It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"GCS 15!" desisku
(GCS 15: sadar penuh.red)
Tadi aku sempat berfikir dia mengalami penurunan kesadaran mendadak karena perdarahan intrakranialnya bertambah.
TEEETTTT....!
Bunyi bell. Koass-koass bubar dan berlari-lari ke depan.
Tanpa dapat ditahan air mataku menetes. Aku benar-benar terharu. Aku benar-benar ketakutan tadi kalo benar Klein jatuh dari berangkar atau kesadarannya menurun artinya aku sudah sangat ceroboh menjaga pasienku. Menjaga orang yang seharusnya ku tolong dengan kemampuan terbaik yang ku miliki. Aku bersalah. Aku ceroboh.
Aku tidak pantas menjadi dokter. Kata-kata dr. De Jong seperti terngiang lagi ditelingaku.
Lalu aku harus jadi apa....kalo bukan dokter....
Tiba-tiba aku memeluknya. Tubuh ini seperti bukan milikku bergerak tidak sesuai perintahku. Sekarang aku memeluk seorang laki-laki yang baru ku kenal. Ini benar-benar diluar kendali.
"Gue takut tadi lu kenapa-kenapa. Gue GCS lu turun karena perdarahan intracranial lu bertambah." isakku diperut Klein sambil melingkarkan tanganku dipinggangnya.
"MAAFIN GUE YA! Maafin gue." membenamkan mukaku makin dalam ke dalam perutnya.
"Gue bisa jadi dokter yang layak. Dokter yang pantas." isakku lagi. Membenamkan wajahku terus. Membiarkan beban ini lepas.
Geg...!
Orang ini mengatakan hal-hal yang tidak kupahami.
GCS? Apaan tuh?
Intrakranial? Apa lagi tuh?
Lalu kenapa dia tiba-tiba menangis. Begitu khawatirnya kah dia. Tadi aku hanya pura-pura tidur karena banya perempuan yang menanyaikun ini itu.
Lagian nih orang lama banget pergi ngambil minumnya. Aku merasa sendirian ditempat ini tanpa si culun ini.
Aku harus apa?
Ku elus rambutnya yang ikal. Ku tepuk-tepuk pelan kepalanya.
Pelukanmu membuatku nyaman. Jangan terlalu cepat berhenti menangis.
Kulihat arah luar. Ruby sudah berdiri disana. Aku melempar senyum padanya.
Ku taruh telunjukku di depan bibir. Memberinya kode. Jangan bersuara.
Aku memarkirkan mobil. Ku tanya orang yang pertama ku temui letak UGD rumah sakit ini. Rumah sakitnya tidak terlalu meyakinkan. Jauh dari kesan mewah.
Aku segera ke bagian pendaftaran pasien dan bertanya tentang Klein. Beberapa lama menunggu dia mengatakan Tn. Klein ada di ruangan observasi,ruangan itu ada di sebelah kiri.
TEEETTT....!
Aku sempat kaget. Bel apa itu? Tiba-tiba sekelompok dokter menuju jalan masuk ugd.
Aku baru menyadari bahwa ada mobil angkot terparkir di depan jalan masuk. Mereka sibuk mendorong tempat tidur yang dapat di dorong memindahkan seorang ibu yang matanya tertutup. Aku sempat terbengong-bengong sendiri melihat kejadian itu. Beberapa dokter itu matanya beradu denganku. Aku tersenyum. Beberapa terang-terangan memandangiku dengan pandangan kagum. Aku sudah terbiasa dengan pandangan seperti itu.
Oh ya? Aku kesini untuk Klein. Aku segera ke ruangan yang dimaksud. Aku langsung mengenali Klein. Tempat ini dan Klein seperti hitam dan putih, sangat kontras, sehingga dengan mudah aku dapat menemukannya. Kami seolah-olah tidak layak ada di sini. Tempat kami di club-club malam, pusat-pusat belanja, gedung-gedung yang mewah, dan rumah sakit ini.... Sangat kontras.
Langkahku tertahan. Aku agak bingung dengan pandangan yang ku lihat. Seseorang memeluk Klein. Dia bilang tentang menjaga atau apalah.
Klein tersenyum padaku dan saat aku akan menghampirinya dia memberiku kode untuk jangan ribut. Siapa orang yang memeluknya ini?
Aku mendekat tanpa bersuara. Orang itu kemudiaan sadar keberadaanku. Matanya merah habis menangis.
Ekspresi wajahnya agak kaget. Dia membetulkan letak kacamatanya.
" Anda Tn. Ruby?" tanyanya,dengan suara parau.
" Iya,jadi bagaimana kondisi teman saya ini?" tanyaku langsung.
" Sebentar saya panggil dokter UGDnya,biar beliau yang memberi pernyataan." dia pamit kemudian kembali dengan seorang pria yang memperkenalkan dirinya dengan nama Adre. Dia menjelaskan keadaan Klein. Orang tadi berdiri dibelakang pria itu ikut mendengarkan.
judulnya littmann meets hugo? atau mending littmann meets riester kan sesama merek stetoschope
teruskan pak!
justru karena yang gue mau bahas sebenernya hubungan beda bidang. littman mengambarkan dunia kedokteran dan Hugo dunia mode yang gaul.
maksudnya itu. cuma jujur gue kesulitan menggambarkan tokok Klein dan Ruby yang dari dunia mode.
btw sempet banget nulis cerita lantaran sibuk coass yoa?
" Perdarahan? Dikepalanya?" tanyaku kaget.
" Ya. Anda bisa lihat bayangan putih disini-disini." dokter Adre menunjuk tempat-tempat yang ada bayangan putih dari foto kepala Klein.
" kira-kira perdarahannya jumlahnya..." dokter itu menatap laki-laki disampingnya. Dia memakai setelan seperti training baju olah raga berwarna merah.
" 10cc dok." saut laki-laki yang kupergoki tadi sedang memeluk Klein.
" 10cc, belum indikasi dilakukan operasi. Kami berharap dengan obat-obat yang antiperdarahan yang kami masukan akan menghentikan perdarahannya. Dan darah ini akan diserap sendiri oleh tubuh." jelasnya panjang lebar.
Tidak semuanya aku pahami tapi aku pasang wajah serius. Yang aku senang adalah tidak perlu dilakukan operasi.
" ada yang mau ditanya lagi?" tanyanya.
" jadi tindakan berikutnya apa?"
" sesuai keilmuan kami Tn.Klein harus dirawat. Kami akan melakukan CT-Scan ulang untuk melihat apakah perdarahannya berhenti atau belum."
Aku tidak bertanya lagi.
" baik bila ada apa-apa bisa mencari saya atau dokter muda Elmo." dokter itu menepuk-nepuk pundak laki-laki serba merah ini.
Elmo toh. Pantesan warnanya merah. Batinku.
" Lu mau dirawat di sini? Lu yakin?" tanyaku.
" Iya." jawabnya.
" Kok bisa gini sih. Lu ngapain tadi malem bisa-bisanya mabok pake naik motor sendiri." aku mau mulai ngomel.
" gue gak mau bahas..." bisiknya.
"okey. Fine." aku mengalah. " so you really want in this hospital?" tanyaku lagi, sambil pandangku menyapu sekeliling ruang ini.
" Yeh. 100%." dia tersenyum,tersipu sambil memandang laki-laki merah tadi. Siapa tadi. Elmo!
Aku mau membahas hal ini namun perawat datang untuk mengantarkan Klein ke ruangan. Aku pilihkan untuk Klein ruang rawat VIV.
" DOK! Bantu dorong." seru ke laki-laki merah itu. Hem... Aneh bukannya dokter atasan perawat kenapa perawat ini memerintah laki-laki merah ini.
" Sip Kak." jawab laki-laki itu antusias.
......
Sesampainya di ruangan kami berpisah.
" ELMO! Jangan lupa lu janji ngejaga gue ya." bisik Klein saat laki-laki serba merah itu pamit.
Aku menatap Klein ganjil. Klein menolak melakukan kontak mata.
Dia senyum-senyum sendiri.
" ada. Why?"
" Lets me see!"
" excuseme?" protesku.
" FINE! Forget it!" desisnya kesal.
" What wrong with you?" aku benar-benar heran.
" i need rest. Thx 4 coming."
" i will stay."
kami saling diam.
Seru, tpi nambah pengetahuan
Aku taun dpn pengen msk kdokteran, tpi ga dibolehin...
Jdi sdih...
gak boleh? Napa?
Jdi kyknya aku bkal ngambil fisika ato ga teknik