It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mana susunya ? Tp susu apa ya ??
susu beruang liar wkwkwk
Dan Miki teriak sekencang kencang nya karena kesal "LANJUTTTTTTTTTTTTTT"
*kabur, sebelum di sambit pake botol susu, sama jeng monsterx*
Setapak demi setapak gue menuruni anak tangga meskipun dengan langkah gontai.
"Miki mau makan a?" Tanya nyokap yang berdiri dibawah tangga.
"Iya mau cuma gak abis, susunya doang yang diabisin."
Nyokap menghela napas panjang, "Syukur atuh."
"Tapi Miki gak kenapa-napa kan a?"
"Gak mah cuma lemes doang."
"Terus sekarang Mikinya lagi apa?"
"Lagi tidur."
Gue berjalan terus menuju dapur, "Bi ini nampan kotornya," Gue serahkan nampan ke bi Uneh. Gue berlalu keruang keluarga dan duduk disebelah nyokap yang sedang menonton. "Mah?"
"Iya a?"
"Memang harus yah Miki balik kekeluarganya?"
Nyokap alihkan perhatiannya ke gue, "Miki masih bilang gak mau?"
Gue mengangguk pelan.
"Gimana yah a, bukan masalah harus atau gak harus ini persoalannya mamah Miki yang rindu Miki dan kepengen banget ngurus Miki sebelum Miki akhirnya dewasa."
Wajar sih nyokapnya Miki berpikir seperti itu secara sudah delapan tahun Miki tinggal disini meninggalkan keluarganya, Mungkin kalau gue adalah seorang ibu gue juga akan melakukan hal yang sama. "Terus mamah bilang apa?"
"Yah, mamah gak bisa banyak ngomong cuma bisa menyarankan kasih Miki waktu untuk berpikir dan biarkan Miki yang memilih."
Gue menghela napas. Apalagi sih yang bisa gue lakukan? Baru sekarang gue berasa bener-bener kayak anak kecil gak bisa melakukan apapun, bahkan demi Miki, adik gue satu-satunya dan adik yang paling gue sayang. "Kasih tahu aja mimih mah, gak mungkinlah Miki pindah sekarang apalagi sebentar lagi Miki naik kelas 3 dan harus siap-siap masuk SMA."
"Itu tinggal bagaimana keputusan Miki."
Pikiran gue melayang jauh membayangkan bagaimana kalau Miki benar-benar pindah, apakah gue dan Miki masih bisa sedekat ini? Apakah Miki akan melupakan gue? Apakah Miki akan lebih menyayangi orang lain? perut gue terasa diaduk-aduk.
"A..., aa...." Sahut nyokap membuyarkan lamunan gue.
"Eh iya apa mah?"
"Aa teh lagi mikirin apa?"
"Gak mikirin apa-apa mah."
"A gimana yah? Besok mamah musti rapat pagi-pagi, sedangkan sipapah masih belum pulang dari Padang kalau Bi uneh doang yang jagain Miki mamahnya khawatir-"
"Biar aa aja yang jagain Miki."
"Atuh bolos a?"
"Gak apa-apa mah kalau sehari doang mah."
Nyokap mengangguk, "Ya udah atuh."
maaf yah sedikit ^:)^ soalnya td sedikit keganggu perhatiannya #salahin youtube hehe
Fenita Rose mode: on
Pemirsa sudah sekian kalinya pertanyaan ini diajukan
APAKAH cerita ini fakta atau fiktif?
hehe jawabannya silahkan dilihat dihalaman satu.
eh siakang mampir >:D<..., leres kang mangga atuh dicobi
aa Ceko ngegombal aja ah
Gue bernapas lega ketika pagi hari melihat Miki sudah ada diruang makan sedang menyantap sarapannya. Nyokap yang duduk disebelah Miki terlihat lebih cerah daripada kemarin.
"Miki, mamah berangkat kerja dulu yah?"
"Iya mah."
"Miki mau dibawain apa entar kalau mamah pulang?"
Miki menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalau sus gimana?"
Miki mangguk-mangguk. Gue tertawa kecil melihat Miki yang menyerah mendengar kue kesukaannya.
"Ya udah atuh, Miki makan yang banyak supaya besok bisa sekolah lagi," Nyokap mencium kening Miki.
"Iya mah." Miki mengambil tangan mamah, lalu menciumnya.
Nyokap beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah gue. "A..., hati-hati yah dirumah."
"Iya mah."
"Jagain Miki yang bener."
"Iya mah," Gue cium tangan nyokap.
"Assalamu'alaikum a, Miki."
"Wa'alaikumsalam," jawab gue dan Miki bersamaan.
Nyokap melangkah keluar, sedangkan gue berjalan menuju meja makan. Gue duduk dikursi yang diduduki nyokap sebelumnya.
"Lahap bener makannya," Goda gue yang geli melihat pipi Miki menggembung.
"Umnuumnumn...,"
"Apa Miki? Kunyah dulu makanannya."
Miki mengunyah dengan cepat, "Makasih a."
"Makasih buat apa?"
"Buat tadi malem."
"Hmm. Tadi Miki ngobrol sama mamah?"
"Iya."
"Terus?"
"Kata si mamah sih gimana keputusan Miki aja, cuma si mamah ngingetin Miki kalau mamah Miki sayang banget sama Miki."
Gue manggut-manggut. "Nah Miki udah buat keputusannya belum?"
Miki menggelengkan kepala, "Gak a belum, bingung juga harus gimana."
"Ya udah, Miki pikir baik-baik deh yah," Gue acak-acak rambut Miki.
"Ih, aa." Protes Miki. Bagus deh kalau Miki sudah kembali normal. Sekarang tinggal menunggu keputusan Miki dan gue pasrah dengan apapun keputusan Miki. Kalau pun Miki pindah bagi gue adik gue tetaplah Miki.
Gue melirik keatas meja makan. "Wah jadi laper nih," Gue celingukan kearah dapur. "Bi Uneh kemana?"
"Kepasar."
"Oh." Gue tuang air putih kedalam gelas.
"Sebenarnya sih ada yang bisa bantu Miki buat mutusin."
"Apa?" Gue mengernyitkan dahi.
"Aa," Jawab Miki singkat.
"Aa? Emangnya apa yang bisa aa bantu?."
"Aa bisa bantu hanya cukup dengan mengucapkan 3 kata aja," Gue menaikkan alis. "Aa cukup bilang 'aa suka Miki'," Miki tersenyum lebar.
Tadi apa yang Miki bilang? Kayaknya gue jadi budeg.
"Miki sayang aa dan Miki suka aa. Rasa sayang Miki ke aa bukan seperti kakak adik, tapi seperti orang pacaran dan Miki tahu aa juga sayang Miki seperti itu."
Gue terperanjat. Gue bingung.
Mulut gue terbuka, tapi suara telepon menghentikan suara gue.
Gue bangkit dan secepat kilat mengangkat telepon. "Hallo,"
"Assalammu'alaikum," Sapa seorang wanita diseberang sana.
"Wa'alaikumsalam."
"Ini aa kebo yah?"
"Iya, ini siapa?"
"Ini Mih Widia."
Mamahnya Miki, "Oh iya Mih ada apa?"
"Ada mamah a?"
"Gak ada mih udah berangkat kerja, baru aja."
"Oh gitu. Oh yah a gimana Miki? Udah keluar dari kamar?"
"Udah Mih, malahan sekarang lagi sarapan."
"Miki ada disitu a?"
"Iya Mih."
"Tolang a mimih mau ngomong sama Miki."
Gue melirik kearah Miki, "Miki, nih mamah Miki mau ngomong."
Miki diam, lalu menggelengkan kepala.
"Miki! gak boleh gitu dong sama mamahnya. Ayo jawab."
Miki sama sekali gak bergerak.
"Mmm..., maaf mih Mikinya gak mau."
"Enggak apa-apa a," Mimih menghela napas.
Gue gigit bibir, "Mih, aa boleh tanya gak?"
"Tanya apa a?"
"Mimih serius pengen Miki balik lagi kemimih?"
"Iya a, banget."
"Kalau boleh tahu kenapa mih?"
Ada jeda cukup lama sebelum akhirnya mih Widia menjawab, "Mimih selalu kepikiran Miki. Biarpun mimih punya anak banyak, tapi tetep aja nggak ada satu bikin mimih kepikiran terus. Bukannya mimih gak berterima kasih sama mamahnya aa cuma mimih bener-bener kepengen ngumpul dengan semua anak-anak mimih. Dan mimih juga sadar kondisi keluarga memang gak layak buat anak-anak, tapi mimih janji akan merubah semuanya."
"Merubah?"
"Iya, mimih sama papahnya Miki akan bercerai bulan ini." Bercerai? "Tapi tolong a jangan bilang dulu sama Miki biar nanti mimih sendiri yang ngejelasin ke Miki."
"Iya mih."
"Mimih juga tahu kalau Miki tinggal disini mungkin Miki akan kehilangan banyak. Orang tua lengkap yang selalu sayang Miki 24 jam setiap hari. Memberikan materi yang berlimpah buat Miki dan seorang kakak seperti aa yang meskipun Miki bukan adik kandung aa, tapi aa sayang Miki layaknya Miki adalah adik kandung aa," Pernyataan terakhir menohok gue teramat sangat.
"Walau begitu mimih akan berusaha sekuat tenaga ngebahagiain Miki untuk mengganti semua waktu yang sudah hilang, " Lirih mih Widia. "Jadi tolong yah a bilangin Miki mimih sayang Miki dan mimih berharap Miki mau memaafkan keegoisan mimih."
Gue..., Gue....
"Aduh jadi curhat gini sama aa, maafin mimih yah a kalau mimih mengambil Miki."
"I-iya mih."
"Udah atuh yah a makasih udah ngedengerin mimih juga salam buat mamah sama papah dan Miki."
"Iya mih."
"Assalammu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Gue tutup telepon dan seribu satu hal mengisi benak gue,
met malam muanya n sweet dream :-h
jangan dikit dikit dong yang banyak yang lebih berasa
MAAF YAH HARAP BERSABAR PADAHAL CHOCO MAU NULIS ~X( ~X( ~X(