It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“bay..tolong ambilin kunci pas 13 donk..” pinta Eza.
Aku lalu ngasih dia kunci yang diminta.
“bay, 17 juga”
Aku dengan malas ngambil dan kukasihkan lagi lalu kembali dengan hapeku. Aku cekikikan sendiri. Ternyata Azka orangnya gokil juga..
“heh, lo niat kerja gak sih..?” kata eza ketus.
“apaan sih?” kataku lebih ketus.
“bantuin gua napa?”
“iya iya..cerewet ah..” kataku lagi mulai dongkol lalu memasukkan hapeku ke saku celanaku.
“smsan sama siapa sih?” tanya dia sambil mengencangkan baut.
“azka.” Kataku sambil senyum-senyum.
“huh. Yadah, kerjain sendiri nih” katanya lalu melengos pergi.
Aku hanya melongo. Kok marah-marah sih? Biasanya juga dia kerja sendiri, dan aku juga biasanya Cuma disuruh ngambil kunci doank...aneh deh. Tapi mungkin lagi ada masalah dan belum sempet cerita ke aku..
Aku dan azka pacaran baru beberapa hari. Dan sekarang dia sudah di Bandung lagi untuk kuliah. Paling kami sms sama telpon-telponan saja. aku memang tak terlalu suka dengan situs jejaring sosial. Terlalu show up menurutku. Kita curhat ke semua orang, berantem, yah...tapi itu kan kembali ke masing-masing orang.
“mo, popo gawe dulu ya.” Itulah sms yang kukirim ke dia.
“iyyya, ati-ati po..^_^” balasnya.
Aku lalu melanjutkan pekerjaan yang tadi ditinggalkan sama Eza. Aku sejenak berpikir, kok belakangan sikap Eza jadi berubah sih? Apa benar kata azka, dia suka sama aku. Tapi, kita kan sama-sama cowok? Masa cowok sama cowok pacaran? Ato mungkin karena dia orangnya pendiam, dia ngerasa dicuekin sama aku terus ngerasa kesepian? Ah, mendingan aku cariin pacar aja buat dia. Kalo tempo hari emang gagal, tapi sekarang aku kan punya channel, aku minta cariin aja sama Azka. Sip lah. Kalo ntar Eza pacaran sama temennya Azka, kan kita bisa double date. Cihuy..
Aku lanjutkan lagi kerjaanku. Kubuka baut L (allen) no.5, kuganti target sensor deteck material yang patah, kukencangkan lagi. Kucoba pasang material, ku-operate mesin dan hah? Kok masih belum mau ngambil material ya? Hmm..apanya sih..kucoba perhatikan panel instrument gada masalah. Apanya ya? Ah, mendingan kupanggil eza aja.
“eza monitor eza..” kataku lewat HT (handy talky)
“eza masuk.”
“za, ini tien Jin 5 gak mau loading material za..”
“kenapa?”
“tadi kan udah dipasang targetnya. Tapi masih gak mau..”
“coba cek dulu di OP (operation Panel).”
“terus?” aku bingung.
Aku memang belum familiar dengan mesin ini. Dan yang paling sering ditunjuk melakukan perbaikan ke mesin ini itu Eza.
“liat di panelnya, kan ada lampu indikator disitu, ada yang mati gak?”
“hmm..bentar..iya, ini kok indikator sensornya nyala?”
“itu berarti sensornya sudah on (aktif) duluan. Mestinya on kalo udah kena ke target. Setting lagi jaraknya. Proximity type itu jaraknya sekitar 5mili.”
Lalu kulihat jarak sensor dan targetnya memang terlalu mepet. Kemudian kucoba setting jarak sensor dan targetnya dan akhirnya lampu indikatornya mati.
“oke za, udah mati. Thank ya..” kataku
Fyuh, baru trouble gitu doank aku dah kebingungan. Aku kepikiran Eza lagi. Dia lagi dimana ya? Pikirku. sekarang aku harus temuin dia. Lalu kuraih HT-ku dan ku contack dia.
“Eza monitor Eza..”
“masukkk..”
“10.2?” 10.2 (sepuluh dua adalah kode untuk menanyakan posisi sedang ada dimana)
“kerangkeng” (ruanngan engineering, disebut kerangkeng karena dindingnya tidak tertutup rapat)
“ditunggu di tien jin 5..” kataku.
“oke..46 (kode untuk merapat)” balasnya.
Lalu aku duduk di safety bar (batang besi yang dipasang di depan mesin sebagai penghalang bila ada benda seperti forklift agar tidak menabrak mesin). Padahal sebenarnya duduk diatas safety bar itu dilrang. Tapi apa boleh buat, bukankah peraturan itu dibuat untuk dilanggar? Hehe
“ada apaan sih?” tanya eza masih ketus.
“sini aja, kita ngobrol.” Kataku sambil menarik tangannya. Dia lalu ikut duduk di safety bar.
“kok lo ngeliatin gua kayak gitu?”
“hehe. Kalau diliat-liat lo cakep juga ya?” kataku usil.
“apaan sih? “ katanya. Kulihat mukanya mulai memerah.
“beneran..” kataku. Wajahnya semakin merah dan terlihat semakin imut saja.
“pasti ada maunya nih..” selidiknya tajam.
“haha. Elo tuh suuzon mulu. Gua mau nanya nih..boleh gak?”
“nanya paan?”
“lo setuju gak gua jalan sama azka?”
“hah?”
“iya. Lo setuju gak gua jalan sama Azka?”
Dia tampak kikuk dan sedikit gelagapan. Wah, banar. Jangan-jangan dia beneran suka sama aku. Gaswat nih.
“hallohhh..” kataku sambil mengibas-ngibaskan tanganku ke depan wajahnya.
“eh iya..apa tadi?”
“hoam..ketik C spasi D, cyape de..lo setuju gak gua pacaran sama azka?”
“ya..setu..ju..” jawabnya sambil menunduk.
“tapi kok mata sama wajah lo berkata lain..?”
“ma makksud lo apaan?” katanya gelagapan.
“hehe. Jangan-jangan lo suka ya sama gua..” kataku sambil menaik-turunkan alisku. Dan dia semakin gelagapan.
“apaan sih..mana mungkin lah. Kalopun gua homo juga lo tuh pilihan paling terakhir..”
“hah, lo homo?” kataku pura-pura kaget.
“hah? Bukan..maksud gua kalo misalnya..”
“wah..baru tahu gua kalo lo homo. Ckckck..”
“au ah..” katanya lalu berdiri hendak meninggalkanku. Langsung kutarik lagi tangannya.
“hahah. Becanda kali Za. Eh za, gua cariin cewek buat lo mau gak..”
Dia hanya diam memandang wajahku dengan lekat.
“temen kampusnya azka kan banyak tuh. Ntar kalo gua mau ngapel, lo ikut ya..ntar minta kenalin satu ato dua mah..”
Dia masih saja diam. Lalu datang pak Edi menghampiri kami.
“Za, kamu ambil barang di workshop ya. Sekalian ini ada shaft patah, tolong sekalian di las ya.”
“ini buat mesin printing itu pak?” kata eza sambil memerhatikan shaftnya.
“iya, kalo masih belum kelar juga, bilangin, ini top urgent gitu. Mesin dah stop hampir 2 shift. Kita lagi kebanjiran order. “
(top urgent = amat sangat mendesak dan harus diprioritaskan)
“oke pak” jawab eza.
Lalu pak edi meninggalkan kami.
“ikut?” ajak eza.
“yuk..”
Kami lantas berjalan ke arah workshop. Kupandangi dia. Dia terlihat aneh dan seperti memendam sesuatu. Lalu dengan ragu dia menoleh ke arahku.
“bay, gua boleh nanya sesutau gak?”
“hmm?”
“lo sayang sama Azka?”
“hah?”
“kok hah?”
“iya...aneh aja. kok lo nanya gitu.” kataku.
“ya pengen tau aja. kalo gak boleh tau juga gapapa”
“idih...lo cemburu?”
“apaan, enggak. Tapi..”
“tapi apa?”tanyaku
“ato jangan-jangan lo suka sama azka ya?”
Dia hanya diam. Hwa..jangn-jangan dia beneran suka sama azka lagi. Terus kemaren azka juga nanyain Eza terus. Hmm...gaswat..sebenarnya eza suka sama aku ato sama azka sih?
“za..”
“iy iya..”
“lo suka sama Azka?”
“ng ngak lah”
“kalo suka ngomong aja..”
“...”
Wah, benaran. Eza suka sama Azka, azka juga suka sama Eza. hajuh..kok jadi kayak gini? Kalo mereka saling suka, aku mesti gimana? Apa aku mesti relain Azka jadian sama Eza? Tapi kan aku yang duluan jadi pacarnya azka.
Kami lalu segera bergegas berjalan ke arah work shop. Sesampainya di workshop tampak beberapa orang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Ada yang sedang mengelas, menggerinda, dan sedang serius di depan mesin. Mereka mengenakan seragam safety. Kacamata dan juga masker serta gloves (sarung tangan).
“za, itu apa?” tanyaku ke Eza ketika kulihat ada mesin yang didalamnya ada shaft.
“itu mesin CNC. Kita bisa bikin shaft secara otomatis. Kita tinggal masukin aja G code-nya.”
“G-code?”
“iya. Kita masukin perintah berupa kode. Kalo G-code itu sebenarnya untuk CNC turning atau bubut, kalo milling atau machining itu M-code”
“bedanya turning sama machining?”
“sederhananya kalo turning itu shaftnya yang muter, ntar pisaunya yang maju mundur sesuai inputan. Kalo machining itu pisaunya yang muter, sambil nyari posisi yang mana saja yang harus dikerjain.”
Aku hanya menggeleng-geleng gak ngerti. Lalu dia berlalu dan menghampiri seseorang.
“pak, shat yang ini udah?” kata eza.
“yang direquest tadi pagi ya?” jawab si bapak sambil melepas maskernya.
“iya”
“ini sebentar lagi. Tinggal finishing aja”
“oh..oke pak. Saya sekalian numpang ngelas ya”
Lalu kamipun beranjak dan eza langsung mengenakan kacamata las dan mengambil holdernya lalu memasang elektroda. Tak lupa dia mengenakan sarung tangan las.
(holder = pegangan atau handle untuk menjepit elektroda)
(elektroda = bahan tambah las)
“sal seting 80 Ampere aja” katanya.
80 ampere? Aku bingung.
“itu di mesin lasnya kan tombol. Setting aja sampai ke tulisan 80.” Katanya. Aku lalu memutar tombol itu.
Lalu dia mulai menyentuhkan elektrodanya ke shaft yang yang patah. Aku yang tidak siap langsung menutup mataku. Silau sekali. Ah sialan. Dan ketika ku buka matakupun aku belum bisa melihat dengan jelas.
“kenapa sal?” tanya eza.
“silau mata gua..”
“kena tembak las ya?”
“iya nih..”
“lo belajar ngelas nih” katanya sambil menyerahkn holdernya.
“hmm..ntar dulu dah..mata gua kan masih mendar-mendar gitu..”
kataku sambil mengucek-ngucek mata. Padahal sebenarnya aku malas. Aku dulu pernah mencoba mengelas, tapi hasilnya kayak cacing gosong. Bukannya pelattnya nyambung, malah bolong-bolong. Kalau gak bakat mah emang susah..pikirku
Lalu dia melanjutkan pengelasannya. Aku perhatikan lagi dia. Dia itu secara fisik terlihat imut-imut. Dan kadang terlihat sangat childish ketika sedang marah. Tapi di lain waktu dia terlihat gagah ketika menaiki CBR-nya, gagah yang imut, hehe. Dan kadang dia terlihat dingin. Tapi aku sering dibuat kagum oleh otaknya. Ketika orang sedang debat kusir membicarakan masalah tanpa mengajukan solusi, dia hanya diam dan memerhatikan dengan malas, tapi ketika orang-orang sudah buntu, dia baru berbicara singkat. tapi langsung membuat orang melongo. Dia mengajukan solusi logis tanpa berbusa-busa dan langsung melengos menyebalkan. Baru orang-orang kembali berdebat membicarakan solusi yang diajukan mahluk imut yang sedang mengelas di depanku ini.
“pak, ini barangnya udah selesai. Isi dulu buku serah terimanya ya” kata bapak yang tadi mengerjakan requestan.
“oke pak” jawabku singkat. dan ketika itu eza juga telah selesai mengelas shaftnya.
“udah? Yuk langsung balik” kata eza.
Kami pun lantas bergegas kembali ke plant.
Aku dan eza masih saja bercanda setelah selesai makan. Saat itu aku duduk di meja paling pinggir dan eza duduk di depanku. Dia masih saja meledekku karena aku sering salah ngambil barang yang dia perintahkan. Dia nyuruh aku ngambil baut M5 tapi aku malah bawa baut M4. Aku memang masih belum bisa bedakan dimensi benda. Kalau gak ada tandanya aku suka bingung sendiri. Kalau kunci pas kan ada tulisannya.
Tapi dia akan langsung diam kalo sudah melihatku cemberut. Karena kalau aku sedang ngambek sama dia, aku gak pernah bisa dibujuk untuk membuatkan makanan untuknya. Dan aku suka pura-pura ngambek kalau dia sedang meledekku. Dan ketika dia merasa bersalah, baru giliranku balas dendam.
Lalu tiba-tiba aku dikagetkan oleh gelasku yang tumpah dan membasahi celanaku. Shit. Dan ketika kulihat ternyata yang menyenggolnya adalah Azam. tapi entah itu hanya tersenggol atau disengaja, yang pasti dia tak menoleh sedikitpun. Aku misuh-misuh karena celanaku basah. Dan kulihat ekspresi eza berubah. Dia terlihat dingin sekali. Aneh.
Lalu aku merasa hapeku bergetar. Sms, dari Azka. Langsung kubaca dan aku tersentak kaget.
“bismillah. Pada awalnya smua org bangga dgn pilihannya, tp pda akhiry tak semua org setia pd pilihanny. Saat ia sadar bahwa org yg dipilih tak spenuhnya spt yg diimpikannya.Krn yg sulit dlm hidp ini bkan memilih, tp bertahan pd pilihan. sdikit wktu mgkin sdah ckup untuk mentukan plihan. Tp untk brtahan pada pilihan tsb, bisa jadi harus mnghabiskan sisa usia yg dmiliki. Smoga slalu diberkahi ut stiap plihan hidup” begitulah sms darinya.
Aku membacanya beberapa kali dan aku menangkap maksud bahwa dia minta putus. Aku lalu serahkan hapeku ke Eza. dia membacanya lalu melihat ke arahku.
Aku lalu ambil lagi hapeku dan kucoba telpon dia, tapi tak diangkat. Aku mulai panik. Dan baru aku mau mengetik pesan, datang lagi sms darinya.
“aku tak bisa berkata-kata lagi. Mungkin waktu kita Cuma sesaat. Tapi mohon dengan sangat, maafkan segala lupa diri. kamu pasti bisa dapt yang jauh lbih baik dari aku. Dan satu lagi. Please, jangan hubungin aku. Juga jangan tanyakan azam kenapa aku begini. Love u popo.”
Aku diam dengan pikiranku yang berkecamuk. Kucoba lagi telpon dia dan sekarang nomernya tidak aktif. Aku bingung, kenapa dia minta putus? Apa kemarin-kemarin aku buat kesal? Dan sikap Azam tadi, apa ada hubungannya?
ditunggu kripiknya..
meluk paha sih meluk paha..tapi tangannya jangan kelayapan..hahaha
hihihi.iya nih..
Penasaran berat sama Azam dan Azka, ada apa ya ??
Btw, tengkiu udh mantion. Tetep ditunggu lanjutannya..
bagus bikin penasaran yang baca hehehe
Kl mnurutku sh si azam sukay sma azka kyaky(na loh?jauh dr kmungknan tah.hehe)
ditunggu lanjutannya sebenarnya ada apa dengan mereka ya?