It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Duh...jangan sampai deh Reskha jadi piala bergilir. Heheheheh....
Makasih ya udah baca cerita ini....
Siap Ki....mau dilanjut lagi
Iya nih pdkt terus...heheheh
Hehehehe....sangat polos banget ya..
Lanjut ke part 18...
HUGOS CAFÉ
Untuk pertama kalinya aku masuk ke klab malam.
Aku heran kepada pegawai café ini yang menyambut kami di depan pintu masuk.
Kenapa mereka bilang “Selamat pagi Hugos ?”
Sekarang kan masih malam.
Keanehan lainnya, setelah pintu masuk, terdapat wc pria di sebelah kanan, dan wc wanita di sebelah kiri. Biasanya wc berada di belakang gedung.
Sudah banyak sekali pengunjung yang datang ke café ini. Ada beberapa orang yang sudah menggoyangkan badannya diiringi dengan musik yang sangat menggetarkan jantungku.
“Kha….Tunggu bentar ya.”
“Jangan kemana-mana ya…”
“Mas Agam mau kemana ?”
“Mau pesan minum dulu.”
“Iya Mas….”
Mas Agam berlalu dari sampingku.
“Kha….Udah berapa lama kamu kenal sama Agam ?”
“Sekitar satu bulan Mas Ger…”
“Tapi kalau sama Gilang, udah dari pertama kali tinggal di Jogja.”
“Gilang siapa Kha ?”
“Adiknya Mas Agam”
“Mas Gerald udah lama kenal sama Mas Agam ?”
“Sama kayak kamu. Sekitar satu bulan juga.”
“Ati-ati loh sama Agam.”
“Memangnya kenapa Mas ?”
“Dia kan buaya kelas dewa.”
“Haa……”
“Gigit gitu Mas ?”
“Bukan gigit Reskha….”
“Tapi suka ganti-ganti pasangan.”
“Hehehehe…dikirain.”
“Wajar lah kalau Mas Agam suka ganti-ganti pasangan.”
“Kan dia orangnya cakep banget.”
“Terus kamu udah diapain aja sama Agam ?”
“Diapain gimana maksudnya Mas ?”
“Ya…..itu loh.”
“Masa kamu ngga paham sih ?”
“Saya ngga paham Mas…”
“Kamu udah punya pacar belum Kha ?”
“Belum punya Mas…”
“Mau ngga pacaran sama aku.”
“Haaa……!!”
“Mas Gerald ini suka bercanda.”
“Masa ada laki pacaran dengan laki mas…”
“Heheheheh….”
“Kha…ini minumnya ?”
“Makasih ya Mas Agam…”
“Emmmmmm…..”
“Ini minuman apa Mas ?”
“Kok agak pahit.”
“Itu orange jus Kha….”
“Gam….kamu kasih apa dia ?”
“Heheheheh….”
“Biasa Ger….”
“Orange jus di café ini kok beda banget rasanya dengan orange jus di kampus saya ya Mas.”
“Habisin ya Kha..”
“Iya Mas Agam…”
Memang sangat aneh rasa orange jus ini. Tapi aku ngga enak kalau sampai minuman ini ngga dihabiskan.
“Tadi loe ngobrol apa aja sama Gerald ?”
“Mas Gerald tadi tanya, saya sudah diapain aja sama Mas Agam.”
“Haa…!!!”
“Loe jawab apa Kha ?”
“Saya ngga ngerti maksud pertanyaan Mas Gerald.”
“Ngga usah didengerin ya Kha…”
“Iya Mas….”
Aku hanya memperhatikan pengunjunga yang datang ke café ini. Rata-rata mereka datang bergerombolan. Ada beberapa orang yang pernah aku lihat di tempat kerjaku.
Semakin malam, tempat ini semakin ramai sekali. Ruangan ini semakin pengap, ditambah lagi dengan asap rokok.
Aku mulai berkeringat. Tetapi kenapa kepalaku mulai pusing.
“Mas Agam…..”
“Iya Kha…”
“Lantainya kenapa goyang-goyang.”
“Saya pusing liatnya.”
“Kayaknya ada yang salah dengan café ini Mas…”
“Orange jus nya udah abis belum ?”
“Sudah Mas….”
“Saya haus banget tadi..”
“Jadi saya minum sekaligus sampai habis.”
“Haa…..”
“Loe kuat minum sekaligus ?”
“Agak sedikit getir di lidah Mas…”
“Minumannya aneh banget.”
“Sekarang perut saya agak sedikit mual Mas…”
“Loe masih betah ngga di sini, atau mau pulang aja ?”
“Terserah Mas Agam aja.”
“Tapi kepala saya kok tambah pusing ya Mas…”
“Ya udah, kita pulang aja ya…”
“Mas Agam….”
“Sa…saya ngga bisa jalan.”
“Sini gue pegangin.”
“Ger….Dra….”
“Gue pulang dulu ya.”
“Loh kok cepet wuk…”
“Baru juga jam 2.”
“Ada yang ngga kuat minum Mba…”
“Ya udah ati-ati…”
“Kamu harus tanggung jawab loh wuk…”
“Iya Mba…”
“Ma..mas Indra, Ma…mas Gerald…Sa..saya pulang dulu ya.”
“Iya Kha…”
“Ati-ati sama Agam.”
“Ganas orangnya…”
“Hehehehe…..Iy..iya Mas Gerald.”
“Ma..Mas Agam baik kok orangnya.”
Akupun keluar dari café ini sambil dituntun oleh Mas Agam.
Entah kenapa, aku bisa seperti ini.
Badanku terasa sangat ringan, namun aku sendiri tidak sanggup untuk mengendalikannya.
“Ayo Kha….”
“Loe masuk dulu…”
“Kursinya gue rebahkan kebelakang ya…”
“Jadi loe bisa tiduran.”
“Iy…iya Mas Agam…”
Dengan susah payah, aku masuk ke dalam mobil. Kurebahkan langsung badanku. Tanpa terasa mataku pun terpejam.
***
Waaahhh !! Kejadian jg inimah, bakal di ncus2 dah si Reskhanya...
Ayoo kang lanjut..
Save Reskha's virginity.
yakin psti reskha g bkl diapa2in mas agam hehe semoga
makin pnasaran kang apa yg bakal terjadi ma reskha..
@adinu , @CoffeeBean , @4ndh0 , @alabatan ,
@yuzz , @bi_ngung , @AwanSiwon , @Adam08 , @hikaru ,
@DItyadrew2 , @kiki_h_n , @fahmy37 , @luky ,
@pokemon , @rafevn , @putrabulan1 , @aDvanTage ,
@Dharma66 , @pokemon , @dandykuerentz ,
@savanablue , @jakasembung @touch , @zimad ,
@just_pie , @abadi37 , @rulli arto, @habiebie ,
@avatar17 , @bi_men :
Lanjut ke part 19...
Hotel Griya Sentana
Sepertinya Reskha sudah mabuk berat. Aku ngga menyangka dia bisa sampai mabuk seperti itu. Kalau dibawa pulang ke rumah, bisa terjadi perang dunia dengan Gilang. Lebih baik aku bawa saja ke kamar hotel. Untung aku selalu bawa kaos dan peralatan mandi di mobil. Biasanya aku gunakan setelah selesai fitness.
Mobilku kulajukan melalui jalan Adisucipto, sampai
perempatan Tugu Jogja aku masih terus menuju jalan
Diponegoro, kemudian kubelokan ke jalan Bumijo. Aku
pilih hotel Griya Sentana yang berada di jalan Gowongan Lor. Selain hotelnya cukup bersih dan nyaman, harganya pun tidak terlalu mahal.
Aku berhenti persis di pintu masuk hotel Griya Sentana.
Setelah melakukan proses cek in, aku pindahkan mobilku
ke parkiran yang berada di belakang hotel ini.
“Kha…..Bangun dulu.”
“Eehh..ehh…iiy..iya Mas ?”
“Maa..Maaf sa..saya ketiduran…”
“Ngga apa-apa Kha..”
“Loe kuat ngga jalan ?”
“Kuat Mas…”
Kulihat Reskha berusaha untuk bangkit dan keluar dari mobilku. Namun dia tidak kuat menahan badannya.
“Kha…loe ngga apa-apa kan ?”
“Sa..saya ngga apa-apa kok Mas…”
“Mas…Ini dimana ?”
“Kita tidur aja disini malam ini ya.”
“Takutnya loe kenapa-kenapa..”
“Iy..iya Mas…”
Kemudian aku tuntun Reskha menuju kamar hotel yang berada di lantai dua.
“Mas….in..ini kenapa tangganya lari-lari.”
“Sa..saya susah nginjeknya.”
“Hehehe…loe mabok sih Kha…”
“Jadi jalannya yang susah.”
“Bukan tangganya yang lari-lari.”
“Mas Agam…Perut saya masih mual.”
“Rasanya mau muntah.”
“Tahan dulu ya Kha…”
“Bentar lagi sampai kamar kok.”
Setelah kubuka kamar hotel ini, aku menuntun Reskha ke kamar mandi, agar tidak muntah di kasur.
Dengan sukses dia memuntahkan seluruh isi perutnya.
Aku harus memberikan dia minum air anget, agar
badannya lebih nyaman. Aku memesan kepada resepsionis, 2 gelas teh hangat.
“Kha….”
“Loe tiduran dulu ya…”
“Iy…iya Mas…”
“Sa..sayya sakit apa ya Mas ?”
“Ngga sakit kok, cuma pengaruh minuman tadi.”
Tok…tok…tok…. Terdengar suara ketukan pintu kamar. Kubuka pintu kamar hotel ini. Ternyata seorang pegawai hotel yang mengantarkan dua gelas teh hangat.
“Kha…Loe minum dulu teh hangatnya.”
“Iy..iya Mas…”
“Sini gue bantu minumnya…”
“Pelan-pelan aja ya minumnya.”
Akupun membantu Reskha untuk meminum teh hangat ini. Kemudian aku baringkan kembali di kasur.
“Mas Agam kok baik banget sama saya…”
“Ngga apa-apa Kha…”
“Soalnya loe bisa menghibur hati gue.”
“Kok bisa Mas ?”
“Hehehhehe….udah tiduran aja dulu.”
“Bajunya gue lepas ya…”
“Iy..iya Mas…”
“Saya lepas sendiri aja.”
“Sini gue bantu Kha…”
“Loe diem aja…” Aku muali membuka bajunya Reskha yang sedikit basah oleh oleh keringat. Kemudian celananya kubuka juga.
“Ma….Mas Agam….”
“Sa…saya malu…”
“Malu kenapa Kha…”
“Telanjang di depan Mas Agam…”
“Kan masih pakai celana dalam Kha…”
“Gue buka ya celana dalamnya.”
“Ntar ganti pake celana pendek dan kaos gue aja ya..”
“Iy..iya Mas.”
“Saya gantinya di kamar mandi aja.”
“Gue aja yang gantinya.” Tanpa persetujuan Reskha, aku langsung membuka celanadalamnya. Aku langsung terangsang melihat Reskha dalamkeadaan polos tanpa sehelai benangpun. Walaupunkemaluannya sedang dalam keadaan tertidur, namun
sangat besar sekali.Aku tidak menyangka dia mempunyai kemaluan yang cukup besar.
Setelah aku gunakan celana pendek dan kaos untuk
Reskha, akupun melepas seluruh kain yang melekat pada
tubuhku di kamar mandi. Karena aku hanya mempunyai
satu celana pendek dan kaos yang sudah digunakan
Reskha, aku hanya menggunakan handuk saja untuk
menutupi kemaluanku.
“Kha…loe udah tidur.”
“Eemmmmm….”Ucap Reskha tanpa membuka matanya.
“Kha….gue sayang banget sama loe.”
“Haaa….!!!” Tiba-tiba Reskha terbelalak, dan bangkit dari
kasur.
“Aduuuhhhhh…..”
“Kepalanya kok pusing lagi Mas…”
“Hehehehehe….loe sih pake acara kaget segala.”
“Udah rebahan lagi ya Kha…” Setelah Reskha rebahan, akupun merebahkan badanku disampingnya
“Mas Agam kok ngga pake baju ?”
“Ngga apa-apa Kha…”
“Kha…loe mau ngga jadi pacar gue ?”
“Haaa….”
“Aduh Mas….Kepala saya kok masih pusing.”
“Ngga usah bangkit terus..”
“Kan loe masih pusing kepalanya.”
“Mas Agam sih bikin saya kaget terus.”
“Heheheheh….” Kemudian aku dekatkan mukaku ke mukanya Reskha. Kemudian aku cium bibirnya sama seperti waktu di Kaliurang.
“Ma…Mas…Agam.”
“Kenapa Kha ?”
“Loe ngga suka ya…?”
“Bukaan Mas….”
“Sa..saya malu Mas…”
“Kenapa malu lagi ?”
“Itu ada yang berdiri di bawah perut saya.”
“Mas Agam jangan bilang sama siapa-siapa ya…”
“Maaf ya Mas…”
Kulihat mukanya Reskha sedikit murung. Matanya mulai
berkaca-kaca.
“Kha…Loe kenapa sedih ?”
“Pasti Mas Agam risih ya sama saya ?.”
“Pasti Mas Agam marah ya sama saya ?”
“Kenapa mesti risih, dan kenapa mesti marah Kha ?”
“Mas Agam sekarang tau siapa saya.”
“Saya kan suka sesama jenis Mas….”
Kemudian Reskha mulai menutup mukanya dengan
bantal. Badannya sedikit bergetar. Rupanya dia sedang menangis.
“Udah ngga usah nangis Kha…”
“Gue ngga marah sama loe.”
“Gue sayang kok sama loe Kha.”
“Tapi kan saya bukan seperti Gilang yang suka sama
perempuan mas…”
“Justru itu Kha…”
“Loe kan beda dengan Gilang.”
“Loe mau ngga jadi pacar gue ?”
“Haaa…..”
“Aduh….pusing lagi Mas…”
“Hehehehehe….”
“Sini gue cium lagi…”
Tanpa persetujuan Reskha, aku langsung melumat
mulutnya karena sangat gemes melihat kelakuan Reskha.
Dia sedikit demi sedikit membalas ciumanku.
***
akang author monggo d lanjut...