It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
:-((
nanggung nanggung nangung..
( ( ( ( ( (
Ku kecek mataku. Aku memakai jas labku. Beberapa temanku mengelilingi juga meja itu. Beberapa yang lain berada di belakang kami. Semua memandang menuju satu meja yang kami kelilingi.
Kain penutup dibuka dan bau amis yang sejak tadi memenuhi kamar jenasah ini semakin kentara.
Rasa mual menyergap seketika bukan hanya karena bau itu tetapi juga keadaan jenasah terbaring di atas meja.
Lehernya nyaris putus. Tidak cukub dengan itu tangan dan kalinya juga terpisah dari tubuhnya.
Seorang pria separuh badan membuka suara dan mengatakan.
" Selamat datang di bagian forensik, ini otopsi kita yang pertama."
" Malam gini makan dimana?" Tanyaku.
" Udah pagi kali!" Kata Cipro sambil menunjukan jam tangannya. " Jam 5.30 nih"
" Nasi uduk udah buka tuh." Tunjuk Alben.
Kami makan nasi uduk dulu sebelum mandi dan masuk jam 7 nanti.
Ku buka hape saat kami memesan nasi uduk dan duduk di pinggir jalan.
Ada satu sms dari Klein
"Pagi, lagi apa?"
Ku baaca dan lalu kukantongi lagi. Aku tidak membalasnya.
"Kemana?"
" Ke CL."
" Hah? Ada CL di semarang?"Tanyaku balik.
" Iya, kaya yang di jakarta."
"Kok bisa sama namanya?"
Cipro hanya mengangkat bahunya.
" Ngapain ke mall si di semarang? Kaya jakarta kurang mall aja." Protesku.
"Kita mau buat pas foto. Lu udah ada pas poto?" Tanya cipro.
"Oh iya. Harus buat foto terbaru ya. Ikut deh."
Foto untuk majalah sudah selesai. Aku membersihkan riasan diwajahku dan bersiap-siap ke tempat makan.
Kenanganku kembali ke malam itu.
" Minum kopi sendiri aja." Sapa Ruby saat melihatku. Aku meliriknya. Dia hanya memakai celana dalamnya.
" Si Elmo mana?" Tanya Ruby.
" Pulang." Jawabku pendek.
Ruby menghampiriku mau menciumku. Aku menolak.
" What up?" Tanyanya bingung.
" Nothing."
Dia tidak membahas lagi. Aku tahu dia menahan diri. Dia rak dan mengambil gelas.
" I like Elmo." Kataku.
Ruby diam sebentar. Gelas ditangannya.
" I know." Katanya.
Aku kaget.
" What do you mean you know?" Tanyaku sambil menelan ludah.
" I know you. Kita sudah kenal lama. Jadi gue tau kalo lu suka dia"
Ruby duduk di depanku. Kami saling memandang. Kami saling diam.
Aku melewati jalan dimana aku pertama kali mengalami kecelakaan. Hari yang buruk yang aku alami membuatku bersikab bodoh saat itu.
Wajah itu. Elmo. Wajah pertama yang kulihat saat aku mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup.
Dia memanggil namaku saat aku tidak mengenalnya. Dia menolongku saat aku tidak memintanya. Dia melihatku hanya sebagai seseorang yang perlu ditolong.
Tanpa diminta aku memberikan hatiku pada wajah itu.
" Lalu mengapa lu bersikab seolah-olah lu gak tau?" Tanyaku lagi pada Ruby.
Ruby tidak segera menjawabnya. Di telannya dulu kopinya.
" Lu sanggup memamerkan Elmo di depan temen-teman kita? Tanya Ruby.
"Maksudnya?"
" Lu bisa mendandaninya mirip kita. Tapi dia bukan seperti kita. Dia tidak akan paham cara hidup kita. Dia gak paham dunia kita dan sebaliknya."
Aku memandang Ruby lurus-lurus.
" Gue akan coba membuat dia paham."
" Kalo lu bisa membuat dia mengerti dunia kita. Dia ada di sini sama kita sekarang sambil minum kopi. Gue hanya menunjukan dia dunia kita, dunia yang dia tidak kenal."
Aku diam.
" Tapi sekarang dimana dia? Dia pasti sedang sibuk menolong orang lain atau sibuk dengan buku-bukunya."
Aku tetap diam.
" Lu akan malu memamerkan dia di depan teman2 kita. Dia bahkan gak tau merk!"
Aku teguk kopiku.
Aku bangkit dan membiarkan Ruby sendirian di dapur, aku sms Elmo dan minta bertemu.
Aku akan coba bicara dengannya.
Aku sampai di parkiran. Aku diam beberapa lama di dalam dulu. Hatiku bergemuruh mengingat kenangan-kenangan. Aku bercermin. Bekas luka di dahiku yang di jait Elmo sudah lama tidak kelihatan karena operasi kosmetik yang kulakukan.
" Gue akan ke semarang."Kata Elmo.
" Kita akan lama tidak bertemu."
Semarang?
Mo, apa kita jalan kita begitu sulit bertemu.
Aku kembali ke masa sekarang saat BB ku berbunyi.
" Gue udah sampe. Bentar lagi." Balasku pada si penelepon.
Aku menunngu Klein di dalam restoran.
Malam itu memang membawa banyak perubahan besar. Malam aku, Klein dan tentu Elmo.
Malam itu, sejak malam itu aku mulai menyukainya. Orang yang baik. Orang yang tidak pamrih.
Aku paham mengapa Klein menyukainya. Mungkin sangat menyukainya.
" Lu bisa bertahan semalaman di kostannya?" Tanyaku pada Klein saat itu.
Klein diam.
" Dia tidak akan sanggup mengikuti gaya hidup kita yang mewah dan sebaliknya elupun tidak akan sanggup hidup dengan kesederhanaan dia."
Klein tetap diam. Aku tau, dia membenarkan semua kata-kataku.
Aku tau, Klein akan memilihku ketimbang Elmo. Itu sebabnya dia sekarang duduk di hadapanku, di sebuah restoran yang tidak akan sanggup di bayar Elmo bahkan hanya untuk makan untuk dirinya sendiri.
" Gimana pemotretannya tadi?" Tanyaku.
" Baik. Lancar seperti biasa." Klein tersenyum.