It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Mereka pasti bercanda, ya kan?"
Aku menggeleng tak percaya memandang ke barisan musuh dari atas benteng North Wall. Axel dan keempat Bishop lain juga berdiri di sampingku.
Axel tampak melambai ke arah kedua Captain baru kami yang sekarang berdiri dengan gagah berani di garis depan pasukan kami, sementara Arsais tampak menatap ke arah pasukan musuh yang berarak maju dalam diam.
Pikirannya tampaknya dipenuhi dengan sesuatu yang tidak bisa dimengertinya.
Aku bisa memahami pikirannya.
Karena apa yang kami hadapi saat ini jelas jelas sangat diluar akal manusia, kecuali mereka memang benar benar berniat bunuh diri.
Musuh tampak membagi dirinya dalam beberapa grup kecil yang berbaris tegak lurus dengan pasukan kami, dan memilih barisan sempit untuk maju menghadapi kami.
Apa yang mereka pikirkan?
"Kanna, apa yang kau pikirkan...?"
Arsais bergumam sendiri, tampaknya dia pun tidak bisa memahami apa yang sedang dipikirkan musuh.
Ahli strategi musuh adalah guru dari Arsais, benar kan? Berarti seharusnya kemampuannya tidak bisa diremehkan sama sekali.
Mungkin saja dia menyembunyikan sesuatu yang berbahaya dibelakang ini kan?
Aku yakin Arsais juga merasakan hal itu.
Arsais menepuk pelan pundak Axel, membuat Axel menatapnya dengant terkejut.
Mereka sejenak bertukar pandang.
Tak lama kemudian Axel hanya menundukkan kepalanya, dia mengangguk perlahan.
"Apapun rencana mereka, ayo kita layani keinginannya..."
Arsais melompat turun dari atas benteng, kemudian dengan cepat melesat ke depan pasukannya.
"Apa yang kalian tunggu! Mereka sudah mendekat!"
Arsais berteriak ke arah kami, yang dengan kikuk segera bergerak ke garis depan.
"Ranger UNIT! SEGERA BENTUK BARISAN!"
Clive segera memimpin pasukannya berbaris ke depan barisan utama pasukan. Para ranger dari keempat distric lain tampaknya juga berbaris mengikuti kami.
"Kurangi jumlah mereka! Secepatnya!"
Langit sore yang keemasan segera tertutup bayangan kehitaman dari ribuan panah yang berlompatan ke udara.
Dentuman suara senjata api memekakkan telinga memenuhi udara.
Sesaat pandangan kami tertutup kepulan asap dan ribuan panah.
Aku memicingkan mataku, memusatkan mataku ke arah pasukan mereka.
"B...Bercanda kan...?"
Arsais menatap tak percaya ke arah depan kami, dimana barisan yang tadinya maju dengan mantap ternyata saat ini sudah berlari dengan sangat cepat mundur, membuat semua panah dan tembakan kami meleset.
"Konyol banget..."
Arvyn menatap tak percaya ke arah mereka, kemudian segera menaikkan tangannya ke arah langit.
"Mage! Siapkan Fire Rune!"
Pixel bersama dengan barisan penyihir segera berderap maju, kemudian mulai merapalkan serangan api mereka.
"H..hei!"
Pasukan yang tadinya mundur segera beringsut maju, lebih cepat dari kami, kemudian mengangkat tangan mereka ke langit.
"Water Rune?"
Arsais menatap dengan bingung, sampai saat tiba tiba serentetan kode kode berbentuk lingkaran muncul di atas mereka dan membesar melingkupi kami.
"S..SIlent Lake! Mereka membungkam penyihir kita!"
Kebisuan segera melingkupi kami, membuat semua mantra yang barusaja dilafalkan hancur berantakan dan gagal dilancarkan.
"Maju, hadapi mereka dengan Frontal..."
Arsais mengangkat pisaunya, kemudian segera bergerak maju, bersama sama dengan pasukan kami, memimpin mereka ke garis depan.
"HABISI MEREKA!"
"UOOOO!"
Kami bergerak maju mendekati mereka, bersiap untuk menyerang mereka secara frontal.
"H..hei..."
Lagi lagi kejutan yang menyenangkan kami dapatkan.
Pasukan mereka tiba tiba berlari mundur saat berada dekat dengan kami, sedangkan pasukan belakang mereka menghujani kami dengan panah.
Begitu kami mendekat, mereka segera bergerak mundur, sehingga kami harus beringsut maju untuk mencapai lapis berikutnya, sementara panah terus menghujani kami.
"Bisa bisanya menggunakan teknik bertahan padahal mereka sedang menyerang! Kalau begini terus memang kita akan mendapat kerusakan lebih besar, tapi mereka tidak mungkin bisa mencapai Valerie, bahkan menjebol North Wall pun tidak mungkin!"
Pixel berseru dalam kebingungannya.
"Arsais, bagaimana menurutmu?"
Arsais tertegun sejenak.
"Mereka, seakan akan, hanya mengulur waktu dengan kita. Caesar, perintahkan pasukan kita untuk mundur, kita kembali ke North Wall, biar mereka yang mendatangi kita!"
Aku mengangguk, kemudian segera mengencangkan suaraku.
"SEMUANYA! NORTH WALL! KEMBALI KE NORTH WALL! KITA CUMA DIJEBAK!"
pasukan kami yang menerima aba aba segera meresponnya dengan baik, dan bergerak dengan cepat mundur ke arah North Wall.
"PERISAPKAN! KITA BERBARIS DI DEPAN BENTENG!"
Aku memimpin pasukanku bergerak maju untuk membawa mereka kembali ke North Wall.
Keadaan mental kami cukup terguncang karena pengaruh pertarungan barusan. Terus bergerak maju dan merasa dipermainkan membuat moral pasukan kami menurun. Aku cukup merasakan keadaan itu, tapi kupikir ini tidak cukup baik untuk mengalahkan kami.
Kejutan apa lagi yang akan terjadi?
Kami baru saja akan mencapai North Wall, dan berhasil meloloskan diri dari kepungan panah mereka, saat seorang pemuda berpakaian serba putih dengan menaiki kuda bergegas ke arah kami.
"Bishop Edmund?"
Wajah tampannya dengan kaku menatap ke arah kelima Bishop, dia bergerak turun dari kudanya, kemudian berdehem pelan.
"Arvyn, Wyatt, Greg, Pixel, kalian diminta kembali ke Central sekarang."
"APA?"
"Maksudmu?"
"Kau bodoh heh?"
". . . . . . . ."
"Mengapa?"
Dari kelima bishop, hanya Arsais yang tidak tampak terkejut sama sekali, dia tidak mengeluarkan sepatah katapun, dan tetap menatap dengan dingin ke arah Edmund.
"Apa apaan ini? Kamu tidak lihat keadaan kami?"
Pixel dengan marah meremas kerahnya kemudian menariknya ke hadapannya, dan menunjukkan sebelah tangannya ke arah Aronia yang perlahan bergerak maju ke arah kami.
"Central diserang..."
"APA?"
Keempat bishop lain berteriak bersahutan, genggaman Pixel segera terlepas saat itu juga.
Aku sendiri tidak kalah terkejut mendengarnya.
Omong kosong.
Mana mungkin?
Bagaimana mungkin ada pasukan yang bisa masuk melewati pertahanan kelima bishop semudah itu?
Bahkan mencapai Central?
Apa yang direncanakan Aronia?
Edmund merapihkan pakaiannya, kemudian mengangguk pelan.
"Saat ini Great Shrine sudah dikepung oleh pasukan yang datang entah darimana. Kalian berempat dipanggil oleh Lord Marty, pertahanan disini sementara akan dibebankan pada Lord Arsais."
Arsais hanya menatap dengan diam.
Pasukan kami mulai berbisik bisik resah, tampaknya mereka cukup jelas mendengar pembicaraan barusan.
Gawat.
"Ini adalah perintah dari Lord Marty, jadi kuharap tidak ada yang membantah.
Segera Organize pasukan kalian, Kita akan bergerak ke arah Central dengan komandoku.
"Sial..."
Arvyn menonjokkan kepalannya ke tanah, meninggalkan sebuah lubang berbentuk genggaman tangannya di tengah tanah tandus yang keras.
Arvyn menatap ke arah Arsais, yang hanya membalasnya dengan tatapan dingin dan tenang.
"Tidak ada jalan lain.."
Greg hanya mengangguk kecil, kemudian segera mengumpulkan pasukannya dan bergerak mundur dari peperangan.
"Aku tidak bersedia!"
"Bishop Arvyn, ini adalah perintah. Kalau Great Shrine jatuh, pertahanan kita disini tidak ada gunanya, jadi turuti perintah Lord Marty!"
Edmund berbicara dengan lantang ke arah Arvyn, membuatnya sejenak tertegun
"Baiklah, tapi aku pastikan aku akan kembali kemari secepatnya!"
Arvyn dan kedua bishop yang tersisa segera bergerak mundur dari medan perang, bersama dengan seluruh divisi mereka, meninggalkan Aku, Axel, Arsais dengan seluruh Valerie di North Wall.
"A...Arsais..."
Pasukan kami mulai berbisik bisik dengan ragu, beberapa dari mereka mulai resah, dan mulai kehilangan semangat bertarungnya.
Arsais tampaknya membaca keadaan ini, kemudian dia segera bergerak ke arah depan pasukan kami.
"Aku tidak memaksa kalian, siapapun yang ingin mundur, kalian dipersilahkan meninggalkan tempat ini sekarang dan melepaskan seragam kalian. Kalian resmi keluar dari Valerie, dan bebas dari semua masalah ini. Tapi bagi kalian yang ingin bertempur sampai mati bersamaku, ayo kita selesaikan semua ini, sebagaimana kita memulai persaudaraan kita..."
Arsais menatap ke sekeliling pasukannya dengan tajam.
beberapa orang tampak melepaskan lambang Valerie di dada mereka, dan mundur pergi dari medan perang.
Arsais hanya menghela nafas.
"Ada lagi?"
Sisa pasukan yang berdiri di hadapan kami menggeleng mantap, kemudian bersorak riuh.
"Lord Arsais, walau aku baru bergabung, tapi aku tahu apa artinya loyalitas, dan bagiku, bertempur sampai selesai disini adalah kewajiban..."
Clive mengokang senapan panjangnya, kemudian tersenyum ke arah Arsais.
"Yeah, apa yang kamu tunggu? Ayo kita hajar mereka!"
Rover menjilat bibirnya, sambil memain mainkan kedua pedangnya.
"Bagus, kita pertahankan Valerie! Jaga nyawa kalian, mungkin ini pertarungan terakhir kita, tapi aku tidak berharap satu pun dari kalian gugur disini!"
Sorakan riuh rendah terdengar di seluruh sisi pasukan, Arsais membalik tubuhnya membelakangi kami.
"Disini kita berdiri, Pertahankan rumah kita, DISINI!"
Kami berdiri dengan mantap di belakang gerbang, para pemanah sudah siap di sekeliling gerbang, Arsais mempergunakan taktik andalannya, bertahan dengan Benteng.
Tapi aku tetap ragu, karena walaupun Arsais tidak pernah tertembus dengan taktik ini, tapi dengan jumlah orang kurang dari seperempat jumlah mereka, apa kami bisa bertahan?
*****
"Mundur, mundur! ambil jarak dari mereka! Rapatkan barisan kita!"
Kami berbaris dalam sebuah barisan kecil, tak ada lagi benteng, karena benteng yang menjadi pertahanan terakhir kami sekarang sudah hancur pada saat pasukan utama mereka datang ke hadapan kami.
Kami dengan cepat dipukul mundur dari benteng yang kami jajaki, dan hampir seperempat pasukan kami sudah terbunuh dalam prosesnya.
"Bertahan! Tidak ada lagi yang harus mati!"
Arsais memberikan komando dari tengah tengah pasukan, kami membentuk formasi lingkaran, menghadapi pasukan musuh yang sudah berada di sekeliling kami.
"Arsais, kita tidak mungkin menang, apa rencanamu..?"
Aku berbisik ke arah Arsais, Pasukan musuh hanya menatap ke arah kami, mereka juga tidak melakukan perlawanan, hanya mengelilingi kami dengan kuda kuda bertarung dan terus mengawasi gerak gerik kami.
"Kita mundur, Ke Valerie..."
"Tidak mungkin, dengan keadaan terkepung seperti ini?"
"Ada cara, Caesar..."
Aku menatapnya dengan tajam.
"Tidak dengan itu...."
Arsais hanya mengangguk ke arahku.
"Tidak ada cara lain."
Arsais melepaskan sarung tangannya, kemudian mengangkatnya ke atas kami.
"Rage of nature, Tremble the Earth, make everything knee in front of you! Epicentre!"
Arsais menghentakkan sebelah kakinya ke tanah, yang menyambutnya dengan raungan hebat.
Tak lama kemudian bumi mulai mengamuk, tanah yang dipijak oleh musuh yang mengelilingi kami segera terbalik dan membenamkan mereka dalam tanah.
Raungan dan jeritan terdengar jelas saat bumi menelan pasukan musuh hidup hidup.
"Arsais, cukup!"
Arsais menundukkan kepalanya, nafasnya tampak memburu, dan darah tampak menetes dari mulutnya.
"Lord Arsais, anda baik baik saja?"
Axel menepuk pelan punggungnya.
"LARI! CEPAT! KE VALERIE! SEMUANYA!"
Arsais segera mengangkat tangannya dan memberikan aba aba pada pasukan kami.
Pasukan kami saat ini sudah dalam kondisi terburuk, semua orang segera berlarian dengan panik menuju ke arah Valerie.
Hanya aku, Clive, Axel, dan Rover yang tampak masih tenang dan berlari beriringan dengan Arsais.
"Pergi! Kumpulkan pasukan amankan mereka! Bawa mereka ke tempat yang aman!"
"Tidak mungkin aku meninggalkanmu!"
"PERGI! AKU BISA MENJAGA DIRIKU!"
Arsais mendadak membalik arah tubuhnya, menghadap rentetan pasukan musuh yang mengejar kami.
"EARTH! FOLLOW MY ORDER! SHOW YOURSELF AND FIGHT FOR ME! CLAY DOLL!"
Arsais ambruk seketika, tetapi segera berdiri.
Darah tampak menetes deras dari tangan kanannya.
Lambang True Earth Rune bersinar kemerahan seakan membakar tangannya.
Tanah terasa bergetar, dan mulai mencembung, membentuk boneka boneka dengan pedang dan segera berlari kearah musuh.
"Itu pasti bisa memperlambat mereka! Cepat lari dan segera pimpin pasukan kita ke tempat yang aman!"
Aku dan yang lain baru akan berlari, saat tiba tiba sebuah lambang muncul di langit.
Arsais terperangah memandang ke langit.
"The Beginning Rune. CARDINAL DATANG! CEPAT! SELAMATKAN PASUKAN KITA!"
BLAMM!"
Sebuah kilatan cahaya mendadak menubruk ke arah kami, dan boneka tanah Arsais segera hancur berantakan saat ribuan pedang berselimut cahaya berjatuhan dari arah lambang raksasa di langit.
Lambang itu perlahan meredup, kemudian menghilang.
"Sial, Magicnya terlalu kuat! Aku harus memasang anti magic!"
"Hentikan!"
Aku memegang tangan Arsais, tetapi dia segera menghentakkan tangannya, kemudian membuka kedua lengannya ke arah pasukan kami yang berlarian.
Mustahil, dia ingin membuat perlindungan raksasa?!
Itu bisa menguras tenaganya!
"Warm Nature, Mother of Earth, Show us thou mercy, Canopy Defense!"
Jalaran rumput dan kerikil segera terbentang di atas kami, membentuk perlindungan dalam sinar kehijauan.
"Arsais, cukup, hentikan..."
Arsais mengangguk, kemudian menepuk pelan pundakku.
"Sudah cukup, ayo! Segera pergi dari sini!"
Jleb! Jleb Jleb!
"Argh!"
"Mereka memanah kita!"
Arsais mengumpat dengan kesal, kemudian menarik panah yang menancap di bahunya.
"SIALA..."
Kata katanya terhenti saat dia menatap ke arah panah yang dicabutnya, Wajahnya nampak sangat terkejut.
"Arsais?"
"Pergilah..."
"Apa?"
"KUBILANG PERGI!"
Wajahnya mendadak berubah menjadi sangat mengerikan, dia menarik kedua pedangnya, kemudian segera berlari ke arah musuh.
Aku ternganga ngeri menatap ke arahnya.
Setan apa yang merasukinya?
Arsais mengamuk sejadi jadinya di tengah pasukan musuh, tapi tampaknya tubuhnya sudah terlalu lemah untuk menghadapi musuh itu.
"PERGI! SEKARANG! INGAT JANJIMU! KAU AKAN MEMIMPIN PASUKANKU BILA AKU TIDAK MAMPU MEMIMPINNYA LAGI!"
Arsais membalik tubuhnya, kemudian mengatupkan kedua tangannya.
Clive ternganga menatap ke arah Arsais.
"Dia, menggunakan Final Order dari Earth Rune...."
Final Order? Bahkan Order terlemah pun bisa memenggal tangannya, dan dia menggunakan jurus Earth Rune terkuat?
Aku baru akan berlari ke arahnya, saat mendadak Axel menggenggam tanganku. Rover dan Clive tampaknya berhasil mengumpulkan pasukan yang tercerai berai.
"EARTH, NOW OBEY MY ORDER! UNLEASH MY FURY, GIVE ME YOUR POWER TO DESTROY EVERYTHING THAT AGAINST ME! EARTH INCANTATION!"
Tubuh Arsais segera melayang di udara, dan batu batuan melayang ke arahnya, membungkus tubuhnya dalam sebuah sosok raksasa mengerikan.
"A..Arsais..."
Golem raksasa itu mengamuk, meluluh lantahkan barisan musuh, Sosok itu memuntahkan cairan kemerahan yang membakar semua yang ada di depannya.
Aku masih terpana menatap kengerian di depanku, saat Axel menepuk pundakku.
"Ayo, kita harus pergi..."
"Arsais..?"
"Lord Arsais pasti akan baik baik saja..."
Clive dan Rover menyeretku pergi, bersama dengan seluruh pasukanku.
Aku menatap kosong, ke arah Monster Batu yang masih mengamuk di hadapan kami.
"MEREKA MELARIKAN DIRI!"
Pasukan musuh tampaknya menyadari kepergian kami, dan mereka mulai mengalihkan fokusnya ke arah kami.
"SIAL!"
Semua orang segera mempercepat langkah mereka, dan Arsais pun masih mengamuk, berusaha menghancurkan semua yang berusaha mengejar kami, tapi tampaknya jumlah orang yang dihadapinya sudah terlalu banyak.
Aku melihat Arsais dengan susah payah menarik tangannya ke atas, kemudian sayup mendengar raungannya.
"EARTH, SPREAD, SCORCH, AND LAY DOWN YOUR ANGER, SANDSTORM...."
"Arsais, cukup, jangan gunakan lagi..."
Aku menatap dengan pilu ke arah Arsais, tepat sebelum tubuhnya hancur dan berubah menjadi badai pasir, kemudian menerbangkan semua orang termasuk aku, sementara berbagai batuan tampak berjatuhan dengan keras ke arah pasukan musuh, menimbun mereka dalam terjangan pasir.
*****
"Sir Caesar...."
Aku membuka mataku, menatap ke arah orang yang menepuk bahuku perlahan.
"Axel?"
Aku melihat ke arah sekelilingku.
"Ini...?"
Aku mengerjapkan mataku seakan tak percaya.
"Valerie? Kita di Valerie?"
Axel mengangguk lemas, tampaknya semua orang juga berada disekitar kami.
Sekeliling kami sudah bukan lagi Valerie yang kami kenal.
Efek kerusakan tampaknya sudah mulai di setting oleh game.
Valerie yang dulunya megah kini tampak rusak dimana mana.
Aku menapaki lantai marmer yang sudah retak di tengah taman tandus.
Benar benar mengerikan...
Tapi syukurlah kami sudah berada di Valerie.
Tampaknya Arsais membawa kami kemari.
Arsais?
"MANA ARSAIS?"
"Aku disini..."
"Arsais?"
Aku membalik tubuhku, dan nyaris terjatuh lemas saat menatap ke arahnya.
"Apa yang terjadi..."
Berbagai sobekan dan luka terpampang jelas di tubuhnya, Guratan guratan luka membelah berbagai sisi tubuhnya, dan darah segar terus mengalir dari tubuhnya. Arsais berjalan dengan terseok seok ke arahku.
"Tidak ada waktu, bawa semua orang ke Aula Utama, kita lari ke Central lewat jalan rahasia."
"Tapi, Valerie, bagaimana dengan Valerie?"
Arsais menggeleng.
"Keselamatan kalian lebih penting, Valerie masih bisa direbut, Ayo!"
Arsais dengan susah payah membimbing kami menuju Aula utama. Luka lukanya tampaknya sudah terlalu berat.
Sungguh kekuatan yang luar biasa karena dia masih mampu bergerak dengan luka separah itu.
"VALERIE!!!! VALERIE!!!"
Darahku serasa berhenti saat mendengar sorakan diluar.
Mereka sudah mencapai tempat ini!
Cepat atau lambat mereka akan sampai kemari.
"Earth Maze..."
Seisi Istana berguncang, dinding dinding dari baru bermunculan di sekeliling kami.
"Ini akan memperlambat mereka sebelum mencapai kita, Pergilah!"
Aku menatap tajam ke arahnya.
"Bagaimana denganmu?"
Arsais menggeleng.
"Aku adalah pemimpin Valerie, sudah seharusnya aku mempertahankan rumah kita sampai akhir..."
Aku menatapnya tak percaya.
"Jangan Bodoh!"
"Tidak ada waktu, cepat pergilah, sebelum mereka sampai kemari!"
BUM!
Suara ledakan besar terdengar, Arsais mendadak mulai merasa kesakitan, dan terbatuk darah.
"Arsais, apa yang terjadi?"
"Cardinal, dia kemari! Dia menggunakan kekuatannya untuk menjebol dindingnya!"
"Kau menggunakan kekuatanmu untuk membangun dinding ini?!"
Arsais mengangguk lemah, kemudian menatap ke arah Axel.
"Axel! Kamu masuk ke dalam! Kamu mengkhianati Lord Arsais?"
Aku meraung marah kepadanya, dia hanya menggeleng pelan, begitu pula dengan semua orang yang hanya diam menatap ke arahku.
"APA YANG KALIAN UGH!"
Arsais mendadak menendangku dengan kuat, melemparkanku ke dalam jalan rahasia.
"ARSAIS! UKH! AXEL....!"
Aku menatap tak percaya, saat Axel menyarangkan pukulannya di ulu hatiku, membuatku terjatuh tak berdaya.
Arsais segera mengangkat tangannya, membuat pintu jalan rahasia itu tertutup seketika.
"Ar..Arsais... Sial..."
Kegelapan segera menyelimuti kami saat pintu itu tertutup dengan sempurna, menghilangkan bayangan Arsais dari mataku.
=======================================
Arsais's View
Aku menutup jalan masuk ruang rahasia dengan sempurna, kemudian beringsut dan menjatuhkan diri ke takhtaku.
Aku merogoh tas kosongku, mengambil sebuah benda dari dalam tasku.
Sebuah tiara merah kehitaman.
Aku tersenyum memandangi benda itu, kemudian membalutkannya di tangan kiriku.
"UKH"
Aku merasakan rasa sakit menjalari tubuhku.
Menggerakkan tubuhku sekarang rasanya benar benar sulit.
Aku dengan susah payah berdiri dari kursiku, menggenggam erat benda kesayanganku di tangan kiriku.
Sebuah dinding yang berada di belakangku meledak, menciptakan sensasi rasa sakit lain di daerah rusukku.
Rasa amis yang familiar segera mengalir keluar dari mulutku. Aku terbatuk, berusaha mengeluarkan seluruhnya dari muluku.
Aku membalik tubuhku, menatap ke arah sosok yang perlahan muncul dari dalam kepulan asap.
Aku memperhatikan dengan seksama sosok pemuda berpakaian mewah dengan warna merah tua di hadapanku, rambut merahnya terikat, tetapi agak berantakan.
Mungkin karena perang?
Sosok itu menundukkan kepalanya tanpa berani memandang ke arahku.
Aku akhirnya membuka suaraku.
"Selamat datang, Disinilah, pertahanan terakhir Valerie, Cardinal dari Aronia, atau mungkin harus kupanggil.....Lord Jyo...?"
UPDATED
#Gosokgosoktangan
tinggal sedikit lagii
Ahahahaha
@just_pj tuhh udah apdet
Mana hadiahnyaa
minta permen!
@dhika_smg sudahhh
Happy reading yakk
@catalysto1 selamat ngebut lagi
@rarasipau ahahaha
nanti Yuji ama Marco ada cerita sendiri
wait 4 it
@rulli arto beress
@littlebro ceritamu kapannn dilanjuuutt
#nagih
anytime kalo lgi ga banyak tugas, libur gitu. Klo dipaksaain ceritanya nnti bakal ancur haha, *alibi* lgi ga ada ide hoho
aduhh yaudah kim nya aq bawa dlu deh
(Earth Incantation)
@just_pj mau coklat sihh
lolipop gpp deh
=_=p
Penasaran sm Cardinal di dunia nyata itu siapa ya??