindang daging yang kita masak tadi.
Leovina juga bergegas ke dapur dan mengambilkan masakannya berupa Lasagne yang agak lembek sehingga terlihat seperti meleleh. Hendra kelihatan jelas tidak suka. Katanya ini yang saya bawa cukup untuk kamu coba berdua. Kebetulan kami sudah makan kenyang sebelum kesini kata saya untuk menetralkan omongan Hendra sebelum Leovina tersinggung. Quyen tampak antusias baru pertama dia melihat lontong dengan daun pisang. Sementara Leovina asik dengan Lasagne kesukaanya dengan tiap sebentar merayu Hendra agar mencoba sedikit karena katanya enak bangat.
Demi menolong Hendra saya coba masakan Leovina, alasanya karena lidah kami lidah asia biar saya saja yang mencoba untuk memastikan sama Hendra. Tapi saya sudah kenyang kata Hendra. Leovina bisa senyum karena saya mau mencobanya. Memang tidak enak ........
Quyen agak bernafsu dibuat oleh pindang daging yang aduhai. Sedikit pedas karena pakai cabe toh dalam membuatnya. Mendengar bumbunya yang tidak terlalu susah Quyen semangat mau mencoba. Hmmm kembali ke lifah Jerman, agak sulit ya bagi mereka kalau ini jadi menu sehari-hari, Sekali hari spesial untuk membuat nya ok lah. Sebelum kami mohon pamit, saya tunjukkan website cara membuat lontong dengan daun pisang. Hanya Quyen yang antusias.
Jam 20.00 saya dan Hendra menuju restoran Malaysia di dekat Hbf Frankfurt AM. Setelah berputar-putar keliling kota ini untuk dinner berdua. Hanya beberapa Resto yang buka. Di Berlin mah walau malam natal Resto malah bertaburan dimana-mana. Padahal Frankfiurt juga kota besar.
Ruangan restoran ini lumayan lebar dengan kesan hangat bersahabat. Kami memesan goreng udang dan tumis kangkung serta nasi putih yang terkenal dari restoran ini. Sebelum hidangan tiba Hendra menyampaikan bahwa salah satu dari dua cewek tersebut adalah calon istrinya. Ini baru KEJUTAN !!!!.
Tenggggggg ..........
calon istri, mau nikah, tapi masih nafsu melihat saya. Kemudian saya kembali mengingat-ingat hal yang wajar dan tidak berlebihan dari sikap Hendra pada mereka berdua tadi.
Bisa dikatakan malah sayalah yang mencairkan suasana dari sikap kekanak-kananakan Hendra.
Apa iya dia mau menikahi salah seorangnya.
Saya tidak cemburu, tapi Hendra kali ini dalam melangkah memilih jalan yang salah.
Apa ini hubungannya dengan garis keturunan yang dia gembar-gemborkan selama ini ? garis keturunan yang seperti apa ?
Saya tidak banyak bicara waktu makan. Ketika dia memelas untuk meminta pandangan saya siapa yang terbaik untuk dia, saya hanya realistis bahwa saya tidak banyak kesempatan bicara dengan Leovina dan tidak adil untuk menghakimi sepihak.
Ternyata intinya pada masalah makanan. Dia ingin istrinya bisa membuat masakan sepeti yang saya buat.
Astagfirullah .....
mengapa harus membanding-bandingkan dengan saya kalau dia pengen kawin.
Jawaban yang real dari analisa saya Quyen akan jauh lebih unggul dari Leovina dari hal memasak karena dia ada kemauan, sedangkan Leovina hanya memamerkan masakan yang tidak enak dan tidak terlihat ingin maju.
Dengan sangat mengantuk dengan tingkah Hendra hari ini, saya hanya tidur di perjalanan menuju rumah di Marburg. Hendra menyelimuti dada saya dengan blanket kecil. Terasa sesekali genggaman tangannya pada tangan saya.
Sesampainya di rumah, Hendra langsung menuju toilet di kamarnya, saya menemui Mrs Liem dan Herr Sthulz untuk minta pamit, karena besok pagi. pesawat dari bandara Frankfurt jam 07.25 berarti saya dan Hendra harus berangkat pagi-pagi sebelum mereka bangun. Mereka mengasih nasehat dan masukan untuk aktivitas saya di Berlin nantinya serta peluang kerja di Frankfurt setelah tamat. Lama juga saya berkeluh kesah malam itu dengan mereka. Akhirnya kami mengantuk.
Saya menuju kamar Hendra yang sudah tertidur. Selimut bertebaran di lantai dan saya kibas-kibaskan untuk membuang butiran debu dari lantai. Ini malam terakhir saya bisa memeluk tubuh si gila ini, karena dengan berganti tahun dia akan tidur dengan istrinya. Terlihat Tangan hendra terbentang, saya ambil satu tangannya dan saya tarok dipinggang sehingga kami dalam posisi berpelukan. Terakhir saya bentangkan selimut untuk kami berdua. Selamat tidur Hendra.
Saya mencium aroma cairan disinfectan, suara oarang lalu lalang, suara anak kecil menangis, suara Tareq, dan suara Betreuer. “Herr Sthulz kommt später um 16.00 Uhr” kata seorang perempuan. Tapi pandangan saya putih...... Ya Allah, dimanakah saya ini ??? apa yang terjadi ???
HAAA DAPAT FEELING'NA.
AMIR DEWASA SEKALI. HENDRA MEMBUANG MUTIARA DARI TANGAN.
SINI KE JKT JA AMIR !!!!!
Iya, saya juga paling suka bagian yang ini. Sosok si hendra mampu melebur kultur Asia dan Jerman. Saya juga menilai Hendra kali ini salah, dan pilihan Amir untuk dia apa bisa menyelamatkan hendra. Penasaran juga ! masih menunggu kiriman data dari Jerman mas, sabar ya ! Lagi libur tahun baru neh orang-orang sepertinya
LANJUT
KNP DG AMIR ?
hehe mas zoro tuh asik tinggal baca doank, tinggal komentar hehe abdi nih yang pusing nyusunnya jadi cerita yang bertalian.
Iya ini abdi lanjutin nulis
ini pk huruf kecil )
ini pk huruf kecil )
perasaan yg aktif koq mas @zorozero aja ya...??? tapi @aries77 juga ikutan nimbrung.
buat mas @aderahmat,bahasax udah mulai enak dibaca. Seru....,kaya baca diary umum.hehe..:p
kalo baca cerita dr luar yg ada dihati cm 1,pengeen banget nyentuh n ngerasain yg namanya salju .