It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Kenapa?"
Aku menggeleng pelan.
"Wajah kamu itu lho Say..."ujar Levy sambil berjalan ke arah kursi kami tadi.
Aku berjalan mengikutinya dari belakang.
Entah mengapa hatiku tiba-tiba terasa dingin dan hampa. Serasa ribuan es mengguyurinya. Seakan-akan kehangatanku terbawa oleh cowok tampan itu tadi.
Aku menghela nafas berkali-kali. Berharap kehampaan ini segera pergi. Aku lantas menatap wajah Levy lekat-lekat. Berharap secercah sinar matanya mampu menghangatkan relung hatiku lagi.
"Hey, kamu kenapa sih?"tegur Levy.
"Kamar mandi di mana?"aku balik bertanya.
"Kamu kebelet?"
"Mau cuci muka..."
"Oooh. Numpang aja sama kedai-kedai itu, Sayang."
Aku mengangguk dan berdiri.
"Mau aku antar?"
"Gak usah,"tolakku.
Aku pun berjalan cepat menuju ke sebuah kedai dan mohon permisi menggunakan kamar mandi mereka.
Setelah sang pemilik menunjukkan tempatnya, aku langsung berjalan masuk.
Di dalam, aku langsung mengeluarkan HP dari saku jeans. Sedari di luar tadi hatiku terus mendesak ingin menatap wajah cowok tampan itu. Seolah-olah wajah itu akan berubah buruk rupa jika tak kuperiksa sekarang juga.
Jantungku berdebar keras. Bahkan yang terdengar di kamar mandi sempit ini hanyalah debar jantungku. Dengan cepat kubuka HP dan menatap wajah cowok tampan itu yang sampai sekarang fotonya masih menjadi wallpaper HP-ku.
Jantungku berdebar lebih keras lagi. Hatiku serasa ingin meledak. Tuhan, apa maksud semua ini? Kenapa aku berlagak seperti orang gila?
Tok! Tok!
Aku tersentak.
"Permisi..., ada orang di dalam?"
seseorang ingin menggunakan kamar mandi ini rupanya.
"Ada. Se-sebentar..."jawabku sambil buru-buru memasukkan HP ke tempat semula. Setelah itu kuambil air segayung lalu kusapukan ke wajahku. Airnya yang dingin terasa segar menyapa kulit mukaku. Setelah itu aku buru-buru keluar kamar mandi.
Orang yang mengetuk pintu tadi tersenyum padaku. Seorang lelaki setengah baya. Aku pun membalas senyumnya lalu langsung melangkah ke tempat dudukku bersama Levy.
Lanjut lagee..