It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@kutu22 : Siap laksanakan !!!
@dandykuerentz : Bentar ya, Author baca cerita kelanjutannya
@Adam08 : Sawangsulna, syukur atuh lamun tiasa menghibur mah...
@dandykuerentz : Supaya cepet beres...
~Pov Oktaviandri~
Seperti hari-hari sebelumnya, setiap acara makan malam, nyokap dan gw selalu berbincang-bincang seputar berita terkini, keadaan sekolah gw, atau hal-hal lainnya yang gw anggap sebagai wejangan penting.
“Andri….ada beberapa hal yang harus kamu ingat” Ucap nyokap gw, sepertinya akan memberikan wejangan. Dan gw dengan seksama mendengarkan wejangan-wejangan yang akan disampaikan nyokap gw.
“Iya Bu….” Jawab gw serius
“Pertama, dimanapun kamu berada, jangan pernah lupakan Tuhan dan perintahNya”
“Kedua, kamu jangan terburu-buru untuk menikah. Raih dahulu cita-citamu, dan nikmati hidup mu. Setelah kamu bener-benar siap. Lalu putuskan untuk menikah”
“Ketiga, pendidikan mu harus lebih tinggi dibandingkan Bapakmu yang hanya lulusan Sarjana Muda (D3)”
“Dan yang terakhir, jika ibu sudah tidak ada, kamu harus sabar menghadapi hidup. Mengeluh bukan jalan keluarnya. Berusaha dan berserah kepada Yang Maha Kuasa adalah kunci dari hidup.”
“Iya Bu, Andri akan melakukan apa yang ibu ucapkan. Tetapi pada poin terakhir, Andri sama sekali belum siap Bu”
“Ibu sangat percaya padamu sayang….Jangan pernah meremehkan kemampuan mu dan Kuasa Ilahi ya. Jadi tidak ada yang perlu didebatkan lagi.” Jawab nyokap gw yang tidak bisa gw bantah.
Wejangan yang baru terucap dari nyokap gw, akan gw simpan dalam hati dan gw berjanji pada diri sendiri akan melaksanakan apa yang diminta oleh nyokap gw.
Setelah acara makan malam selesai, gw langsung mencuci piring-piring kotor dan membereskan meja makan. Setelah semuanya tertata rapih, gw duduk disamping nyokap gw yang sedang menonton televisi.
Tangan kanan gw digenggam erat oleh kedua tangan nyokap gw. “Andri, ibu teringat waktu kamu masih kecil. Kedua tanganmu selalu ibu genggam seperti ini, tetapi sekarang satu tangan pun tidak bisa ibu genggam dengan kedua tangan ibu.”
“Ibu bangga sekali memiliki anak sepertimu, sekarang sudah tumbuh menjadi dewasa”
“Bu, Andri sayang banget sama ibu” jawab gw sambil mencium tangan dan kedua pipinya. Hanya perasaan damai, nyaman dan tentram jika gw berada disisi nyokap gw.
Keesokan harinya, gw bangun pukul 5 pagi. Seperti biasa, setelah Shalat Subuh, gw menyiapkan air putih dan kopi susu untuk nyokap gw. Beliau selalu shalat subuh di mesjid dekat rumah. Pulang dari mesjid biasanya pukul 5.30.
Tapi kok lampu kamar beliau masih menyala, apa mungkin lupa mematikan lampu dan langsung pergi ke mesjid. Gw menuju kekamarnya untuk mematikan lampu yang masih menyala.
“Astaga….. BUUUU….IBUUU…..” gw sangat terkejut melihat beliau yang terbaring dikasur, dan dari mulutnya keluar cairan hitam. Gw berusaha untuk membangunkan beliau, namun tidak ada perubahan. Kulihat masih ada pergerakan di dadanya yang menandakan nafasnya masih ada.
Gw langsung berlari kearah mesjid yang ada di dkt rumah untuk meminta bantuan, orang yang dituju adalah ustad yang merangkap sebagai pengelola mesjid tersebut.
“Pa Ustad, tolong ibu saya. Beliau sepertinya sakit dan tidak sadarkan diri.” Ucap gw memelas untuk memohon bantuan.
“Oke Dri….kita sekarang lekas kerumahmu” kata Pa Ustad dengan sigap. Kami pun bergegas menuju rumah gw.
Setelah melihat kondisi nyokap gw, Pa Ustad lalu menelepon seseorang yang gw sendiri ngga tau siapa yang ada diseberang telepon tersebut. Gw hanya bisa duduk dibawah kasur beliau sambil membersihkan sisa muntahan yang keluar dari mulut nyokap gw.
“Dri…Cepat bawa ibumu ke rumah sakit !!, ibumu perlu segera mendapatakan pertolongan.” Tanpa berfikir panjang, gw dan Pa Utad dibantu seorang lainnya, menggotong tubuh nyokap gw ke depan rumah. Dan ternyata sudah ada mobil yang siap mengantarkan ke Rumah Sakit.
Pikiranku terlalu kalut, sehingga tidak tahu rumah sakit mana yang dituju. Setelah sampai UGD, nyokap gw langsung ditangani oleh dokter dan suster jaga.
Gw hanya termenung di ruang tunggu UGD. Tiba-tiba ada yang memegang bahu gw. Reflek gw melihat kepada orang yang memegang bahu gw. Ternyata Pa Ustad.
“Dri…yang sabar ya. Ibumu sudah ditangani oleh orang yang tepat. Kita hanya bisa berdoa untuk kesembuhan beliau”
“Tapi Pa Ustad, saya sama sekali tidak punya uang untuk membayar biaya Rumah Sakit. Jika pa Ustad mempunyai sedikit dana, saya mohon untuk membantu saya membayar biaya perawatan beliau. Saya akan jual motor saya untuk mengganti uangnya Pa Ustad.”
“Kamu ngga usah banyak pikiran dulu ya. Yang penting skr Ibumu bisa lekas sembuh.” Jawab Pa Ustad yang entah pada saat itu begitu menyejukkan hati.
Setelah menunggu sekitar 2 jam, akhirnya seorang suster menemui kami. Suster tersebut mengatakan bahwa pasien sudah bisa dipindahkan kekamar. Pa Ustad memilih kamar kelas 2, namun hanya terdapat satu kasur pasien. Tidak ada fasilitas TV dan kamar mandi di dalam ruangan tersebut. Kondisi beliau masih belum sadarkan diri, ada selang yang terpasang di hidungnya, dan sebuah infus yang masuk melalui pergelangan tangan beliau.
Hati gw sangat miris melihat kondisi beliau pada saat itu. Pa Ustad berdiri disamping kasur nyokap gw sambil memegang tangannya. Kudengar Pa Ustad berzikir dan berdoa sekitar 20 menit. Setelah itu beliau mengusap kening nyokap gw.
“Bapak pulang dulu ya, kamu jaga ibumu baik-baik. Jika ada apa-apa, hubungi Bapak.“ kata Pa Ustad.
“Terimakasih atas bantuan Pa Ustad. Saya mohon doakan ibu saya semoga lekas sembuh” pinta gw kepada Pa Ustad
“Pasti Dri…kamu jaga diri baik-baik ya” Gw mengangguk, kemudian gw bersalaman dengan Pa Ustad dan mencium tangan kanannya.
Setelah Pa Ustad pergi, gw melihat kondisi nyokap gw, dan berdiri disamping ranjang beliau. Gw usap kening dan rambut beliau, sesekali gw cium kedua pipinya.
“Bu…Jangan tinggalin Andri seorang diri ya Bu, semalem Andri janji akan melaksanakan wejangan yang ibu ucapkan, tetapi untuk poin yang terakhir, Andri masih belum siap untuk hidup seorang diri.” Ucap gw lirih.
Dada gw tiba-tiba terasa sesak sekali, sangat sulit untuk bernafas. Mata gw terasa panas. Tetesan air mata tak sanggup lagi kutahan, jatuh satu persatu membasahi pipi dan lantai kamar ini.
Sambil menarik nafas dalam-dalam, gw berusaha untuk menahan tetesan air mata ini. Gw berusaha untuk tetap tegar didepan beliau, gw harus memberi semangat agar beliau sembuh kembali.
Kucium kembali kedua pipinya sambil kuusap rambutnya “Bu, cepat sembuh ya, apapun Andri lakukan asal ibu bisa sembuh kembali” pinta gw.
Astaga….Kulihat ada sebutir air keluar dari kedua mata beliau. Dadaku kembali terasa lebih sesak, seolah ada bongkahan batu besar yang menghimpit tubuh gw. Tetes demi tetes air mata keluar lagi dari mata gw, dan akupun bersujud sambil memohon kepada Yang Maha Kuasa
“Tuhan, saya bersimpuh dihadapanMu dan dibawah tubuh ibu saya. Saya mohon berilah kesembuhan kepada beliau. Saya mohon pindahkan lah penyakit yang diderita ibu saya kepada tubuh saya ini Ya Tuhan….Saya rela…” hilang sudah suara gw, bongkahan batu tersebut semakin menghimpit. Gw mencoba dengan sekuat tenaga untuk menahannya, dan yang dihasilkan hanya ratapan kesedihan dan tetesan air mata bersamaan dengan nafas gw yang tersengal-sengal.
idem ma @adacerita,
@dandykuerentz : Tunggu kelanjutannya ya
@adacerita : jangan nangis, ceritanya kan cuma menghibur.
@kiki_h_n : Iya, ibunya Andri memmang bijak banget. Makanya si Andri juga ngga pernah menyebalkan. selalu santun