It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
cerita lo nih kaya cabe rawit, kecil2 tapi pedas minta ampun
baru bayangin part yg belom lo tulis aja gw udah berlinang air mata
ruuuaaarrr biasa lo jeng !!!!!!!
Ceritamu jg ruarrr biasa kok jeung
tidakkkkkkk lama banget, aku sudah nga tahannnnn, apa sih jeng rahasia nya sampai cerita mu ruarrrrr biasa
gak asik..
Maaf numpang coment, ituh si Miki jgn dilepas atuh, Kebo mesti perjuangin !! Sampai kolor penghabisan * eh, plak
@4ndho cpek pasti tuh bacanya nih Miki kasih susu
@freakymonster58 kalau perlu siapin ember
@Rez1 ouwh terima kash udah baca You Are My Rainbow..., maaf yah soalny plotnya berat euy jadi nulisnya juga bikin stres sendiri..., nanti kalau moodnya ada psti dilanjutin
@rulli arto job good hihi
"Mamahnya Miki minta supaya Miki tinggal kembali sama keluarganya."
Gue berasa kebas. Gue nggak bisa merasakan apapun dan gue juga gak bisa melakukan apapun. Gue hanya bisa menatap jam dan memperhatikan waktu berlalu menit demi menit. Semuanya berlalu dengan cepat.
Gue masih ingat betul sewaktu bonyok membawa Miki. Miki yang kelelahan bersandar pasrah didalam pelukan bokap. Jejak airmata dipipi Miki terlihat sangat jelas. Dan sekarang sejarah terulang terbalik.
Sudah 2 hari ini Miki mengurung diri didalam kamar dan menolak untuk makan. Nyokap yang khawatir meminta gue untuk membujuk Miki.
Gue menghela napas dalam-dalam dan berusaha tenang. Pelan-pelan gue ketuk pintu kamar Miki.
"Miki?"
Senyap
"Miki ini aa."
Masih senyap.
"Miki tolong buka pintunya. Kalau kamu sayang aa tolong dong buka pintunya. Apa kata sayang dari Miki hanya kata-kata hampa?"
Gue menghela napas dan bermaksud untuk beranjak, tapi tiba-tiba pintu kamar Miki terbuka perlahan.
Dada gue terasa seperti dihantam palu besar saat menatapi tubuh Miki yang rapuh. Enggak..., gue gak boleh lemah. Saat ini gue gak boleh lemah, gue harus kuat, gue harus bisa menjadi pilar penyangga untuk Miki.
"Aa boleh masuk Miki?" Gue tersenyum simpul.
Tak ada jawaban dari Miki. Miki berjalan menuju tempat tidurnya, tapi tanpa menutup pintunya.
Ragu-ragu gue melangkah masuk. Gue taruh nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu vanilla diatas meja belajar Miki.
Miki berbaring memunggungi gue, sedangkan gue hanya bisa berdiri kikuk. Ada banyak kata-kata yang melayang dibenak gue, tapi gak ada satu pun yang bisa terangkai menjadi sebuah kalimat. Kalau pun ada apakah cukup untuk menenangkan Miki? menenangkan gue?
Gue tutup pintu kamar Miki, lalu berjalan mendekati Miki. Gue duduk dipinggiran tempat tidur dan tangan gue meraih rambut Miki. Perasaan belum lama ini gue bebas membelai rambut Miki, tapi sekarang terasa ada pembatas kasat mata yang membuat tangan gue bergetar dingin.
"Miki..., Miki makan yah?"
"..."
"Kalau Miki gak makan nanti Miki sakit."
"..."
"Memangnya kalau Miki begini, Miki bisa gagalin rencana mamah Miki? Dan Miki pikir yang sedih hanya Miki doang? Mamah, papah dan aa juga sedih Miki," Suara gue berubah parau. Mata gue tertunduk lesu atas perkataan gue sendiri.
Gue terkaget saat Miki memeluk erat gue dari samping. "Maafin Miki, a," Ucap Miki lirih.
Tubuh Miki bergetar pelan dan isak tangis Miki membasahi lengan gue. Hanya satu cara yang gue tahu bisa menenangkan Miki. Gue tarik Miki dan mensadarkan kepalanya diatas dada gue. Tangan gue melingkar erat ditubuh Miki.
"Miki gak salah," Kata gue pelan. "Kalau hati Miki gak rela Miki harus bilang, kalau perlu teriak sekencang-kencangnya supaya semua orang mendengar dan mengerti apa yang Miki rasakan."
Seketika tangisan Miki membuncah, "Miki gak mau pergi," lirih Miki. "Miki sayang papah, Miki sayang mamah dan Miki sayang aa. Miki gak mau pergi!!!" rintih Miki.
Hati gue berdesir pilu mendengarnya. Gue semakin eratkan pelukan gue, "Kita semua juga sayang Miki."
Tanpa gue sadari airmata membasahi pipi gue.