It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@4ndh0 sip
@Adam08 thx bro.
@andilim hehe. Sory y.
@Ajipermadi81 apa th mksdny titik2 ?
@kurokuro oke
@kiki_h_n thx
@The_jack19 ternyata ap masbro?
@adacerita crita qm jg bgus..hhe
@alfaharu silahkn menebak bg pembaca. Gak seru kalo dksh tau.
"Sekarang nggak kan?"
"Aku bakal marah beneran kalo pertanyaannya itu lagi,"kata Levy.
Aku nyengir.
Levy geleng-geleng kepala.
"Thanks Sayang,"ucapku diiringi senyuman manis.
Levy membalasnya dengan tatapan sayang.
Kami berdua lantas berpelukan erat. Kupejamkan mata di dalam dekapan Levy. Kucium aroma tubuhnya yang wangi. Kudengarkan hembusan nafasnya yang mengalir berirama. Aku bahagia memiliki Levy. Sungguh bahagia.
***
Hmm...ada beberapa permintaan pertemanan, pemberitahuan teman yang berulang tahun serta pemberitahuan teman-teman yang men-tag ku dalam foto mereka.
Aku bukanlah orang yang gila Facebook. Aku membuka Facebook hanya seperlunya saja. Berinteraksi dengan teman-teman yang benar-benar kukenal dari Sekolah Dasar sampai Sekarang. Tak heran jika jumlah temanku hanya sekitar 400-an. Tidak seperti teman-temanku yang lain yang jumlah temannya mencapai 4.650-an. Bagiku tidak ada bedanya memiliki teman yang banyak di dunia maya ini. Toh sebenarnya yang benar-benar aktif berinteraksi dengan kita tidak lebih dari tiga puluh orang saja kan? Selebihnya kita tidak tahu sama sekali siapa mereka. Bahkan aku yakin ada teman yang tidak pernah bertegur sapa sama sekali dengan kita lewat wall, pesan atau komentar status.
Ya sudahlah, itu hanya pendapatku saja.
Oh ya, jejaring sosial yang kuikuti juga cuma facebook. Aku tak memiliki account di Twitter, Google+, Youtube, Myspace dan lain-lain.
By the way soal jejaring sosial, kenapa aku tidak cari tahu saja sosok Helen di Facebook? Rata-rata semua orang sekarang sudah memiliki account di sana. Kemungkinan besar cewek ini juga punya.
Ya, ya. Coba aku cari.
Aduh, begitu banyak account yang memiliki nama Helen.
Pencarian seperti ini tak efektif jika tidak menuliskan nama lengkapnya. Sayangnya aku tidak tahu siapa nama lengkap cewek itu. Dandy pun tidak menuliskan nama lengkapnya.
Kembali kuketik sebuah nama. Kali ini Helena. Siapa tahu saja nama depannya itu Helena kan? Hhe.
Hasilnya tetap saja sederet account yang keluar.
Aku menghentikan pencarian dengan cara seperti ini. Ini tidak akan membuahkan hasil.
Cari dengan cara apa lagi ya?
Aku mengetuk-ngetuk jidat berharap ada ide cemerlang yang melintas di otakku.
Ah, kenapa tidak mencari melalui Account Dandy saja? Kalau Helen punya FB, tentu Dandy sudah menjadi temannya. Kemungkinan besar mereka juga sering berinteraksi.
Aku langsung mengetik nama Dandy Supraja di mesin pencarian. Account milik almarhum temanku itu langsung terpampang.
Aku menghela nafas sejenak. Selintas kembali tergelar dalam ingatanku rupa Dandy. Sederet kenangan yang pernah tercipta serta gelak tawanya yang riang kembali terngiang dalam otakku.
Dandy sahabatku, semoga kau tenang di sana...
Kuteliti satu per satu nama pengirim di wall Dandy. Berharap nama Helen ada di antara mereka. Sayangnya Nihil!
Aku kemudian beralih pada daftar teman-teman Dandy. Tapi setelah melihat jumlah temannya yang mencapai seribu, aku langsung mengurungkan niatku. Tidak sanggup rasanya jika harus mengecek nama itu satu persatu.
Aku menarik nafas dalam-dalam. Susah banget sih cuma ingin mencari satu orang saja?
Alih-alih kembali memikirkan cara lain, aku justru membuka album Foto milik Dandy. Foto yang ia unggah cuma sedikit. Hanya terdiri dari 8 foto profil dan selebihnya foto-foto bersama dengan teman-temannya yang lain termasuk denganku.
Aku membuka foto itu satu demi satu yang membangkitkan kenanganku akan sosok Dandy. Kebanyakan foto-foto itu adalah foto Dandy bersama teman SMA dan kuliahnya. Hanya ada beberapa foto saja yang bukan. Sepertinya hasil foto kamera yang discan. Salah satu foto itu adalah foto Sutera. Foto itu sama persis dengan foto yang ditunjukkan Meyda kemarin padaku. Selain itu ada pula foto lama lainnya yang tak satu pun dari mereka yang kukenali kecuali Dandy sendiri.
Di salah satu foto yang menampilkan Dandy berseragam putih-biru bersama dengan beberapa temannya, ada satu orang yang menarik perhatianku. Ia sangat berbeda dengan para cowok yang ada di foto. Rambut kecokelatannya model belah tengah, jangkung dan mimik wajahnya terkesan dingin. Matanya menatap tajam ke kamera. Bibir tipisnya ditekuk sedikit ke bawah dan kulit wajahnya yang putih nampak kaku. Ia tak ubahnya seperti patung es. Tidak seperti teman-teman Dandy dan Dandy sendiri yang menampilkan ekspresi ceria.
Gayanya yang dingin itu terkesan misterius. Tapi wajahnya sangat tampan. Tampannya pun unik. Tidak seperti ketampanan cowok pada umumnya. Ia memiliki ketampanan yang sulit untukku lukiskan.
Siapa nama cowok ini?
Aku melihat keterangan foto:
Dandy Supraja bersama Lutfie Ferdiansyah, Riko Tengen, Pupung Bagedut, Rony Simaremare.
Aku membuka nama-nama yang berbagi foto bersama Dandy itu. Tapi hasilnya, mereka semua bukanlah pemilik wajah tampan itu.
Rasa keingintahuanku makin menjadi. Akh, kenapa pula aku harus mengacak-acak album foto milik Dandy ini sih? Helen aja belum jelas gimana penampakannya, eh sekarang malah ditambah satu cowok lagi. Tahu wajahnya, tapi tak tahu namanya!!
Aku jadi pusing sendiri.
Aku pun menyudahi berselancar di halaman Facebook setelah menulis status:
"Looking for Some1..."
***
@alfaharu : aku udah coba cari kayak gitu di FB temanku bro. Gak bisa. Cuma kalo kita cari teman dr FB kita sendiri baru bisa search melalui huruf awalan. Bahkan bisa H> Ha > He.
Gak tau juga sih, sebab aq cari lewat HP.
Aku dan teman-teman sekelas membuat rencana untuk acara menyambut tahun baru. Kami akan berkumpul di sebuah tempat perkemahan di pinggiran kota Crp. Kami akan mengadakan api unggun dan acara bakar jagung dan barbeque-an.
Jam setengah sembilan malam, sesuai janji, aku datang ke tempat acara sambil membawa tikar.
Saat aku tiba, lokasi masih sepi. Maklum, cuma kami saja yang memilih tempat ini. Kebanyakan orang merayakan malam tahun baru di lapangan Olahraga di tengah kota. Sebab di sana banyak pertunjukan. Tapi karena setiap tahun acaranya seperti itu-itu saja, makanya kami membuat acara sendiri yang jauh dari keramaian.
Kayaknya teman-teman belum pada datang nih. Wah, aku terlalu cepat nih. Tapi tak apalah. Lebih baik aku menunggu di lokasi saja. Sekalian langsung menyalakan api unggun.
Lampu jalan bersinar redup menerangi langkahku menuju ke sana. Semakin dekat dengan lokasi acara, kulihat ada api unggun yang sudah dinyalakan. Hmm..berarti sudah ada teman yang datang lebih dulu.
Aku melangkah lebih cepat. Saat aku sampai, ternyata ada seseorang yang duduk sambil menatap api unggun.
Aku menyipitkan mata. Saat kukenali wajahnya, aku sedikit terkejut. Ternyata dia Helen.
Helen menoleh.
"Kamu sendirian?"tanyaku sambil membentangkan tikar.
Ia mengangguk.
"Kok cepat amat? Gak takut sendirian di sini?"tanyaku lagi sambil memperhatikan sekeliling yang sunyi dan temaram.
"Nggak kok,"jawabnya singkat.
"Kenapa nggak bilang sama aku dulu kalo mau ke sini? Kan kita bisa pergi bareng,"kataku sedikit menyesali kepergiannya tanpa memberitahuku dulu.
Helen tersenyum kecil.
"Kalo ada apa-apa gimana?"
"Tapi kan aku baik-baik aja,"jawabnya.
"Seandainya..."Kataku.
Helen berdecak.
"Ayo duduk di sini,"kataku sambil menarik lengannya. Aku risih melihatnya duduk sambil memeluk lutut. Ia seperti anak Ayak kehilangan induk.
Helen manut saja. Ia duduk di sampingku sambil mendesah berat.
Aku menatap wajahnya lekat. Ada apa dengan Cintaku ini? Apa dia punya masalah?
"Kamu kenapa? Kok manyun aja?"
Helen bergeming. Ia tak menjawab ucapanku. Bahkan bisa jadi ia tak mendengar pertanyaanku barusan.
"Hey...jangan ngelamun!"tegurku sambil menepuk bahunya.
Helen tersentak.
"Kamu ada masalah, Len?"
"Enggak..."
"Aduuh, kok mau menyambut tahun baru malah loyo begini? Semangat dong...!"kataku.
"Hehe...aku cuma merenung aja. Mengingat apa yang sudah terjadi setahun belakangan ini,"terang Helen.
"Ooo..."
Kami kemudian membisu. Hanya bunyi keretak kayu yang terbakar dan suara jangkrik yang tertangkap kuping.
"Suthe kamu ajak ke sini, Dan?"tanya Helen kemudian.
"Nggak,"jawabku disertai gelengan. "Dia ada acara juga bareng teman sekelasnya di pantai..."
"Coba ya kalo kalian satu lokal, pasti bisa merayakan tahun baruan berdua,"komentar Helen.
"Hehe...habis tahun baru aja,"kataku.
"Bukan merayakan tahun baru namanya,"kata Helen.
"Nggak apa-apalah."
Helen tersenyum tipis.
Akh, aku gemas sekali melihat bibir merah basahnya itu!
Helen menoleh sejenak lalu membuang pandangan lagi ke api unggun.
"Gak iri sama yang lain..."godaku.
Helen terkekeh.
"Entahlah, Dan. Aku kok nggak antusias ya sama yang begituan..."
"Hah? Kok bisa? Gawat tuh!"
Helen tersenyum simpul.
"Atau jangan-jangan kamu kecewa ya?"
"Kecewa? Maksudnya?"
"Ada seseorang yang kamu taksir, tapi dia gak suka sama kamu, terus kamu patah hati dan trauma,"tebakku.
"Enak aja! Nggak lah...,"bantah Helen.
"Kalo gitu kenapa gak antusias? Semua orang butuh cinta lho..."
"So pasti. Aku juga butuh cinta. Cuma yang kita omongin inikan soal pacar. Nah, pacaran ini yang aku belum mau."
"Masa ciihh...??"godaku sambil mencondongkan wajah ke arahnya dengan mata mengerling nakal.
"Egh...!"desis Helen sambil mendorong wajahku.
Aku langsung menangkap lengannya. Kubiarkan telapak tangannya yang lembut tetap di pipiku.
Waktu tiba-tiba terasa terhenti.
Aku dan Helen bertatapan.
Saat kesadaran menguasai diri, Helen buru-buru menarik lengannya dari genggamanku.
Kami berdua salah tingkah. Dadaku berdebar keras. Ada begitu banyak yang ingin kuucapkan padanya, tapi lidah ini menjadi kelu.
Benakku membuncah. Rasa cintaku kembali naik ke ubun-ubun.
Sumpah, aku benar-benar mencintainya !!!
(..)
@alfaharu : thx bro infony. Nice info, hhe.
Hmm...sepertinya Helen menyimpan rasa sama Dandy. Kalau tidak, kenapa pula ia harus salah tingkah?
Aku langsung membuka halaman selanjutnya. Masih berharap Dandy akan menuliskan lanjutan malam romantisnya bersama Helen. Sayangnya, cerita itu hanya berhenti sampai di situ saja.
Aku kemudian beranjak ke dapur untuk menenggak air putih barang segelas. Tenggorokanku terasa kering meskipun membaca dalam hati.
"Eh, tumben kamu bisa betah di kamar sendirian, Dul?"tegur Kak Ilham yang keluar dari kamar mandi.
"Bukan urusanmu, Jo' !"jawabku.
"Wueee.."seru Kak Ilham sambil mendorong kepalaku saat ia melintas keluar.
"Edan!"balasku kesal.