It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Belum ada sus, kaya nya nga ada yang berminat sama saya, muka saya kan pas pasan" kata ku sambil menghembuskan nafas panjang
"Masa sih pak, saya aja bisa melihat aura ketampanan bapak, walaupun sekarang muka bapak di penuhi aksesoris rumah sakit" kata nya sambil tersenyum
"Ah suster jangan muji muji ah entar saya melayang lagi"
"Beneran loh pak, hidung bapak tuh mirip cristian sugiono pak"
"Beneran pak" kata suster ikutan tertawa
Lalu masuk Mas Rudy ke dalam kamar
"Hei, pada ketawa nga ngajak ngajak nih, kaya nya seru banget" kata nya pada kami
"Mas Rudy, udah berantem nya" tanya ku
"Kok kamu tau tadi saya bernatem" tanya mas Rudy pada ku
"Iyalah pasti Mas Elang ngamuk ngamuk sama siapa lagi kalo nga sama Mas Rudy, dari pertama kali ketemu juga Mas Elang udah nga suka sama Mas Rudy"
priyo seprti tdk punya masalah ketika ketemu sm mas rudy hhheheh
salut gw d buatna...
masa sih, gw kira biasa aja
pilih emang makanan
belom aja bisa iya bisa nga, sabar ya, ntar kalo sempet pasti di lanjut, makasih udah ngikutin cerita ini
"Pak saya tinggal dulu ya" kata nya
"Iya makasih sus" kata ku
Tak lama suster manis itu sudah meninggalkan ruangan ku, mas Rudy duduk di kursi yang tadi ditempati oleh suster
"Priyo maafin mas ya, kaya nya mas selalu bikin kamu sial melulu" kata Mas Rudy penuh penyesalan
"Maaf yooo" kata Mas Rudy lagi "semua memang salah mas"
"Tau nih mas yang salah aku yang sengsara" kata ku pura pura marah
"Priyo mau maafin mas nga, seandai nya Priyo tau perasaan mas" kata nya pelan, nyaris tak terdengar
Aku hanya diam mencoba mencerna perkataan mas Rudy
"Yo, nga papa" kata nya
Aku lalu membalikan tubuh, aku melihat mas Rudi duduk di kursi sambil menopang kepala dengan kedua siku di letakan di atas ranjang
Mata nya meleleh, tanpa bersuara, air mata menetes membasahi sprei rumah sakit, bahkan hidung nya juga basah
Nga tega rasa nya melihat seseorang menangis nga perduli seberapa besar salah mereka pada ku
Aku belai rambut nya, dan ku seka air mata nya
"Mas, sudah lah"
"Mas, sudah lah mas, semua sudah terjadi, nasi sudah jadi bubur" kata ku lagi
"Maaf yo" suara nya serak
"Iya mas, aku sudah memaafkan mas" kata ku, sambil berusaha tersenyum
"Benar yo"
"Benar mas, masa mas nga percaya sih" kata ku coba menghibur nya, walah kebalik nih, gw yang sekarat malah gw yang baik baikin dia
"Kalau mas nga percaya mas pinjem pisau bedah sama suster" kata ku santai
"Buat belah dada ku, kalo mas nga percaya" kata ku tersenyum
"Ia mas percaya kalau kamu sudah maafin mas" kata nya "tapi kenapa yo, kenapa kamu bisa dengan mudah memaafkan saya, orang yang sudah membuat mu sengsara"
Aku menghela nafas panjang
"Karena aku pernah mengalami nya mas, sakit sekali, saat tak mendapatkan kata maaf itu"
"Makasih yo" kata nya lagi
"Sama sama mas"
"Sekarang mas ceritakan siapa orang yang sudah membuat kamu seperti ini" kata Mas Rudy
"Sudah lah mas, saat ini aku nga mau mendengar cerita ini atau itu saat ini, semua kita pasti pernah berbuat kesalahan di masa lalu, biar lah itu jadi kenangan saja" kata ku, pada hal dalam hati aku ingin tau apa sih yang membuat dua orang pria sinting tadi memukuli aku dan jimi, bahkan sampai bilang, jangan dekati mas Rudy lagi
"Baik lah kalau itu mau mu"
"Mas, aku kan belum bilang aku mau apa" kata ku, dengan manja
"maaf, sekarang kamu mau apa yo" tanya mas Rudy
"Iya, bilang aja kamu mau apa, jalan jalan ke luar negri, mobil, apartement, apa saja terserah kamu, kalau mas sanggup mas berikan semua yang kamu mau
"Bener mas" kata nyaris tak percaya dengan semua yang ia tawarkan
"Bener yo, setelah semua yang kamu alami, anggap aja itu sebagai ganti rugi semua penderitaan mu, atau kamu minta uang jajan, nih tulis aja nominal yang kamu mau" kata nya sambil mengeluarkan buku cek dari tas kecil yang selalu di bawa nya kemana mana
"Kamu laper yo" kata nya sedikit tergagap "maaf mas kok nga kepikiran dari tadi, sebentar mas telfon Ferdy dulu" kemudian ia sudah sibuk dengan telfon nya
"Ada lagi yo" tanya nya
"Martabak telor boleh juga mas, blablabla" kata ku "Ups maaf mas jadi kebablasan" kata ku
"Nga papa, asal kamu makan nya, awas nga di makan ntar mas jitak pala nya" kata mas Rudy
"Ups mas lupa, iya deh mas rubah ancaman nya, nanti kalau nga di abisin mas cium bibir nya"
"Bener mas, kan aku cowo" kata ku kaget
"yup, biarin aja, pokok nya semua yang Priyo minta harus Priyo habisin malam ini juga"
"Siap bos" kata ku
"Mas kok belum cukuran kumis dan jenggot sih" kata ku sambil mengelus jenggot nya, geli geli gimana gitu di tangan, bikin ketagihan
Aku tarik tarik jenggot nya yang mulai panjang
"Priyo sakit" kata nya, sambil menarik tangan ku dari dagu nya
"Ih mas pelit" kata ku sambil cemberut "Yang mau megang ini anak aku mas, anak hasil buah cinta kita" kata ku sambil ngelus ngelus perut kaya orang hamil "Awas ntar anak kita suka ngeces lo, kalo ibu nya nga di turutin kemauan nya" kemudian aku tertawa sampai mules