It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku sampai dirumah sekitar jam 11 an siang, Agus ternyata masih ada dirumah dan belum keluar. Melihat kedaanganku dia terkejut melihatku yang ternyata sudah balik kerumah gak seperti biasanya. Buru buru dia menemuiku dan mencium pipiku, aku peluk dia sebentar.
“Mas kok sudah pulang? Jam berapa ini? Biasanya jam 6 kok siang siang gini udah mudik”
“mudik mudik dari hongkong ah. Ini ada sedikit kabar buruk sayang”
“Apaan mas?” katanya
“Mas berhenti kerja, lebih tepatnya diminta berhenti”
“Kok bisa mas”
“Udah nanti mas ceritain, bisa minta tolong ambilin air minum gak? Air putih dingin aja ya”
Agus kemudian mengambilkanku air putih dingin di kulkas. Segar rasanya meneguk angin dingin setelah pikiran agak tegang. Aku kemudian duduk di sofa depan TV dan menyalakan TV, nyari hiburan ah, ada acara gosip aja kali yang sedang tayang. Akhirnya aku menemukan acara gosip yang disiarkan di salahsatu stasiun televisi. Sudah lama gak menikmati hidup kayak gini, sesekali membuang waktu buat hal hal yang gak penting ternyata ada kenikmatan sendiri didalamnya.
Agus kemudian meletakkan kepalanya dalam pangkuanku, aku tersenyum padanya. Aku melihat wajah yang sangat kuatir dari tatapan wajahnya. Aku tersenyum dan membelai kepalanya lembut, memainkan jariku di pipinya yang merona kemerahan dan halus. Aku sangat sayang padanya.
“Kenapa sayang, gak ada yang perlu dikhawatirkan kok”
“Tapi gimana dengan kerjaan mas, lalu kita nanti hidupnya gimana?”
“Gimana ya?” kataku sedikit bercanda
“Mas Damar, Agus serius” katanya merajuk
“Iya sayang, ya kita cuma harus sedikit mengencangkan ikat pinggang”
“Bukan cuma sedikit, tapi banyak. Lalu gimana mas nanti makan kita?”
“Aduh sayang, gak usah deh dipikirin itu, Agus tu mikirnya kuliahnya beres dan beres. Gak usah mikirin yang lain”
“Tapi Agus gak mau jadi beban mas, Mas Damar lagi kesusahan begini malah agus bersenang senang”
“Itu urusan Mas deh, kamu beneran gak usah mikirin masalah ini”
“Gak bisa, Agus mau kerja part time. Agus bisa diandalkan kok”
“Atau mas jual saja Agus pada om om, pasti laku mahal tu” candaku
“Mas Damar jangan bercanda” katanya berteriak
Bisa bisa aku jadi tuli deh mendengar dia berteriak. Ni anak kalau sudah ngotot paling gak bisa dibercandain. Aku gak mau dia mikirin masalah ini, karena ini bukan masalah dia. Semuanya baik baik saja kok gak seperti yang dia kira.
“Ya udah, kita jalan aja yuk, belanja belanja gitu” kataku
“Apaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa?”
“Kenapa sayang”
“mas sudah gila ya, lagi kesusahan gini malah mikirin belanja, Mas Damar stress ya?”
“Gus, kamu malah menghina mas ya, aku kasih pelajaran deh” kataku menggelitik perutnya, dia meronta ronta tapi tidak aku lepaskan.
“Makanya jangan nakal”
“Agus serius mas” katanya sedih
Langsung aku dekap dia, kudengar dan kurasakan tubuhnya bergetar dan isak tangis keluar dari bibirnya. Aku sangat gak sudi jika Agusku menangis kayak gini. Aku gak tahan melihatnya menderita.
“Cukup sayang nangisnya. Ok Ok, kalau Agus mau membantu mas, ada caranya. Mau gak bantu mas Damar?”
“Mau banget. Agus akan bantu mas Damar semampuku. Agus selama ini gak berguna bagi Mas Damar, makanya aku akan berusaha agar aku berguna bagi mas”
“Bagi mas agus lebih berharga dari apapun. Deal ya bantuin mas”
“Emang apa mas?”
“Nanti deh, aku minta bantuan yang sangat penting”
“Makasih ya mas, Agus senang kalau Agus berguna bagi mas Damar”
“Sekarang kita makan diluar yuk sayang, mau belanja juga, mas jadi pengen bikin nasi kari ni” kataku
“Ah, masssssssssssssssssssssss. Hemat hemat”
“Jangan cerewet deh ah, ikut atau mas tinggal. Aku mau undang mas Faisal kemari nanti malam” kataku
“Hmmmmm, yaudah deh, aku ikut saja sama mas Damar”
“Gitu dong jadi anak manis gitu, itu baru Agusnya mas Damar tersayang dan tercinta”
“Mas gombal ah” katanya
“Muahhhhh” aku cium bibir merah menggoda Agusku tersayang
Agus Side
Waduh, ternyata ada kabar buruk yang harus aku terima, mas Damar dipecat atau diberhentikan dari kerjaannya. Dan gara garanya adalah Risna, aku jadi merasa bersalah padanya. Kalau gak ada aku mungkin gak akan seperti ini dan mas Damar gak jadi kelaparan nanti. Aku gak tahu dan panik, aku bingung dengan kehidupan yang akan kami jalani kedepan, aku takut. Aku bukannya takut untuk gak punya apa apa tapi aku takut dia menderita.
Tapi dasarnya punya pacar yang stress gini, dipecat malah tenang tenang saja dan sekarang malah ngajak jalan jalan. Biasanya kalau aku diajak jalan aku pasti ingin beli coklat dan kue yang banyak, tapi sekarang aku harus berpikir seribu kali kalau mau minta ini itu padanya, aku takut semakin menjadi beban untuknya.
“Mas, kita beli bahan makanan aja ya, gak usah beli yang lain biar bisa menghemat”
“Mas mau beli kue kue kering juga sama buah. Emang kenapa sayang, kamu gak mau coklat seperti biasanya”
“Mas stress ya, udah gak ada pendapatan malah jor joran gitu” kataku kesal
“Jangan cerewet sayang, udah kalau mau beli ya beli aja, jangan sampai mati kelaparan lo ya”
Huuft, aku kesal, aku cemberut aja tanpa mengindahkan dia. Dia cuek aja, dan malah ambil ini itu seperti biasanya. Aku harus gimana ni biar mas Damar bisa dikasih tahu supaya gak beli lagi. Aku bingung. Gini deh kalau punya pacar keras kepala. Akhirnya ya aku ikut ikutan beli coklat yang banyak hehehe.
“Sayang, mas boleh minta tolong gak?” katanya
“Iya mas, ada apa ya?”
“Malam ini mas mau ada pembicaraan penting dengan mas Faisal, kamu bisa gak nginep di tempat Zack atau Jimmy?”
“Emang pembicaraan apa mas?”
“Ada deh, nanti kalau udah selesai aku kasih tahu”
“Mas ngusir Agus ni” kataku. Mataku sudah berkaca kaca.
“Enggak sayang, mana mungkin mas ngusir Agusku tercinta, soalnya mas nanti ngomongnya bisa sampai malam dan mungkin ada sedikit beda pendapat, jadi mas gak ingin Agus merasa terganggu gitu”
“Ya udah, aku telpon Zack aja ya, kayaknya dia ada dirumah. Aku mau minta dia jemput aku disini”
“Iya, nanti bawa baju aja sekalian buat kuliah besok, jadi langsung aja dari rumah Zack kamu ke kampus”
“Iya mas” kataku
Aku menghubungi Zack dan untungnya bisa. Kakakku yang satu ini akhirnya mau menjemputku jam 5 sore, hahahahah. Dia minta aku pake bajuyang bagus dan keren, katanya mau diajak jalan. Udah lama gak bareng sama Zack, eh kakak ding, aku mau manja manjaan ah sama dia.
“ Udah mas, jam 5 katanya mau dijemput”
“Ya udah, sini sayang” katanya
Aku mendekatinya dan dia memelukku dan membaringkan kepalaku di pengkuannya. Aku memandang wajahnya yang sangat menawan, mas Damar bisa membuat jantungku laksana berpacu. Aku sangat terpesona padanya, pada wajahnya, pada rupanya juga pada kebaikannya.
Yup, kami berdua sedang duduk di ruang tengah, di ruang TV yang biasanya jadi tempat kami nonton atau sedang bersantai. Aku sangat senang dan bahagia, aku ingin waktu berhenti sekarang.
“Sayang, mas mau tanya, beneran mau bantu mas ni?”
“Iya mas”
“Gak nyesel ya tapinya”
“Emang kenapa?”
“Ya gak apa apa, kan nanti Agus jadi berkurang waktunya buat main main” katanya
“Itu gak masalah buat Agus, yang penting bisa membentu mas Damar”
“Makasih ya sayang, mas sayang banget sama Agus”
“Sama mas, I love you”
Dia membelai rambutku, kemusian mengusap pipiku, aku jadi malu dan mukaku memerah (kayaknya sih hehehehhe). Tapi dalam keadaan kayak gini aku sangat sangat bahagia. Aku makin sayang sama dia.
Setelah beberapa saat dia kemudian memegang kepalaku dan mengangkatnya sehingga sekarang aku bersandar didadanya, aku merasakan ciuman lembut di kepalaku dan kemudian aku memandang wajahku. Tatapan matanya teduh dan menyejukkan hatiku tapi sekaligus membuat hatiku bergemuruh, aku sudah gak tahan lagi, aku cium bibirnya. Serasa ada kedamaian ketika bibirku menyentuh bibirnya, aku pejamkan mata dan kurasakan kebahagiaan disana.
Aku merasakan tubuhku diguncang guncang seseorang, aku maih ngantuk ah, biarin saja. Tapi kemudian aku merasakan ada sesuatu yang basah yang menyapu bibirku, aku langsung membuka mataku dan aku tahu siapa biang keladi semua itu, aku langsung lingkarkan tanganku dibelakang lehernya dan aku tekan agar kepalanya makin kebawah, aku ciuman yang makin panas dan sekarang ada lidah yang masuk ke mulutku. Aku dengan senang hati menerima semua itu. Lidah kami saling menari nari dimulutku membuat rasa hangat mengalir di seluruh tubuh dan aku segera terbangun sempurna.
Mas Damar kemudian melepaskan ciumannya dan kita berdua terengah engah, Aku ternyata tertidur diatas sofa, aku gak habis pikir ternyata aku tidut setelah mencium mas Damar (hahahhaha, jadi malu Ini jadi kebalikan cerita sleeping beauty dong).
“Sayang, mandi dulu ya. Katanya Zack mau jemput jam 5. Ini sudah jam empat seperempat lo”
“Masak sih mas”
“Iya, tu lihat aja jam didinding sono” katanya
Aku melihat jam dinding yang ada di ruangan dan ternyata sudah jam empat duapuluh. Aku langsung bangun dan bergegas mandi. Mas Damar hanya ketawa tawa melihat tingkahku yang mirip anak kecil ini (aku dah gede lo ya, jangan bilang aku anak kecil).
Aku mandinya gak lama kok, Cuma 25 menit saja hehehehhe, mandi yang lama biar bersih dan wangi. Selesai mandi aku pakai t shirt warna merah dengan kaos warna putih didalamnya. Kemudian celana jeans putih dan sepatu merah kupakai. Gesper merah juga gak lupa aku pakai, pokonya sore ini temanya red and white.
“Cerah bener ni, manis banget. Mau nginep atau mau ngeceng ni?” kata mas Damar
“Kan mau diajak jalan mas ama Zack”
“Jalan apa kencan, mas cemburu ni?” katanya
“Masak cemburu sih, Agus gak ngapa ngapin kok” kataku
“Kencan ni pastinya ya” katanya tiba tiba serius. Aku tiba tiba takut kalau dia marah.
“Enggak kok, beneran. Kalau mas gak ngijinin Agus gak jadi pergi aja deh, Agus nanti dikamar aja gak akan ganggu” kataku menundukkan kepalaku. Aku takut.
Mas Damar langsung memelukku dan mencium pipiku. Aku dipeluknya erat.
“Sayang, mas Cuma bercanda kok, jangan ngambek gitu deh” katanya. Aku lega rasanya, tapi aku tetap memeluknya dan gak kulepas.
“Zack sudah didepan tu, ayo temui dia”
Aku diam aja dan tetap diam memeluknya. Akhirnya dia mengangkatku dan menggendongku. Asik rasanya digendong mas Damar, rasanya seperti dilindungi dan aku merasa aman bersamanya. Sampai depan ternyata Zack sudah menunggu. Dia melontarkana komentar ketika melihatku digendong mas Damar.
“Waduh Gus, gak malu ni, katanya udah gede, masak masih minta digendong sih”
“Biarin” kataku sambil menjulurkan lidahku
Aku segera turun dari gendongan mas Damar dan kemudian aku mencium pipinya. Lalu aku menuju dimana Zack duduk dan memeluknya.
“Kakak pakabar?” kataku
“Baik dik, gak nakal kan?”
“Ih, emang Agus apaan nakal segala”
“Mas, aku ajak Agus jalan ya, palingan setelah itu nonton, lalu balik kok” kata Zack
“Tolong jagain Agus ya Zack, jagain jika ada yang gangguin Agusku yang paling imut” kata mas Damar
“Iya mas tenang aja kok. Manis bener kamu dik” kata Zack
“Iya adong, Agus gitu lo, harus manis dan ganteng, masak kalah sama kakaknya” kataku
“Iya deh” kata Zack
“Makan dulu atau gak ni sebelum berangkat?” kata mas Damar
“Ada kari enak lo kak, mau gak?” kataku
“Boleh deh, aku jadi pengen makan masakan mas Damar ni”
“Ya udah ayo makan dulu”
Kami bertiga lalu ke ruang makan dan makan, mas Damar cuma ikut nimbrung aja sih sambil ngobrol ringan, dia menunggu mas Faisal buat makan nanti. Gak tahu deh kenapa sampai manggil mas Faisal segala, moga aja gak mau nuntut2 segala gara gara dipecat, aku gak mau ribet dan rusuh.
“Kak, kok dari tadi pada ngelihatin kita sih?” kataku pada Zack
“Mana ku tahu, mungkin pada iri kali lihat cowok cowok ganteng”
“Ih, gak punya etika deh lihat cowok ganteng sedikit sudah pada heran, heran deh”
“Hahahahahahha, udah ah. Oh ya, kan masih ada waktu ni sebelum jam 11 malam, kita mau kemana ni? Kan tiket udah didapat”
“hmmmmmm, kemana ya asiknya?”
“Mau makan dulu gak?”
“iya kak, aku mau potato soup ni kak”
“OK, aku juga mau makan steak ni, pengen memanjakan diri kemaren kemaren Cuma dapat nasi bungkus di lokasi syuting”
“Ya udah ayo berangkat, jangan lama lama. Ayo ayo ayooooooooo”
Kami berdua sedang menikmati steak dan potato soup, juga french fries dan salad, ada juga orange jus.
“Dik, Tommy mana ni kok belum sampai sampai juga”
“Ya mungkin dandan dulu kali kak”
“Iya kali, luluran dan manicure padicure dulu kali” kata Zack
“hihihi, bencong dong kak”
Zack tertawa, tadi memang kami juga minta Tommy dan Putra untuk gabung, tapi Putra gak bisa dan Tommy akan gabung dan minta dibeliin tiketnya dulu. Gak beberapa lama kemudian Tommy datang, Keren banget malam ini dia. Serba hitam tapi kesannya gak sangar tapi cool.
“Ganteng banget Tom” kataku
“Biasa aja Gus, udah dapat tiketnya belum?”
“Beres, kamu mau makan apa, pesen aja dulu” kata Zack
“OK”
Dan Tommy pun memesan Steak dan lemon tea kesukaan dia. Setelah itu kami kembali ngobrol ini itu sampai akhirnya Zack menanyakan hubunganku dengan mas Damar.
“Dik, gimana sekarang dengan mas Damar?”
“Baik kak hubungannya, tapi sekarang kami sedang kena musibah”
“Ada apa emangnya?”
“Mas damar diberhentikan dari kerjaannya, aku bingung kak”
“Lalu gimana?” Tommy menimpali
“Kagak tahu”
“Tadi aku lihat mas Damar biasa biasa aja tuh” kata Zack
“Ya gitu aku juga gak ngerti, mungkin lagi stress kali dia sehingga kayak gitu, gak tahu dipikirannya gimana. Aku takut kak gimana nanti kedepannya”
“Emang kenapa kok dipecat?”
“Gak tahu pastinya sih, tapi katanya sih ada hubungannya dengan Risna”
“Risna? Siapa tu” kata Tommy
“Dia tu orang yang suka sama mas Damar, nah gak tahu gimana ceritanya waktu dia ultah dia bilang tunangan sama mas Damar dan semua orang dikasih tahu. Mas Damar nolak, tapi ternyata ayahnya Risna tu temennya bos mas Damar, mas damar dipaksa gitu tapi gak mau, jadi sekarang dipecat dia”
“Gak profesional banget” kata Zack
“Iya, ya udah semoga kedepannya ada jalan ya sehingga semua baik baik saja” kata Tommy
“Iya” kataku
“Nanti aku bilang papa deh, kali aja bisa ngebantu” kata Zack
“Makasih ya kakak” kataku tersenyum padanya
“Ih lucunya kamu dik” katanya mengacak acak rambutku dan mencubit pipiku
“Ahhhh, kakak jahat deh, berantakan ni” kataku pura pura kesan yang disambut ketawa sama mereka berdua
“Maaf deh adikku sayang” kata Zack dan kemudian mencium pipiku
“Ih, cium cium, bayar” kataku
“Hahahahhahahahahha” ketawa mereka berdua langsung keluar
Kami sedang tiduran bertiga di kamar Zack, aku ditengah lah ya. Setelah makan gak ada yang istimewa sih sebenarnya, yang ada setelah itu kami nonton dan kemudian balik kerumah Zack.
“Kakak, ngantuk”
“Ya udah tidur aja ya”
“Peluk, Agus gak bisa bubu kalau gak dipeluk”
“kolokan deh, nanti mas Damar marah lo”
“Enggak kok”
“Ya udah aku peluk aja mau gak” kata Tommy
“Mau mau” kataku
“Aku gak mau ketinggalan lo ya” kata Zack
Dan malam itu aku dipeluk berdua sama Tommy dan Zack, menyenangkan rasanya tidur dipeluk dua cowok ganteng. Jangan ngiri ya.
Hari ini rencana mau ngambil barang barangku yang ada di kantor untuk dibawa balik, lalu aku harus ngerjain kerjaan lain, banyak ternyata yang numpuk, kemaren baru diemail adikku. Aku harus fokuslah, masih banyak yang harus direncanakan untuk kedepan. Untuk masalah pekerjaan formal kayaknya gak terlalu susah buat dapat gantinya, aku sudah hubungi beberapa temanku dan nanti kalau ada kabar baik aku akan dihubungi. Tadi pagi juga ada telpon dari ayahnya Zack kalau dia mau meng hire aku, tapi kerjanya moving dari satu kota ke kota lain bahkan ke luar negri, jadinya aku pertimbangkan dulu, aku terus terang gak mau jauh dari Agusku. Mending aku gak ambil kalau harus berpisah terlalu lama dengan dia.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 siang, aku bertemu endah dan menanyakan surat pengunduran diriku dan semua sudah tersedia dan tinggal ditandatangani. Kemudian aku ke ruangan bos
“Pagi pak” kataku
“Pagi Mar, gimana? Sudah dipikirkan lagi?”
“Sudah pak, dan maaf aku tetap dengan keputusan semula, saya serahkan surat pengunduran diri saya dan sekalian pamit”
“Terserah kamu deh, dan aku ucapkan semoga kamu puas dengan keputusan ini. Oh ya, karena kamu sudah berjasa maka pesangonmu juga layak kamu terima”
“Makasih pak” kataku yang gak terlalu berminat dan aku kemudian berniat meninggalkan ruangannya.
“Kalau kamu keluar dari ruangan ini, sudah terlambat kalau kamu berubah pikiran” katanya
“Gak pak, saya gak akan berubah pikiran”
“Sayang sekali kalau begitu, seharusnya kamu bisa hidup lebih bahagia”
“Bahagia itu yang merasakan diri sendiri pak, bukan orang lain. Mungkin orang lain melihat sebuah hubungan itu harmonis dan layak menjadi contoh, padahal belum tentu semua itu benar. Bia saja itu hanya menutupi sesuatu yang busuk dan sangat sangat tidak membahagiakan. Saya gak ingin memiliki kebahagian palsu” kataku
“Terserah kamu Mar, tapi aku yakin kamu menderita karena keputusan ini, diberi kesenangan kok nolak, orang yang aneh”
“Makasih pak, tapi saya sendirilah yang mengetahui apa yang membuat saya bahagia”
“Yasudah, silahkan keluar dan jangan sesali keputusan ini”
“Gak mungkin pak aku sesali dan terimakasih atas semuanya”
Laangsung aku keluar ruangan dan aku menemui Endah. Aku segera ambil barang barangku dan aku keluar untuk menuju mobilku. Di luar aku keremu Risna, malas aku melihat tingkahnya yang sudah dilakukan padaku. Dulu aku menganggap dia sebagai adikku, sekarang aku gak anggap apa apa lagi dia. Tapi tiba tiba dia menghentikanku
“Kak, kenapa bawa barang barang kak”
“hai Ris, ini aku resign sekarang, jadi sekarang kita gak bisa ketemu lagi”
“Kak, harusnya kakak terima saja tawaran papa, pasti semua gak kayak gini, Risna sangat mencintai kakak”
“Maaf tapi aku gak bisa, aku gak mencintai kamu dan aku kasih tahu aku sudah mencintai seseorang”
“Siapa dia kak, apa dia lebih cantik dari aku, apa dia lebih baik dari aku, apa kelebihan dia dari Risna”
“Kelebihan dia cuma satu, dia lebih baik segala galanya dari kamu. Sudah ya aku balik dulu dan selamat bekerja” bisikku ditelinganya
Kutinggalkan Risna dan aku segera ke mobil, aku langsung pulang. Aku harus menyelesaikan semua dokumen yang dikirim adikku kemaren lusa, beberapa hari ini agak aku abaikan karena masalah kerjaan di kantor, tapi karena sudah agak lega maka semua bisa lebih konsentrasi mengerjakannya. Dan juga rencana ekspansi yang selama ini aku pikirkan kayaknya bisa mulai dijalankan, jadi aku harus konsentrasi sekarang, masalah kerjaan yang hilang, nanti aja dipikirin dan aku yakin gak lama lagi aku pasti dapat ganti yang lebih baik.
Aku sedang sibuk dengan dokumen, harus diteliti dan dikoreksi satu persatu. Cukup lama juga aku mengerjakannya, aku tersadar ketika Agus sudah masuk ke dalam rumah. Waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Aku tadi lupa masak, aku bingung harus gimana, aku merasa bersalah. Dia duduk dan mencium pipiku, aku langsung memeluknya dan kucium keningnya.
“Sayang sudah pulang ya”
“Iya mas, sedang ngapain”
“Ni sedang ngerajain dokumen”
“Dokumen apaan?”
“Dokumen yang dikirim adik, kan mas harus periksa dan rencanain semua”
“Apaan sih mas?”
“Ada deh, nanti kamu juga tahu. Gus, mas minta maaf ya”
“Minta maaf kenapa mas?”
“Mas tadi sibuk ngerjain ini jadi lupa masak, nanti Agus beli nasi goreng di tempat biasa aja ya buat makan berdua, nanti malam aku bikinin pasta deh”
“Asik, eh mas, Agus mau beli kebab aja ya, jadi nasgor nya satu aja”
“Terserah kamu sayang”
“Agus mandi dulu ya mas”
“Luph you sayang” kataku mencium pipinya
Agus segera mandi dan aku kembali sibuk melanjutkan kerjaanku.
Aku sedang memasak pasta di dapur, bikin simple pasta saja kok sebenarnya. Semuanya selesai dalam seperempat jam. Kemudian Agus dengan lahap memakannya. Aku sudah kenyang sih, tadi sudah makan nasi goreng, Agus juga sudah makan kebab tapi gak mungkin dia kenyang, jadinya aku bikinin pasta plus coklat panas buat dia, sedangkan aku menyeduh secangkir teh melati. Aku sesekali mencoba juga, ya makan yang ada di piring Agusku, minta suap gitu ceritanya dan Agus dengan senag hati melakukannya sambil ketawa ketawa.
“Sayang, mas kan kemaren minta bantuan. Masih ingat gak”
“Iya, apaan tu?”
“Jumat depan kamu ke jogja ya?”
“Ada apa?”
“Ada dokumen yang harus diantar dan mas mau kamu melakukan sesuatu disana”
“Apaan itu?”
“Kalau sudah disana nanti kamu tahu sendiri kok”
“Apaan?”
“Udah, kan biar kamu menebak nebak”
“Iya deh terserah mas”
“Tapi kalau disana jangan ngerepotin ibu dan bapak ya? soalnya disana masakan ala western gak pernah dibuat dirumah”
“Iya mas, Agus kan manjanya Cuma sama Mas Damar aja, kalau ma yang lain kan Agus dewasa hehehehehhe”
“Dulu waktu ke jogja dimanjain tu sama ibu”
“Iya sih, ibu mas Damar baik banget ya”
“Iya, bahkan anaknya sendiri dicuekin gara gara ngurusin kamu”
“Mas cemburu ya”
“iya dong” kataku
Aku peluk tubuhnya, aku cium aroma tubuhnya, aku sangat bahagia Agus berada disisiku.
“Sayang, mas bahagia Agus ada buat mas, jangan tinggalin mas ya”
“Agus yang harusnya berkata begitu, Agus tahu mas damar sudah banyak berkorban buat Agus, Agus akan beraa selamanya disisi mas”
“Makasih sayang, ya udah, sana bubuk dulu, mas masih mau ngerjain ini dan besok diserahkan ke mas Faisal biar bisa dibawa ke jogja jumat sore”
“Tidurin Agus dulu”
“iya sayang”
Aku segera menemani Agus ke kamar, aku peluk dia dan kuusap usap kepalanya. Gak beberapa lama kemudian suara nafasnya teratur terdengar dan dia sudah tertidur. Aku kembali ke ruang depan buat ngerjain kerjaan dan tugasku. Kayaknya begadang sampai pagi ni acaranya
lanjutannya jgn lama2 dong.....
Jgn Smp Gag Dtrusin bro...
Ntr Tmbh ancur reputasi ni situs gara" pd Gag Konsisten.
Agus Side
Aku sudah di rumah mas Damar di Jogja, asik juga sih bisa sekalian jenguk mertua (iatilahnya gitu loh hehehehhe), tadi di bandara dijemput pake mobil oleh bapaknya mas Damar. Lalu segera menuju ke rumah Mas Damar dan setelah sampai aku disuruh istirahat di kamarnya Mas Damar. Kamarnya bersih dan aku suka hehehehhehe.
Asik juga ni setelah sampai disini tapi aku ingin nelpon dia dulu karena aku dah kangen, langsung aku telpon mas Damar, aku sudah kangen sama dia dan pengen ketemu dia, ngalamat nanti malam gak bisa tidur ni karena gak ada yang peluk.
Segera sambungan telpon tersambung dengn Mas Damaarku tersayang
“Hallo Mas, Agus kangen”
“Iya sayang, kamu sudah dimana”
“Udah sampai ni, aku sudah sampai di rumah, tadi langsung disuruh istirahat dulu”
“Gimana kabar jogja?”
“Baik dan sehat semua, ibu nanyain tu kapan mas Damar balik”
“Nanti kalau ada kesempatan aku akan balik kok, sayang gak ada hambatan apa apa kan?”
“Enggak ada, perjalanan lancar, emang kenapa mas?”
“Ya gak apa apa, kali aja Agus mabuk udara kali?”
“Enak aja, emang agus cowok apaan?” kataku
“Cowok genit”
“Ih dibilang cowok genit, Agus ngambek ni”
“Ya udah cowok ngambekan deh”
“Ahhhhhhhh, mas Damar Jahat”
“Oh ya mas, Agus harus ngapain setelah ini mas?” lanjutku
“Kamu serahin dokumen yang titip pada adikku Winda ya, lalu besok kamu harus menghadiri acara penting, semua pakaian ada di dalam koper, sudah mas siapkan semuanya”
“Emang acara apaan?”
“Besok ada acara pembukaan pameran produk unggulan Jogja di JEC dan itu berhubungan dengan market luar dan domestik, Agus mewakili mas ya disana”
“Mewakili apa?”
“Kan mas punya usaha kerajinan handcraft yang memang ditujukan buat eksport, tapi kemaren kemaren mas tu cuma jadi pihak ketiga aja yang gak mengekspor secara langsung karena keterbatasan waktu dan mas ingin mengembangkan dulu yang pasar lokal, tapi karena permintaan untuk ekspor makin banyak makanya mas berencana mau ekspansi, nah Agus mas minta jadi pemimpin perusahaan nya mas?”
“Kok Agus?”
“Emang siapa lagi?”
“Kok bukan mas sendiri sih yang mimpin? Kan mas yang punya jadi yang jalanin semua itu harusnya Mas Damar”
“Mas masih ingin berada dibalik layar, selama ini mas ngejalanin semuanya dari sini dengan bantuan mas Faisal baik hubungan dengan kontrak maupunkontrol management, yang di sana kan tinggal jalan, semua rencana sudah dilakukan baik mingguan ataupun bulanan. Makanya mas sering sibuk dengan dokumen dokumen yang dikirim adikku, mas harus cek dan ricek semua, juga harus buat jadwal dan juga bikin kontrak kerjasama”
“Tapi kalau semua itu sudah dilakukan, kenapa Agus yang harus tampil”
“Aku gak mungkin sekarang menghandle semuanya, karena dalam 6 bulan kedepan akan ada eksebisi di jepang, belanda dan perancis. Aku gak mungkin terbang kesana, Agus yang harus lakuin buat mewakili mas Damar, tapi kalau untuk di Indonesia mas akan dampingi kok”
“Ahhhhhhhhhhhhhhhh, berat banget sih kerjaannya”
“Katanya mau bantu mas”
“Iya sih”
“Itu juga gak terlalu sibuk kok sayang, semua masih dilakukan dari sini, semua operasional sudah terjadwal. Jadi acaranya besok kamu ikut pameran, lalu malamnya kamu kunjungan ya ke beberapa sentral industri milik mas karena mereka harus tahu siapa yang memimpin sekarang, dan minggu kamu boleh jalan kemana paginya, sore balik ke Jakarta. Jangan lupa mas dibawain bakpia sama yangko ya”
“Mas, Agus takut gak mampu”
“Pasti bisa, nanti itu dibicarakan kalau Agus sudah balik ke Jakarta, sekarang istirahat dulu buat besok, nanti serahkan dokumen titipan mas ke adik dan kayaknya malamnya kamu akan dikenalkan ke beberapa kepala bagian, bukan sih tapi mandor gitu deh istilahnya dimana dia bertanggungjawab pada satu item produksi”
“Emang banyak ya”
“Ya lumayanlah, kan hasilnya bisa buat makan sehari hari kita”
“Ihhh, mas jahat deh, pantesan kerjanya shopping mulu”
“Kan juga kamu yang minta sayang”
“Kok Agus mulu yang disalahin, enak aja”
“Ya iyalah, makanya Agus tanggung jawab, jadi pemimpin disitu mewakilin mas, mas akan awasi lo tapinya, semuanya dibawah kontrol mas”
“Iya deh terserah mas Damar” kataku pasrah
“Istirahat dulu ya, ini mas juga harus nyelesein banyak hal disini, luph you Agusku sayang”
“Love you mas”
Aku bangun sore harinya, kemudian aku serahkan dokumen pada adiknya mas Damar, namanya mbak Winda. Setelah itu aku lalu mandi dan katanya nanti malam mau diajak pertemuan. Ada ada aja deh. Rencananya sih mau sama bapak tapi ternyata dia ada pertemuan desa jadinya sama mbak Winda.
Pertemuannya diadakan di rumahnya mas Damar, ada kira kira 25 orang yang hadir disana (kayaknya lebih deh) dan pertemuan diadakan di ruang tamu dan kami semua duduk di tikar.
Ternyata ini ya yang dilakukan oleh keluarga mas Damar, banyak item yang dihasilkan yang semuanya berjenis kerajinan, aku kagak ngerti sama sekali. Aku hanya melongo. Di situ dibilang aku adalah wakil mas Damar yang akan memimpin semuanya, dan kayaknya semua ramah dan tersenyum padaku. Peranku sih cuma disitu saja, kemudian satu persatu memberikan laporannya.
Waduh, berat nian ni tugas yang harus kulakukan, belum apa apa sudah pusing, tahu gini mending kemarin gak bilang apa apa (hehehhehehe, nyesel ni ceritanya), tapi ada kebanggaan tersendiri jika mas Damar memberikan kepercayaan padaku. Aku tahu ini usaha yang besar, dan memberikan kepercayaan pada orang lain adalah sesuatu hal yang besar, terlebih lagi aku bukan keluarganya (menantunya sih sebenarnya, hehehehehhe).
Acara berlangsung serius, ini adalah meeting (Pertemuan) bulanan yang membahas kesulitan dan rencana sebulan kedepan. Dan aku lihat semua baik baik saja (menurutku ya), semua dalam situasi yang nyaman. Ada sih beberapa kesulitan yang terlontar tapi bisa diatasi.
Jam sebelas malam acara selesai dan diakhiri dengan makan, ada gulai daging dan aneka kue. Asik ni, acara yang paling Agus tunggu tunggu ni, makan makan heheheheh. Dan setelah itu semua balik ke rumah masing masing.
Setelah acara kemudian Mbak Winda kemudian ngobrol sedikit denganku. Dia menanyakan apa yang tadi dibicarakan di acara pertemuan itu.
“Gimana gus?”
“Pusing mbak?”
“Tapi kamu sudah siap kan?”
“Siap gak siap”
“Besok ada acara di JEC, jam 8 kita berangkat ya”
“Iya mbak, tapi ngapain kita disana”
“Sebenarnya ada eksebisi saja kok, dan sudah ada buyer langsung dari sana nya, jadi kayak jual beli doang, tapi sistemnya kontrak gitu”
“Waduh, siapa saja yang disana?”
“Kebanyakan buyer dari luar sih, yang banyak memakai produk yang kita hasilkan memang dari luar”
“Wah, emang sudah lama mbak?”
“Kalau produksi sudah lama, ini kan dulu dari kakek, nah diterusin ke bapak lalu ke mas Damar. Sekarang bapak punya bisnis lain, dia lagi usaha kolam lele dan ikan mas dan juga ada usaha jual beli produk pertanian”
“Jadi semua diurus mas Damar?”
“Iya harusnya”
“lalu selama ini diurus siapa mbak, kan mas Damar di jakarta”
“Semuanya diurus mas Damar dari Jakarta kok, masak kamu gak tahu. Semua kontrak dan kontrol managemen diurus semuanya oleh dia. Dia masih belum mau balik ke sini, dia masih takut dan gak mau balik ke sini lama lama, masih trauma sama Aji”
“Iya, berarti mas Damar hebat dong”
“Ya gitulah mas mu itu heheheh. Dia sehat kan?”
“Baik kok dan sehat semua”
“Eh ini kok malah masih ngobrol, tidur Gus. Besok ada acara kan?” kata ibunya mas Damar yang tiba tiba ikut nimbrung. Lalu dia duduk disampingku.
“Iya bu”
“Damar gimana, baik baik kan dan gimana kerjaannya”
“Sehat bu, tapi kemaren dia dapat musibah, dia berhenti dari kerjaannya”
“Emang kenapa?” Kata mbak winda
Aku lalu ceritakan semuanya, aku gak akan menutup nutupi. Aku ceritakan tentang Risna dan pertunangan sepihak tersebut. Semuanya hanya senyum senyum saja.
“Lucu juga ya, tapi kalau beneran jadian asik lo ya bu”
“Hush, masmu gak akan melakukan itu. Dan juga sudah ada Agus ini kok ya”
“hihihi, becanda bu”
“Makasih ya bu” kataku senang
“Udah tidur dulu. Sebelum tidur minum susu dulu ya, sudah ibu siapkan di kamar. Oh ya, ibu minta jagain masmu ya, soalnya dia emosian, jangan sampai berbuat yang enggak enggak”
“Iya bu, aku pamit dulu ya mau tidur”
“Iya, besok mau dimasakin apa ni gus?”
“Masak gudeg manggar aja bu” kata mbak Winda
“Aku gak tanya sama kamu lo ya, mau dimasakin apa Gus?”
“Ih, ibu pilih kasih ni, kalau ada Agus pasti apa apa dikabulin” katanya tertawa
“Terserah ibu aja, semua pasti enak” kataku
“Wah, Agus pinta ni ngambil hati ibu, muji mujinya mantap” kata mbak Winda
“Enggak kok, semua enak kok, suer” kataku dan tanganku membentuk huruf V yang dijawab dengan ketawaan mereka berdua
Sudah beberapa hari ini aku berpisah dari Agus, biarkan dia tahu dan memang sudah saatnya dia tahu siapa aku yang sebenarnya. Sebenarnya tujuanku agar Agus yang mewakiliku memimpin usaha yang kumiliki, aku ingin dia bisa punya rasa bangga pada dirinya sendiri dan memiliki pengaruh dan setidaknya dihormati di rumahku sana.
Kemaren aku sudah ada kabar dari temanku ada lowongan tapi masuknya kira kira bulan depan, ada yang mau resign di kantornya karena mau pindah ke luar jawa bersama suaminya yang memiliki usaha disana, jadi aku bisa menggantikan dia dan sudah ngobrol ngobrol sih. Sedikit KKN sih tapi gak apa apa juga, yang penting kemampuanku sudah tidak perlu ditanyakan.
Urusan dengan mas Faisal juga sudah selesai, ada beberapa kontrak yang sudah selesai dan aku gak berminat meneruskan kontrak dengannya lagi, walaupun hubungan kami baik tapi aku merasa harga yang ditawarkan terhadap produk yang kami hasilkan terlalu kecil dan lagi ada penawaran yang nilainya lebih besar hampir 50%. Jadi aku ambil keputusan mengalihkannya.
Aku memang berencana melakukan ekspansi dengan melakukan eksport sendiri, tapi aku mau ekspor produk yang ekslusif, jadi merupakan produk baru, makanya aku gencar ikut eksebisi dan rencana eksebisi diluar gak bisa ditunda. Makanya aku memutuskan Agus untuk mewakiliku. Sebenarnya ada tim sendiri yang sudah aku bikin, tapi harus diawasi dan aku rasa Agus akan berperan sangat baik dan juga baginya bisa jalan jalan dan refreshing.
Aku ingin dia bahagia, aku ingin dia bisa mendapatkan sesuatu yang layak buat hidupnya. Aku hanya bisa sebatas ini memfasilitasi dan semoga aku berharap dia bisa melaksanakan semuanya dengan baik dan bertanggung jawab.
Hari ini Agus pulang, aku kangen banget sama dia, baru 2 hari gak ketemu sudah begini rasanya, aku benar benar sayang padanya. Dia rencana balik nanti malam sekitr jam 9 malam, jadi aku nanti menjemputnya.
Aku pengen nelpon dia dulu, mumpung masih pagi, aku mau ingatkan pesananku dan juga mau tahu gimana kabarnya dia. Segera aku ambil HP dan aku hubungi dia
“Hallo Gus”
“Hallo mas, muahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
“Pagi pagi dah ganjen, gimana asik kan disana?”
“Asik seh tapi capekkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk”
“hahahhahah, ya gitudeh, namanya juga kerjaan, pasti capek”
“Tapi repot mas, Agus belum tahu apa apa, Agus cuma lihat doang”
“Emang mas sengaja kok biar Agus lihat aja dulu apa yang akan menjadi kewajiban dan tugas Agus”
“Iya, tapi asik lo mas, kemaren waktu di JEC sempat ngobrol ma buyer jepang”
“Hahahhaha, oh iya mas lupa Agusku kan jago bahasa jepang dan mandarin”
“Udah agak kagok mas sekarang”
“Iya, nanti kursus aja kalo perlu”
“Iya mas, oh ya mas, Mas amar dapat salam dari ibu, katanya Agus disuruh jagain mas Damar”
“Masak sih?”
“Iya dong, katanya suruh ngingetin biar gak emosian”
“Emang Agus berani sama mas? Memang berani ngingetin gitu?”
“Enggak sih, tapi kalau gak mau diingetin ya Agus nangis aja, kan beres”
“Hahahha, waduh senjatanya nangis”
“Biarin”
“Hari ini acaranya mau kemana sayang, jangan lupa pesenanku ya?”
“Iya mas, tapi semuanya sudah diurus sama ibu, katanya hari ini aku mau diajak jalan”
“Emang mau kemana”
“Ke Suroloyo, katanya bagus”
“Bagus sih lihat aja sendiri”
“Iya pastinya dong”
“Jangan lupa bilang ke Winda suruh bawa satu set sovenir, kamu nanti kasih ke Zack, kan kamu sudah banyak dibantu dia”
“Iya, nanti aku mintain deh”
“Ya udah, sudah dulu ya, nanti mas bikinin egg mufin deh jadi nanti tinggal makan setelah sampai rumah”
“Apaan tu? Agus nanti pasti habisin deh”
“ Sejenis kue sayang. Ya udah off dulu deh dan met senang senang sayang, I love you” kataku
“Love you mas, miss you”
“Muahhhhhhhhhhhhhhhh” kataku
Aku lalu memutuskan sambungan dan bersiap siap mau bikin menu spesial buat menyambut kepulangan Agusku. Tapi siang nanti ada juga sih acara ketemu sama mas Faisal, katanya ada yang harus dibicarakan. Aku siap siap saja, jam 11 ketemuan dan setlah itu belanja dan mempersiapkan makanan dan jam 8 jemput Agusku tersayang.
Jam 11 siang aku sudah ketemu dengan mas Faisal di solaria, sekalian makan siang sih ceritanya. Sambil ngobrol santai aku memesan nasi goreng dan lemon tea, sedang mas Faisal sama juga cuma dia minumnya teh tawar. Kami asik ngobrolin tentang masalah kontrak.
“Mar, kemaren pak Jaya nego tu untuk memperpanjang kontrak, aku sih gak bisa apa apa semua keputusan ada ditanganmu”
“Malas mas nerusin, apa yang lebih tinggi kok yang mau, selain itu aku lagi males berurusan sama dia”
“Ceritanya dendam ni”
“Dikit sih”
“Hahahahhahaha, tapi dia mau lo menaikkan harga 30%”
“Malas ah, padi pihak yang baru saja berani 50% lebih tinggi juga kok”
“Tapi kan dengan pihak yang lama sudah baik koordinasinya”
“Sama saja mas, yang penting semua dilakukan dengan rancangan yang baik. Pihak yang baru ini sebenarnya sudah lama kok mau bekerjasama, tapi aku ada rasa gak enak sama pak Jaya, aku kan kerja di tempat adiknya jadi ya aku mau meneruskan kerjasama walau harga yang ditawarkan sudah berada dibawah standar”
“Ow, jadi sekarang akibat dipecat ni jadi dendam gini?”
“Sedikit sih, tapi aku mau move on aja kok dan ini hanya untuk produk ini saja, untuk produk yang baru rencana sih mau diekspor langsung gak lewat pihak kedua”
“Lebih ribet kan tapinya?”
“Iya sih, tapi sebanding kok dengan hasilnya”
“Ya sudah pokoknya aku ngikut aja kemauan clien, yang penting dibayar hahahahaha”
“Tenang aja mas, nanti kan aku juga harus tahu diri, pasti aku tambahin fee nya”
“Gampang kok kalau itu, oh ya pihak Pak Jaya ingin ketemu denganmu selasa depan?”
“Emang mau ngapain?”
“Mungkin mau ngomong sesuatu kali”
“Males ah mas”
“Harus datanglah, kalau mau mengakhiri sesuatu harus dengan baik baik. Harus profesional”
“Halah, adiknya aja gak profesional, mecat orang sembarangan”
“Ya, jangan mau meniru sesuatu yang buruk lah”
“Iya deh mas, kabari aja jam berapa ya”
“SIP deh, oh ya, Agustinus gimana kabarnya?”
“Baik, sekarang dari pulang dia ke Jogja, sekalian lihat yang disana ma ada eksebisi di JEC, jadi sekalian aja gitu”
“Hahahahahha, jadi beneran kamu ingin dia yang mimpin usahamu?”
“Ya gitu deh secara garis besar, tapi aku tetep awasi kok”
“SIP deh, semoga semuanya sesuai dengan yang direncanakan”
“Amin mas”
“Oh ya, setelah ini mau kemana Mar?”
“Mau belanja lalu balik, kemudian nanti malam jemput Agus”
“Aku juga mau balik ni, mau ke puncak bersama anak anak”
“Met liburan ya mas”
“Iya, senin sore udah balik kok”
Acara makan siang dengan Mas Faisal selesai dan aku langssung ke supermarket membeli kebutuhan yang diperlukan. Mau bikin egg muffin sama masak daging. Nanti deh dipikirin mau diapain, tapi paling gampang di panggang aja atau di masak asam manis.
Waktu sudah menunjukkan jam 9 mlm, aku menunggu Agus di bandara. Sudah beberapa saat aku menunggu dan dia akhirnya muncul juga. Senyum langsung merekah di bibirku ketika melihatnya. Dia yang menyadari adanya diriku langsung berlari kearahku dan langsung memelukku.
“Kangen mas” katanya
“Iya sayang, ya udah balik aja sekarang”
“Gendong”
“Gendong? Udah gede gini masih minta gendong di depan umum?, malu tu sama orang orang”
“Biarin aja, pokoknya gendong” katanya
“Iya iya” kataku
Akhirnya aku menngendongnya, menggendong seperti menggendong anak 5 tahun, tapi ini yang digendong bayi gede, Dia balik gak bawa koper cuma ada tas punggung aja yang kemungkinan besar berisi pesananku. Lumayan berat juga menggendong Agus sampai parkiran dan dilihat orang orang. Ada yang berbisik bisik ada juga yang cuek, kalau aku sih cuek aja.
Sampai di mobil kami segera masuk dan langsung aku menuju balik ke rumah. Tiba tiba HP Ku berbunyi.
“Gus, angkat dong, siapa tu yang nelpon”
“Iya mas”
“Dari siapa Gus”
“Hmmmmm” sambil cemberut wajahnya
“Kenapa cemberut sayang? Baru pulang kok sudah cemberut?”
“Ini dari Risna”
“Ow, angkat aja kalau Agus mau”
“Ogah” katanya
“Angkat aja dan di loudspeaker biar Agus denger yang diomongin”
Akhirnya diangkat juga dan diloudspeaker jadi terdengar jelas apa yang kami bicarakan. HP nya dipegang Agus
“Iya met malam Ris”
“Kak, Risna dah gak sabar ni buat pernikahan kita”
“Pernikahan apaan Ris, kita gak akan menikah kok, kan sudah kubilang kemaren aku sudah punya seseorang”
“Udah kakak gak usah egois, nanti kelaparan lo kan udah gk kerja lagi, tau rasa nanti”
“Aku kalau cuma buat makan masih mampu kok, gak masalah bagiku”
“Jangan sok gitu kak, kalau nanti menikah denganku pasti terjamin dan kerjaan kakak pasti balik. Kita akan punya keluaga yang bahagia, aku sudah gak sabar kak nunggu kita menikah”
“Jangan sok deh kamu, aku gak butuh kerjaan di tempat yang lama dan jika aku dimohon buat kembalipun buat kerja lagi disana aku ogah tu”
“Ih kakak jaim deh, aku tunggu ya kak di waktu pernikahan kita”
“In your dream. Mimpi aja deh kamu”
“Kita buktikan kakak, tanggal 10 bulan depan pasti kakak menjadi suamiku”
“Mimpi kali ye” kataku dan Agus langsung mematkan sambungannya
Agus masih diam, aku mengerti mungkin dia bingung dan gak tahu apa yang harus dibicarakan. Aku sih sebenarnya gak peduli padanya. Bagiku Risna gak ada, udah kuanggap musnah dia.
“Sayang marah” kataku
“Ennggak, Agus Cuma bingung apa sih maunya perempuan itu?”
“Biarin aja sayang, kita gak perlu mikirin kenapa dia begitu. Yang penting AGus dan mas tetap bersama dan gak akan ada yang memisahkan kita”
“Iya mas, makasih ya sudah memilih Agus”
“Mas yang harusnya terimakasih, Agus dah sabar sama mas yang emosian gini”
“Iya, mas tu memang emosian, galak dan menyeramkan. Menakutkan pokoknya, harimau aja kalah galaknya sama Mas Damar”
“Wait, kok ngomong gitu”
“Hahahhahahhahahhaha” katanya
“Sayang, kamu mandi dulu lalu makan ya nanti”
“Iya mas, tapi Agus gak laper banget ni”
“Ya udah ngemil kue aja, ada egg muffin tu yang tadi mas buat”
“Iya, Agus mandi dulu ya, kalau mau ngintip Agus yang sexy sedang mandi gak apa apa kok, dipersilahkan dengan senang hati”
“Ngapain ngintip, mending ngelihat aja sekalian. Rugi kalau cuma ngintip gak bisa pegang pegang dan raba raba kalau pengen”
“Silahkan aja kalau mau lihat, tapi gak boleh tergoda ya dan jangan pegang pegang”
“Ya kalau itu sih gak jamin ya” kataku
“Mas Damar omes” katanya sambil menjulurkan lidahnya
“Udah mandi sana, gak jadi mandi nanti kalau becanda mulu”
“Iya masku tersayang” katanya dan mencium bibirku sekilas dan berlalu menuju kamar mandi
Aku segera ambil tas yang tadi Agusku bawa dan buka, isinya sebagian makanan, lumayan banyak bawanya. Ada bakpia dan yangko, lumayan buat camilan ni. Juga ada buah duwet, apa apaan ni anak bawa duwet segala, tapi jadi nostalgia ni sama buah satu ini, segera aku cuci dan aku tarud di wadah dan kumasukkan dalam kulkas.
Aku ambil piring dan kuisi dengan bakpia dan yandko, lalu satu piring lagi berisi muffin dan mayonaise. Juga kusiapkan susu coklat untuknya dan teh hijau buatku. Gak beberapa lama Agusku keluar dan sudah segar, aroma sabun dapat kucium di tubuhnya.
Agus segera mendekatiku yang sedang duduk di sofa ruang tengah, mau nonton TV sih nyari acara olaraga. Agus lalu meletakan kepalanya didadaku. Aku cium keningnya.
“Dimakan ni sayang muffinnya” kataku
“makasih ya mas” katanya dan mulai masuk tu maffin ke dalam mulutnya. Aku juga makan bakpia
“Gimana di jogja, ngapain aja?”
“Gak ngapa ngapain sih mas, tapi tadi siang ke suroloyo atau apaan gitu, Bagus lo”
“Lihat apa disana?”
“Disana bisa lihat kota jogja dan magelang, keren pokoknya
“Kalau mau kesana harusnya tanggal satu suro, rame disana, ada acara sesajen atau apa gitu deh, jadi banyak yang datang kesana dan meriah banget”
“owww, kesana ya mas kalau pas satu suro”
“Boleh deh, nanti kesana kalau sudah tanggal satu suro”
“Makasih ya mas”
“Setelah dari sana kemana lagi sayang”
“Gak kemana mana sih mas, cuma ke malioboro bentar, tapi gak beli apa apa”
“Emang kenapa?”
“Males aja gak pengen apa apa, Agus kangen ma Mas Damar sih, kangen banget”
“iya iya mas juga kangen sama kamu, kalau perginya sama mas males gak?” tanyaku
“Kalau itu lain ceritanya”
“Ya sudah yuk bubu, Sayang capek kan?”
“Iya mas, ayo bubu”
“Sikat gigi dulu ya”
“Iya mas”
Aku cium pipinya, lalu hidungnya, lalu bibirnya. Kemudian aku cium perutnya
“Mas kangen banget sama Agus” kataku
“Iya mas Agus ngerti kok, udah Mas sembahyang Isya dulu sana”
“Iya sayang” kataku
“Mas, selama Agus ke jogja gak ada apa apa kan” katanya Sekarang dia ada dalam pelukanku, kita berdua sudah berbaring di ranjang
“Gak ada sih, gak ada apa apa, emang kenapa?”
“Kirain si RIsna bikin ulah”
“Kalau dia gak usah dipikirin, oh ya kayaknya bulan depan mas dah dapat kerja lagi ni
“Mangnya buat apa sih kerja, emang belum cukup ya dari bisnisnya yang dinimili Mas Damar?”
“Ya buat kegiatan aja sih, mas pengen kerja kantoran soalnya”
“Ada ada aja deh, dasar orang aneh”
“kok ngatain mas aneh ni
“Emang mas, udah ah ayo bubu”
“Iya sayang, sudah tidur ah, gak ada gunanya ngomongin cewek itu, yang ada hanya kita berdua pokoknya”
“Love you mas”
“Love you Gus”
@fabolous16, udah dilanjut ni
@Adam08 dan @idans_true, Agus mkn manja tu, bungkus aja sana
emang knp @CoffeeBean?