It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
dia berbicara seperti itu seolah
olah dia pernah tersakiti.
Sosoknya memang selalu tegar
kuat dan tenang tapi di balik
itu semua aku bahkan tidak
tau masalah apa saja yang datang menghadangnya.
Apakah di balik senyum, tawanya, candanya dan juga
sifatnya yang meneduhkan
itu adalah benteng untuk
memperkuat kokohnya
agar dia tidak rapuh dan
hancur di depan orang lain
termasuk di hadapan ku.
Beribu pertanyaan memenuhi
kepala ku, dia ini begitu
misterius, sekali pun aku tak
pernah melihatnya bersedih
akan sesuatu hal dia tetap
Yoshi seperti biasa.
Dia seolah kokoh di manapun
dia berada tak pernah tumbang
walau angin sedahsyat apapun
menerpanya.
Tapi kenapa saat ini dia menunjukkan sisinya yang lain
aku melihat perubahan emosi
setiap kata kata yang meluncur
keluara dari bibirnya.
"Ada apa?" tanyanya sembari
memandang ku dengan tatapnnya yang teduh.
"Tidak... Hanya saja.."
"Sudah, jangan terlalu di
pikirkan perkataan ku tadi ya"
"Aku baik baik saja, seperti
biasanya" jawabnya seolah
bisa membaca pikiran ku yang
cemas dengan sikapnya tadi.
@Fazlan_Farizi, @semua, @yuss
@mahardhyka, @Dhika_smg,
@Marukochan, @Rez1
iya, tgl 3 nov..
cemas.
"Yeah, im fine" ucapnya dengan
senyuman. Aku menyentuh
tangannya dan memainkannya.
"Masak bareng yuk?"
"Hah?"
"Iya, kita berdua masak"
aku tersenyum lebar, oshi
mengerinyitkan kening.
"Gosong gimana?"
"Kan ada aku" aku menepuk
nepuk dada ku bangga.
"Kalau gak enak gimana?"
"Pasti enak kok"
"Kalau gak hmpp..."
aku menyumpal mulutnya
dengan serbet dapur.
"Berisik!" aku berlari dan
kabur sebelum terkena omelannya.
"Hyakk.. Asya!" oshi melempar
serbet ke sembarang tempat.
Dan pergi menyusul ku
ke dapur.
Aku bersembunyi di bawah
kolong meja dapur, tiba tiba
oshi menarik tangan ku keluar
dari sana.
"Kamu ini jail sih Sya, mulut
ku di sumpal pake serbet bau
begitu" dia mendumel tidak
jelas, aku hanya tertawa.
"Kamu cerewet sih Shi"
"Tapi gak gitu juga kan
caranya. Gak sopan"
"Iya deh maaf" ucapku
menyesal.
"Gak ada maaf" serunya tegas.
"Kok gitu" ujar ku sedih.
"Apa dong biar kamu gak
marah lagi dan maafin aku?"
"Hoho, syaratnya mudah"
oshi menaik naikkan alisnya.
"Kok perasaan ku tiba tiba
ga enak yah" aku mengusap
belakang leher ku.
"Hahahaha" oshi hanya tertawa
sadis ala emak emak di tv.
Aku menggeleng gelengkan
kepala ku melihat kelakuan
anehnya.
"Buatin aku sarapan"
"Nah kan pasti ga enak
akhirnya"
"Loh? Itu syarat biar kamu
bisa di maafkan"
"Tapi kan perjanjiannya tadi
masak bareng Oshi!"
"Kapan perjanjiannya di buat?
Aku lupa tuh"
"Curanggg!" aku menendang
kakinya keras.
"Aduhh" oshi meringis pelan,
dan berjongkok memegang
kakinya yang memerah.
"Kamu kasar Sya"
"Bodo" ucap ku ketus.
"Anak kecil" serunya.
"Biar" dengus ku.
"Asya manis..." jawabnya dengan terkekeh pelan.
"Biar..... Ehhh?! Enggak ya!"
ucap ku tak terima, oshi
tertawa kecil.
"Aku bukan perempuan!"
jawab ku protes.
"Laki tapi hobi masak?
Patut di pertanyakan tuh"
"Oshi! Gak jadi aku masakin
tau rasa kamu" umpat ku.
"Haha.. Ya ya becanda"
aku menghentakkan kedua
kaki ku lantai dan segera
pergi meninggalkannya.
Oshi keburu melingkarkan
tangannya di pinggangku.
"Sorry" bisiknya.
"......." aku diam, diam karna
pelukannya yang membuat ku
tak bisa berkata apapun.
"Ayo masak" oshi mengecup
pipi kiri ku dan melepaskan
pelukannya. Aku hanya
mematung dan memegang
pipi ku karna kecupan basah
bibirnya.
@darkrealm, @Just_PJ,
@ElninoS, @semua
lanjut....
dan bawang merah ya"
ucapku sok mengajari.
"Nanti tangan ku yang ke
potong gimana?"
"Emang nasibnya begitu kali?
Terima ja" jawab ku cuek.
"Tega banget ngomongnya"
oshi mulai memotong
motong cabe merah besar.
"Haha" aku mengambil
ebi dan mengelupaskan
kulit kerasnya dari badan ebi
(udang). Aku mengambil satu
wortel dan mengirisnya
menjadi dadu dadu kecil.
Aku menengok ke sebelah
ku dan melihat hasil potongan
oshi.
Mata ku terbelalak melihat
ukuran potongan cabe yang
di potong oleh oshi.
"Ya ampun, kamu mau potong
cabe apa mau sunat orang?"
aku mengambil potongan
besar cabe dan menunjukkan
kepada oshi.
"Potongannya terlalu besar.
Ini sih 3 senti juga ada"
aku mengeleng gelengkan
kepala ku frustasi.
"Ck, memangnya harus berapa
senti sih irisannya" ucapnya
kesal.
"Gak sampe beberapa senti
oshi, tipis tipis lah masa
kamu gak bisa sih"
"Aku kan udah bilang aku
ga bisa masak Asya"
"Tau, tapi jangan terlalu
besar lah potongannya"
"Kalau potongannya sebesar
ini sih namanya buat hiasan
makanan"
"Ah, aku nyerahlah" dia
menaruh pisaunya di atas
tatakan dan bersandar pada
meja dapur.
"Kamu ini gimana sih"
"Kemari" aku menarik
tangannya dan mengajarinya
cara memotong cabe yang
benar.
"Tipis Shi, tapi jangan terlalu
tipis nanti bentuknya gak
bagus"
"Kamu bawel banget Sya,
kalau soal masak"
"Udah liatin ja caranya"
aku mengiris kecil cabe merah
sampai ke ujungnya.
"Yap selesai" aku melap tangan
ku pada serbet si sebelah
tatakan.
Oshi melihat hasil pekerjaan
ku yang rapih dan bagus.
"Haha, calon istri yang baik
nih jago masak pula"
aku menepuk wajahnya
dengan tangan ku bekas
irisan cabe merah.
"Shit! Perih Sya!" raungnya.
Aku hanya tertawa dan
menjauh dari jangkauan
tangannya.
"Rasain.." aku meneruskan
masakan ku dan tidak
memperdulikan ocehan
ocehan pedas yang keluar
dari bibirnya.