It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dubia...
Orang ini seperti pinguin di padang pasir.
Seperti baju tanpa merk diantara baju2 merk2 mahal di lemariku.
Atau seperti Elmo diantara Klein dan Ruby!
Apa ini? Apa aku masih mabuk sehingga melihat ilusi?
Aku merasa sangat tidak nyaman. Orang ini seperti noda saus tomat di kemeja putihku. Tidak pada tempatnya! Sungguh mengganggu pemandangan.
Aku tidak memakai bajuku. Aku biarkan tubuh maskulinku mengintimidasinya. Klein memakai kaosnya.
"Ruby,lu udah kenal Elmo kan?" kata Klein sambil tersenyum lebar.
Aku mengangguk. Aku tidak tertarik bersikab ramah.
"Lu ada urusan apa?"tanyaku.
"emm..." Elmo menatapku dan berusaha menyusun kata-kata.
" Elmo mau menjenguk gue."kata Klein. "Elmo, gue baik-baik aja. Nanti gue hubungin lu lagi. Thx buat kunjungannya ya." ujar Klein menggiring dia keluar ruang tamu ke arah luar. Klein disana beberapa saat dan kemudian kembali lalu menutup pintu.
"kok dia bisa tau apartemen lu?"tanyaku.
Klein mengangkat bahunya.
"Tapi..." Klein membungkamku dengan ciuman. Kami berpagutan beberapa saat.
" Kok lu kaya heran kalo ada orang yang terobsesi ama gue?"jelas Klein sebelum kami berpagutan lagi.
Aku melihat Ruby, tubuhnya luar biasa bagus. Seperti teman-teman gym ku yang sering bertelanjang dada saat mengangkat beban-beban untuk membuat otot-otot mereka mengalami hipertrofi.
(hipertrofi:bertambah ukuran.red)
Namun Ruby berbeda, ada faktor X yang membuatnya sangat menarik diluar bahwa badannya bagus. Dia hanya memakai celana dalam saat membukakan pintu. Aku jadi salah tingkah.
Saat Klein menunjukan diri, keadaannya tidak jauh berbeda. Ada atmosfir erotis yang aneh di hadapan dua laki-laki dengan tubuh nyaris sempurna ini.
Wow! Pertama kali gue liat Klein topless! Batinku sekilas.
Tapi...
Apa yang terjadi pada mereka? Mengapa mereka nyaris telanjang berdua di pagi hari begini?
***
"nanti gue telephone."bisik Klein sebelum menutup pintu.
Aku mematung beberapa saat di depan pintu. Berharap pintu tida-tiba dibuka kembali. Berharap pintu dibuka karena mereka mau berpakaian dulu.
Aku antigen yang dieliminasi oleh antibodi. Aku molekul asing di dalam kehidupan Klein yang segera menimbulkan penolakan.
Dan antigen telah berhasil dieliminasi.
Aku memilih tangga darurat untuk turun.
Aku tidak punya asma atau alergi, tapi aku merasa sesak.
"sorry kejadian tadi pagi." kata Klein. Dia memakai kemeja merah dan celana jean biru.
Aku menatapnya. Memandangannya dan mencoba membaca orang ini.
"em... Tadi gue lagi sibuk, jadi gak pengen terima tamu."
jelas Klein. Dia menghindari tatapan mataku.
Aku menghirup jus mangga pesananku. Kami di sebuah kafe di kemang.
"gue lagi ngambil foto Ruby,untuk kerjaan gue."jelas Klein lagi.
Aku tetap diam.
"Elmo ngerti kan?"tanya Klein.
Aku mengangguk. Lalu menghirup habis jusku.
"gue harus tugas besok pagi. Boleh kita pulang?"tanyaku.
"oh iya? Udah jam 11 malem." kata Klein sambil melihat jam tangannya.
Aku tersenyum saja.
Hubunganku dengan Ruby berjalan seperti biasanya, hanya saja dia semakin sering memakai kata sayang. Kami janjian bertemu di sebuah tempat fitness dan menghabiskan jam macet Jakarta di sana, kami sering melakukannya, aku semakin sering menginap di tempatnya dan melakukan sex. Perasaanku tidak ada yang berubah pada Ruby. Kami teman tetapi dengan tambahan hubungan sex, ya, hamper tiap hari. Bukan masalah besar.
Oh ya, hubunganku dengan Elmo sama saja seperti sebelumnya. Hubungan kami sebatas sms, dia tidak mau ditephone karena dia bilang dia sedang sibuk belajar untuk ujiannya. Dia belum pernah berkata suka padaku!
^^ Ruby
Aku sangat senang, sejak aku menembak Klein, hubungan kami semakin dekat. Kami semakin sering berhubungan sex, aku berhenti berhubungan sex dengan pria atau wanita lain. Aku merasa…. Aneh!?
Entahlah, bukankah seharusnya aku senang? Aku kadang merasa Klein bukan milikku. Seberapa banyakpun aku mengatakan sayang dan cinta. Kata itu tidak pernah kembali padaku . Mulutnya bisu tentang kata itu. Jawabanya tiap kali aku berkata sayang dan cinta adalah ciuman panas dan tidak jarang sex yang hebat. Hem…. Itu berarti sesuatu kan? Yah itu berarti “gue juga sayang!” pasti!
Hem…. Kenapa si culun itu bisa ada di apartmen Klein? Dasar tidak ngaca! Mana mungkin Klein menyukainya. Aneh!
^^ Elmo
Asyik! Ujianku selesai sudah. Akhirnya perjuanganku selama 2 bulan bangun pagi, pulang malam dan begadang tiap kali jaga malam terbayar sudah dengan diberi kesempatan untuk ujian. Senang sekali! Soal Klein dan Ruby?? Hem….
“Aaaaaaaaaaaaah….!”
Tubuh telanjangku penuh dengan keringat, aku baru menyelesaikan ejakulasiku, aku tumpahkankan spermaku ke perut Klein. Klein sendiri sudah memuntahkan spermanya lebih dulu ke wajahku. Ah rasanya sungguh dahsyat! Aku rebahkan tubuhku sambil memeluk dan mencium Klein.
“ Lu mau makan apa?” tawar Klein sambil melerai pelukanku. Dia bangkit dan melangkah kearah dapur.
“ Lu punya apa?” tanyaku sambil mengekorinya ke dapur.
“ Em…serel dan buah paling, mungin lu mau delivery?”
“kenapa kita gak coba masak?” tawarku.
Klein mengerutkan dahinya dan berpikir sejanak.
“ kita?” Tanya balik Klein.
“ Tentu honey, itukan romantic, kita masak berdua.” Kataku meyakinkan.
“hem…” Klein masih berpikir, aku segera mendorongnya ke kamar mandi supaya mandi bersama dan have sex lagi. Aku suka sekali bercinta dengan Klein.
Kami ke supermarket terdekat untuk membeli bahan-bahan masakan dan karena kulihat kulkas Klein kosong sekalian membeli keperluan bulanan.
“mau masak apa?” Tanya Klein sambil mengekoriku dari belakang. Aku mendorong troli belanjaan sambil mengambil susu tinggi protein dan menaruhnya dalam troli.
“ lu mau makan apa?” tanyaku balik.
Dia tidak menjawab dan lagi-lagi mengerutkan dahi.
“Kita buat aja omlet ya, mudah kan!” saranku.
“okey.”jawabnya, kami menuju tempat telur menimbang 5 kilo telur ayam.
“ sekalian buat makan putih telur.” Jelas Klein, sambil menunjuk otot lengannya.
Aku sedang asyik menimbang-nimbang appel, seseorang menarik perhatianku, aku merasa mengenali wajahnya. Namanya….
“ ELMO!” panggil seseorang. Orang yang menarik perhatianku itu menengok.
Iya!!! Elmo! Batinku.
Ku ikuti arah suara yang memanggilnya, seorang pria dengan kaca mata bersamanya ada empat orang lain. Laki-laki itu mendekati empat orang itu.
Aku mau segera membelakang mereka dan menyusul Klein yang sedang menimbang jeruk.
Nama Klein dipanggil, tetapi itu buakn suaraku.
“ hai, kenalin ini Cipro, Rani, Alben dan Lumin. Mereka teman kossku” Elmo memperkenalkan teman-temannya satu persatu, aku menjabat tangan mereka satu-persatu sambil menyebut namaku. Rani dan Lumin tampak tidak rela melepaskan tangannya saat kami bersalaman.
“ oh ya, guys, ini Ruby.” Giliranku memperkenalkan Ruby kepada mereka.
“ kalian ngapain nih, tumben bisa ada di luar rumah sakit.” Sambil kulirik Elmo. Dia hanya tersenyum, wajahnya lebih segar, walau wajahnya lebih tirus dari terakhir kali kami bertemu. Kira-kira 2 minggu lalu.
“ kami sudah selesai ujian. Kami mau nonton nih buat merayakannya” jelas perempuan dengan kulit putih yang berdiri di samping Elmo. Aku lupa namanya.
“ Oh sudah selesai ujian.” Ku ulang informasi yang baru kuterima. Kutatap tajam Elmo. Dia tetap senyum. Dia membalas tatapanku tanpa merasa bersalah. Kenapa dia tidak menghubungiku kalo dia free hari ini.
“oh ya, gue sama Ruby juga mau nonton nih. Kita boleh gabungkan?” tanyaku. Ruby mau protes.
“ Boleh!” balas dua perempuan disamping Elmo berbarengan. Sisanya tidak berkomentar, sedangkan Elmo agak kaget dengan tawaran itu.
“ Klein?” kata Ruby membantah. “ Bukannya elu ada jadual pemotretan?” kata Ruby bohong.
“Oh iya, tapi sempatlah, filmnya kapan?” Tanyaku.
“jam 8.15.” salah satu dari mereka menjawab, sambil melihat kea rah BBnya. Mengecek jadual.
“tuh sempatkan!” kataku kea rah Ruby. Memberi kode untuk diam saja.
Ruby jelas tampat tidak senang.
“ oh ya gue yang teraktir deh, kalian kan koass-koass yang menolong gue dulukan.” Jelasku lagi.
“ asyik!” dua laki-laki teman mereka baru bersuara.
Elmo hanya tersenyum.
“ Masih sempet juga kita nonton Transformer 3 ini ya.” Ujarku senang keluar dari Bioskop.
“ iya, tapi tetep lebih bagus yang pertama sih.” Komentar Cipro.
“ Tapi disini Optimus Prime jago banget. Gila dah!” sambar Alben.
Kami bertiga asyik membahas film tadi.
“ Kalian mau kemana sehabis ini?” Tanya Klein.
“ Pulang, udah malem.” Jawabku.
“oh, kalian pulang naik apa?” Tanya Klein kepada Lumin dan Rani. Dia mengkhawatirkan kedua teman perempuanku yang akan pulang malam.
“ Alben bawa mobil.” Kata Lumin.
“kecuali Elmo, dia pulang ke kost naik bus.” Jelas Alben. “ Kami beda arah.”
Aku tersenyum santai.
“ Oh, lu bisa ikut gue kalo gitu. Bahaya Jakarta malam gini.” Tawar Klein. Teman-teman yang lain mendesakku supaya menerima ajakan Klein.
“okey.”
“ Ruby mana?” tanyaku setelah aku ada di samping mobil Klein.
“ Dia ada keperluan mendadak jadi pulang naik taksi.” Jelas Klein. Dia mengendarai mobilnya keluar parkiran dan menuju arah kost ku.
“ Kok gak bilang kalo bisa jalan?” Tanya Klein.
“ kan elu juga gak nanya.”
“kok gitu?”
“ ah? Em… lagi mau keluar sama teman-temen, aja.”
“ setidaknya kan bisa ngabarin kan?”
“ Sorry.”
“ bisa jalan lagi kapan?” Tanya Klein, sambil memegang tanganku.
“ em…”
“ Gimana kalo lu nginep aja malam ini kaya kemarin2?”
“hah?!”
“ kita masak bareng, bikin omlet!” tawar Klein.
Dia mengganti arah mobilnya kearah apartemennya. Padahal aku belum bilang iya.
“ Tapi gue gak bawa baju.”
“ Lu bisa pake baju gue, toh besok libur.”
“ Emang lu bisa masak?” tanyaku menelidik.
“enggak, tapi masak barengkan romantic.”
Deg! Romantis?
Seampainya di apatemen, aku membantu Klein mengangkat belanjaannya, dia membeli banyak sekali telur dan buah-buahan.
Saat membuka pintu…………
Ruby ada disana, sekali lagi hanya menggunakan celana dalam boxer hitam. Ekspresi wajah yang sama seperti tiap kali dia melihatku. Kaget dan kesal. hem…..ini seperti dejavu!
"YOU MUST BE KIDDING ME???!!!" teriakku dalam hati! Dua kali si culun ini melihatku nyaris telanjang!
Apa yang ada dalam pikiran Klein?!
Aku kembali ke apartemen Klein dengan berusaha tenang menghadapi keganjilan Klein tadi saat bertemu pasukan koass itu. Aku sangat marah karena mereka merusak moment berduaanku dengan Klein. Aku hampir saja pergi dugem untuk melampiaskan kekesalanku, mencari pria atau wanita yang mau have sex dan bisa juga mabuk-mabukan. Tapi aku memilih menunggu Klein di apartemennya, menekan egoku sedikit supaya hubunganku dengan Klein berjalan baik. Tapi cowo ini muncul lagi!
Elmo yah? You are not nice like Elmo the red doll! Fuck you! I hate Elmo because you Elmo. Arrrggg.
"what do you do here?" tanyakt akhirnya,aku mencoba nada yang lebih tenang.
" oh? Ruby. Gue gak tau elu di sini juga." jawabnya.
" Ruby? What are you doing?" sambut Klein. Nadanya seolah-olah aku tidak seharusnya di sini. Klein! I am your boyfriend! Memang seharusnya gue disini, di mana lagi memangnya gue seharusnya Klein?