It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Di tempat kita makan nanti gue akan memperhatikan lu dari jauh. Selama 2 menit gue akan hitung berapa banyak orang yang melirik elu. Nanti berikutnya giliran gue." jelasku pada Klein.
"male or female?"tanya Klein.
"both of them. Semuanya gue hitung!" tegasku.
"Jangan curang." dia memperingatkan.
Gue sodorkan jempol kiriku ke depan mukanya.
"gak seru gak kalo gak ada hadiahnya!" profokasiku. Klein menimbang.
"Klo gue menang gue mau mobil kesayangan lu ini."
"DEAL!"jawabku yakin. "tapi kalo gue menang..."
"honey... Gak mungkin."potong Klein.
"kita liat aja Klein."balasku.
Sesampainya di tempat kami berpura-pura tidak saling kenal. Aku bbm dia bahwa 2 menitnya dimulai sekarang. Aku sapu pandanganku ke seluruh ruangan dan memperhatikan Klein. Dia berjalan ke arah kasir dan bertanya dimana toilet kemudian berjalan sengaja mengambil jarak terjauh menuju toilet dan melewati mejaku sambil main mata ke arahku.
Aku tersenyum saja membalasnya.
Agak sulit menghitungnya karena hampir semua orang bukan hanya melirik beberapa tidak peduli jelas-jelas memelototi Klein yang berjalan melewati mejanya.
"36 orang" bbmku.
"Lu bener gak ngitungnya?" balasnya lewat BBM.
"bener!"
"okey giliran lu. Waktu lu dari sekarang."
Ku lihat Klein melihat ke arahku dengan wajah mencibirku. Angin malam ini berubah arah dengan cepatnya. Sekarang angin mendukungku Klein.
"Gue minta perhatiannya sebentar semua. Gue akan menyanyikan sebuah lagu,untuk menyatakan cinta gue pada seseorang di ruangan ini." aku menyampaikan pidatoku, semua pasang mata menatapku. Beberapa bersorak-sorak. Ada beberapa yang berteriak menanyakan yang mana orangnya.
Aku lirik Klein yang mukanya tampak kaget.
Lu hitung tuh berapa yang ngeliat gue. Batinku.
***
"FUCK YOU!" maki Klein sambil meninju pelan bahuku. "lu curang!"
"hahaha itu bukan curang."belaku.
"fine... What do you want from me?"tanyanya.
" i want you be my boyfriend."jawabku
kasian deh
gue lanjut lagi rabu ya. Mau ujian nih.
Lagggiiiiiiii...... but >̴̴̴̴̴͡.̮Ơ̴͡ Oκ!
Aku membaca sms Klein berkali-kali. Sibuk sendiri dengan pikiranku
"harus ku balas apa?"
Klein mengajakku keluar tapi aku dapat giliran jaga malam hampir ditiap kali dia mengajakku keluar. Lagipula aku sedang sibuk untuk menyelesaikan case reportku.
Aku sudah menolak ajakannya bertemu dalam 2 minggu terakhir. Ada rasa sedih. Tapi ada rasa tersanjung juga laki-laki seperti dia menyukaiku.
Ada rasa yang ganjil menggeliat . Aku mulai percaya mungkin memang Klein tertarik padaku.
Rasanya menyesakkan saat seseorang datang disaat gue terbelenggu rutinitas koassku. Aku sudah seperti tarzan ditengah-tengah jakarta. Tidak tau perkembangan yang terjadi di luar sana selain apa yang terjadi di dalam rumah sakit.
Aku mengirim sms penolakan ajakannya. Rasanya berat.
Maaf ya Klein. Lain kali,gue janji. Batinku
"Mo! Dorong berangkarnya!" Barbi memasang wajah protesnya karena memergokiku bengong.
"sorry." aku mendorong pasien cedera kepala ini ke ruangan radiologi untuk dilakukan CT-scan kepala.
"lu bengongin apa sih?"
Aku hanya tersenyum untuk membalas pertanyaannya.
***
" gue udah putus." kata Barbi,ekspresi wajahnya datar, nada suaranya sulit ditebak. Kami sedang duduk-duduk di lantai ruang ugd. Pasien semua dalam keadaan di observasi.
Lumin merapat ke arah Barbi mengelus-elus pundaknya.
Aku dan Alben hanya saling pandang.
"hubungan gue emang mulai agak berantakan sejak koass." lanjut Barbi. Matanya menerawang. "gue liat dia jalan dengan cewe lain."
"sabar ya Barbi." ujar Lumin asal. Sedangkan aku dan Alben hanya diam tidak menemukan kata yang tepat untuk menghibur Barbi. Matanya berkaca-kaca.
"gue udah coba sebisa gue. Tapi belum cukub. Gue dan pacar gue udah kelar." Barbi menundukan kepalanya.
"TEETTT!"
Aku dan Alben bangkit lalu berlari ke depan ugd,membiarkan Lumin yang mencoba menghibur Barbi.
***
"lagi apa?" send to Klein. Aku kantongi hp ku ke dalam kantong celana lalu kembali membaca Sabiston. Ku baca buku sambil menjaga pasienku di ruang observasi ugd. Aku balik halaman demi halaman,kemudian mengecek hp ku. Ada 3 sms masuk,aku buka tidak ada sms balasan dari Klein. Ku perhatikan jam di hapeku,sudah jam 11.00pm. Mungkin Klein sudah tidur.
"selamat malam,met tidur." aku menguap tapi tetap kupaksakan menyelesaikan 1 bab untuk persiapan ujianku.
***
"Dia tetap sayang sama gue tapi kebutuhan diperhatiin dan ketemu juga dia gak sanggup abaikan." jelas Barbi.
Aku mengangguk.
" Gue pikir wajar pacar gue lebih milih orang yang bisa diajak jalan dan nemenin dia ketimbang gue yang terkurung di ugd ini." lanjut Barbi.
Aku tetap diam.
" lu sendiri gmana mo?" tanya Barbi tiba-tiba.
Aku tertegun. "gue? Maksudnya?"
"Klein apa kabar? Dia gak masalah lu gak bisa nemenin dia jalan selama lu di sini?"jelas Barbi.
DEG!
Darimana Barbi tau tentang hubungan gue dengan Klein. Batinku.
Aku membuka mataku,mengangkat kepalaku dan melihat noda air liur di fotocopianku. Aku tertidur tadi rupanya. Mimpi yang aneh.
Aku lihat pasienku. Mengukur tekanan darahnya,menghitung nadi dan pernapasannya. Dia terbangun,artinya kesadarannya masih baik. Sudah jam 3pagi.
Mimpi tadi agak mengganggu pikiranku. Aku jadi bertanya.
Apakah Klein tidak masalah aku tidak pernah bisa keluar dengannya?