It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
********
Kelvin Pov.
Aku masih memeluk tubuh
rapuh ini, dia masih terisak
setelah menumpahkan seluruh
kekesalannya dalam tangisan.
"Kamu mau pulang ke rumah
mu atau ikut kerumah ku?"
tanyaku setelah tangisannya
mereda, dia menunduk dan
mencengkram kain baju yang
menutupi bagian dada ku.
"Aku..." dia makin menundukkan
kepalanya.
"Ikut dengan mu saja" ucapnya
lirih. Aku menganggukkan
kepala ku.
"Ok" aku menggandeng tangannya dan menariknya
mengikuti arah jalan ku.
"Mau kemana?" Alvian menatap
ku dengan mata yang memerah.
"Pulang, motor ku ada di ujung
jalan itu" aku mengambil helm ku dan menghidupkan mesin
motor. Aku naik keatas jok
dan menepuk jok belakang
motorku. Alvian menatapku
dalam diam. Sepertinya dia
bingung ingin ikut denganku
atau tidak. Aku menggoyangkan
kepalaku ke arah belakangku
mengisyaratkan agar dia naik
ke atas motor. Akhirnya Alvian
pun naik dan dia memilih
mendiamkan kedua tangannya
di kedua pahanya. Aku
menghela nafas kecil lalu ku
tarik tangannya dan melingkarkannya di pingggang
ku. Alvian menatapku bingung.
"Peluk yang erat ya" ucapku.
Aku menancapkan gas motorku
tiba tiba dan memacunya dengan kecepatan tinggi, tubuh
Alvian tersentak ke belakang
dan dia pun memeluk pinggang
ku semakin erat. Aku hanya
tersenyum dan aku menambahkan kecepatan laju
motorku.
********
Kelvin House, 15.00 pm.
Alvian Pov.
Sesampainya dirumah Kelvin,
aku hanya memandang luar
rumah Kelvin yang bisa di
bilang mewah, Kelvin turun dari
motornya dan menuntunnya masuk kedalam halaman rumah.
Dia membawa masuk motornya
kedalam garasi dan menutup
pintu garasi. Kelvin memalingkan arah wajahnya
menghadapku dan menampilkan
senyuman manisnya kepada ku.
"Ayo masuk ke dalam" dia
mengambil kunci rumah dalam
saku celananya dan membuka
pintu rumah. Aku masuk dan
mengucapkan salam terlebih
dahulu. Kelvin mengerinyitkan
keningnya.
"Kenapa?" ucapku.
"Kenapa kamu bilang salam"
"Itu kan hal wajar, jika mau
masuk kedalam rumah harus
diawali dengan salam terlebih
dahulu" jelasku.
"Owh, ya pak ustad" ujarnya
usil. Kelvin berjalan ke arah
dapur dan keluar dengan
membawa satu botol air
dengan dua gelas bersih.
Aku duduk di atas sofa
berwarna hijau tosca ini.
"Orang tua mu kemana?"
aku melihat sekeliling rumah
yang rapi dan wangi.
"Mereka sibuk" jawabnya
singkat.
"Pasti dengan pekerjaannya"
tebakku padanya.
"Yeah, kamu benar"
"Orang tua kan memang
seperti itu" aku tertawa kecil.
Kelvin menatapku lekat, aku
berhenti tertawa dan membalas
menatapnya bingung.
"Kenapa?" tanyaku.
"Kamu lebih cocok tertawa dari
pada menangis sperti tadi"
wajahku seketika memerah
saat Kelvin mengingatkan
kembali dengan kejadian di
danau tadi.
"Sudahlah jangan membahas
itu lagi" aku menundukkan
kepalaku dan memandang
lantai. Kelvin duduk di sebelah
ku dan menggenggam tangan
kiri ku erat. Aku memalingkan
mukaku ke arahnya.
"Aku bukan pembohong seperti
yang kau maksudkan itu"
aku menatapnya bingung, dia
sepertinya menganggap aku
mengatakan pembohong itu
untuknya sebenarnya bukan.
"Aku mengatakan hal itu buk.."
kata kata ku terpotong oleh
perkataannya yang spontan
keluar dari bibirnya.
"Aku mencintai mu tulus, sangat tulus. Percayalah" Kelvin
menatapku dan menggenggam
kedua tanganku erat.
@Fazlan_Farizi, @semua
Maaf jadi double post begini..
Monggo di baca..
@rulli_anto, @kutu22, @CoffeeBean, @Dhika_smg
********
Alvian Pov.
Aku menatapnya dan dia pun
menatapku, aku memandang
lekat bola matanya disana
ada kesungguhan yang terpancar dari sinar matanya. Sesaat aku seolah
terhipnotis oleh manik hitam
matanya, Kelvin menangkup
pipi ku dengan sebelah tangannya kemudian mengelus
lembut.
"Apa jawaban mu?"
"Aku.. Aku belum bisa untuk
menjawab" aku menunduk.
"Apakah butuh waktu bagi mu?"
Kelvin menempelkan bibirnya
di dekat telingaku dan
menghembuskan nafas hangatnya ke lubang telinga.
"Entahlah" aku mendesis.
"Kalau begitu pikirkanlah
baik baik" Kelvin mengecup
daun telinga ku dan mencium
kedua kelopak mata ku.
"Aku berharap kau tidak
menangis lagi seperti tadi"
aku hanya mengangguk malu,
aku tidak bisa berkata apa
apa dia begitu baik, sikapnya
pun manis sekali. Aku
menggenggam erat ujung
kaosku dan melirik ke arahnya
sebentar. Kelvin sadar bahwa
dia saat ini sedang di
perhatikan oleh ku.
"Kenapa?" dia menyeringai.
"Ah, bukan apa apa" aku
menatap ke arah lain.
"Umm, a apakah yang kau
katakan itu benar?" ucapku.
"Tentu saja" jawabnya mantap.
"Akan aku pikirkan kembali
kalau begitu" aku menunduk,
Kelvin mengacak rambutku.
"Iyaa" Kelvin mencubit pipi ku
pelan, aku hanya meringis sakit.
"Thanks" ucap Kelvin dengan
tersenyum. ^^)
@Fazlan_Farizi, @Henry_13, @Dhika_smg
Page 35..
********
15.30 pm.
Deka Pov.
Aku mengetuk ngetuk permukaan meja dengan jari
telunjuk ku, aku menunggu
Alvian pulang hampir tiga jam
di danau tapi sampai saat ini
juga dia belum pulang, aku
khawatir di tersesat atau lebih
parahnya lagi. Tidak tidak
stop Deka kamu jangan pikir
hal yang bukan bukan. Aku
menghela nafas kecil dan melihat jam yang melingkar
di tangan ku.
"Kamu dimana Vian" desisku.
Aku memijit kening ku
sebentar, dan mencoba berpikir
positif. Aku membolak balikkan
halaman buku yang sedang ku
baca, aku meremas tumpukan
kertas yang tergeletak di atas
meja. Aku tak fokus kemana
Alvian sekarang. Shit!
Aku membanting buku bacaan
itu dan dengan segera aku
bergegas pergi ke tempat
Alvian. Aku banting pintu dengan keras, membuka
pintu garasi dan langsung
masuk ke dalam mobil hitam
milik ku. Aku memacu kecepatan
mobil ku seperti orang terburu
buru, sesampainya di jalan
sendanu aku berjalan dan
mengelilingi danau. Tetapi hasilnya nihil aku mencari
sosok Alvian disana tidak
ada siapa pun. Aku meremas
rambut belakang ku kesal.
Aku merogoh saku celana ku
dan berusaha menghubunginya
lewat telphone. Shit, hanphone
pun tak aktif. Aku mengumpat
pelan dan di dalam pikiran
ku saat ini adalah sosok Indra,
apakah aku harus menghubunginya untuk
menanyakan keberadaan
Alvian dimana? Aku menatap
layar ponsel ku da memencet
tombol call. Aku mengurutkan
keningku berharap dia mau
mengangkat telphone ku.
********
Indra Pov.
Drttt Drtt Drttt.
Aku mendesis pelan mendengar
suara getar handpone ku, aku
membuka kedua mata ku
lelah setelah melakukan aktifitas
melelahkan di ranjang bersama
Evan, aku melirik ponsel ku
yang tergeletak di atas buffet
dan mengambilnya. Aku menatap bingung sebuah nama
yang tertera di layar ponsel ku.
Aku mendengar suara erangan
kecil yang bersumber dari
sosok di sebelahku saat ini,
Evan mengucek kedua matanya
yang sayu. Lalu menatapku
dengan kedua matanya yang
mengundang hal liar masuk
kedalam otak ku. Aku
menggelengkan kepala ku
cepat. Evan mendekati ku
dan memeluk tubuh telanjang
ku erat.
"Siapa yang menelephone?"
"Sepupu ku" jawabku singkat.
"Angkatlah mungkin saja
penting" Evan menaruh dagunya dia atas bahu ku.
Aku mengangkat telphone
dari Deka. Evan menatapku
gelisah terlihat dari berbagai
macam ekspresi yang ku
tunjukkan saat berbicara dengan
seseorang disana. Setelah
itu aku menutup sambungan
telphone dan menghela nafas
kecil.
"Ada apa?" Evan menatapku
cemas.
"Adikku tidak ada dimana mana" ucapku lesu.
"Maksud mu?"
"Alvian tadi ingin pergi keluar
tapi sepupu ku bilang dia
malas, dan Alvian nekat keluar
rumah sendirian"
"Memangnya kenapa?"
"Dia baru beberapa hari disini
Van, aku takut dia tersasar
saat pulang. Cih aku memang
kakak yang tidak berguna"
aku meremas tangan kiri ku.
Evan mencoba menenangkan ku
dengan menggenggam lembut
tangan ku.
"Memang dia mau pergi kemana?"
"Deka bilang di dekat danau di
jalan sendanu, kau tau?"
"Ah, danau itu toh. Aku pernah
pergi kesana"
"Tapi deka sudah mencarinya
dan Alvian tidak ada disana"
ucapku kesal. Evan menatapku
lurus.
"Oya, kalau tidak salah Kelvin
saat disekolah dia bilang mau
pergi ke tempat biasa, sepertinya dia juga kesana.
Mungkin saja Kelvin tidak
sengaja bertemu dengan adik
mu yang kebetulan pergi
ke danau juga" Evan menatap
ku serius. Aku memandangnya
sejenak kemudian mengangguk
setuju.
"Lalu? Bagaimana?" tanya ku.
"Sekarang kita ke rumah
Kelvin saja, jam segini pasti
dia sudah pulang"
"Ok" aku dan Evan bergegas
bangun dan memakai baju
kami yang teronggok di lantai.
"Kamu mau ikut Van?" tanya ku.
"Tentu saja" dia tersenyum,
aku menarik tangannya dan
bergegas pergi ke rumah
Kelvin.
@semua, @Marukochan
ini lanjutannya.
@Dhika_smg, @wilem, @monic,
@kutu22