BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Piece of Unfinished Melody

1525355575888

Comments

  • edited April 2013
    uyeahhh...
    tante fujo emang paling jago deh bikin ceritanya!
    bu endahhhh....! =))
  • aduh bang ben, formal banget minta maafnya. dibawa santai aje, pasti asik kok.

    tapi dua part trakir ada bagian marco yang galau ya? Agak gimana gitu... slama ini bawaannya nglawak trus marco view, tapi yang ini galau, wlaupun galaunya juga oke sih.

    bu endah? hei, satu almamater. guru fisikaku juga bu endah... #maksa dunia dipersempit

    bintangE nang kene soyo akeh ya. ojo di sensor bang. Gek lapo kudu di sensor ki? jenenge ae gawe crito.
  • Knp knp knp dengan rumah yuji? Knp data yuji sangat rahasia?
  • Kenapa oh kenapa? Minuman itu haram?

    #mendadak dangdut!!!
  • it's okey TS..
    So, ni cerita rada real dong kalau begitu??? Jd makin penasaran...
  • Bu endah super sekali
  • Lanjut lageee. :'(
  • tetap semangat @silverrain aku sllu menunggu lanjutan kisah yujii n marco...
  • Kenapa mas/mba @silverrain sih manggilnya, ditiap trit edisiny beda ² :D

    kenapa ko dipotongnya pas bikin penasaran gitu, sengaja membuatku tersiksa?? :'( :'( :'(
  • Keren.. (y)

    Keep writing yah bos @silverrain.... :)
  • Lanjutttt!!
  • Gpp ts, kami tetap menunggu dengan setia. Take ur time to get best inspiration ^^
  • Marco's View

    "Selamat datang, silahkan ikuti saya, nyonya dan tuan sudah menunggu anda di aula utama, sebelah sini..."

    seorang wanita bersanggul dengan setelan kantoran hitam dan aksesori kecil bebentuk bunga di atas kepalanya membungkuk dan menunjuk dengan tangannya.

    "Permisi, tuan? Bisa saya antarkan anda sekarang?"

    "Ah! Iya!"

    Aku dan teman teman akhirnya tersadar dari lamunan, wanita itu kembali tersenyum dan membungkuk, membuatku merasa benar benar kikuk.

    "Saya sekertaris utama Tuan Park, mohon panggil saya sekertaris Li, saya akan mengantar anda sampai disini, selanjutnya kepala rumah tangga kami akan mengantar anda menghadap Tuan dan Nyonya Park..."

    Sekertaris Li membungkuk sambil menarik pintu geser, dan di belakangnya delapan orang berpakaian pelayan segera membungkuk pada kami, dan menggeser diri mereka menyamping, menampilkan seorang wanita tua berpakaian satin hijau tua dan rambut tersanggul dilengkapi sebuah tusuk konde dari giok hijau.

    "Maaf karena menunggu lama, saya kepala rumah tangga rumah ini, silahkan, sebelah sini."

    Wanita itu menuntun kami berjalan melewati delapan orang pelayan lain yang segera membungkuk saat kami lewat di hadapannya.

    "Marco, kamu yakin kita ga salah rumah?"

    Aku mengangkat bahuku dengan kening berkerut menjawab pertanyaan Gege.
    Aku sendiri sekarang ragu.
    Begitu melihat rumahnya saja aku sudah ternganga.
    Rumahnya memiliki gaya arsitektur oriental lama, dengan luas sekitar.
    hmm....
    Entahlah.
    Luas banget!
    Dan di halaman rumahnya, beberapa orang dengan pakaian pelayan berjalan lalu lalang.
    Serasa melihat istana di film film korea.
    Atau ini memang istana korea yang terlempar ke Indonesia?

    "Marco, memangnya Yujii pangeran ya?"

    "Maybe..."

    Kuangkat bahuku sekali lagi, sembari memperhatikan lorong yang kami lewati, berbagai pintu geser dengan dua pelayan berdiri di sampingnya bersusun di sepanjang lorong.

    "Disini aula utama, Tuan dan Nyonya Park menunggu anda di dalam."

    Wanita tua itu membungkuk dan mundur perlahan, kemudian menatap kami.

    "Mohon segera masuk...."

    ujarnya dengan nada rendah, membuatku semakin merasa kikuk.

    "Te.. Terimakasih...."

    Wanita itu tersenyum, kemudian mengangguk pada dua orang lelaki berpakaian merah seperti yang kami lihat di pintu depan. Kedua lelaki itu segera membungkuk, kemudian segera membuka pintu, menampilkan sebuah ruangan lagi dengan pintu di ujungnya.
    Kedua lelaki itu kembali berlari masuk, membuka pintu kedua.

    "Jadi fungsi ruangan ini cuma jadi ruangan pintu? Keren cuy..."

    Janto berdecak kagum sambil memperhatikan ruangan berdinding kuning gading dengan berbagai ornamen di sekelilingnya.
    Pintu kedua ternyata berakhir di sebuah ruangan lebar berlantai marmer merah, sebuah ukiran phoenix menghiasi lantainya, sementara dua ekor naga merah mengapit ruangan itu.

    "Astaga, rumah macam apa ini...?!"

    Aku menjawab pertanyaan retoris Benny sekali lagi dengan naikan bahu kecil.
    Aku sendiri terkejut.
    Yujii yang biasa begitu perhatian terhadap pengeluaran dan lebih memilih makan dengan mie karena alasan "murah" ternyata punya rumah sebesar ini?
    Aku bertaruh dia pasti luarbiasa kaya!
    Kalau aku jadi dia, pasti aku akan hidup bahagia dan berfoya foya, bukannya hidup melarat di kos kecil seperti itu!

    "Silahkan duduk disini, Tuan dan Nyonya Park akan datang sebentar lagi..."

    Seorang pelayan berpakaian satin hijau muda mengangguk pada kami sambil memberikan beberapa bantal kecil untuk kami duduk berhadapan di lantai.

    "Tuan dan Nyonya Park hadir...."

    Seorang laki laki berpakaian hijau tua panjang berteriak sayu kemudian membungkuk ke arah pintu, seraya diikuti oleh semua orang di dalam ruangan.

    "Marco, lama lama aku takut. Coba cek HP mu, kita masih di Indonesia kan...?"

    Aku mencubit tangan Gege, tepat saat seorang lelaki dan wanita berusia awal 40an berpakaian merah yang tampaknya dari sutra berjalan masuk dan duduk.

    "Terimakasih, Pelayan Utama, Kepala Penjaga, Sekertaris utama, tolong tinggalkan ruangan ini...."

    Semua orang berseragam yang tadinya berdiri di sekitar kami segera membungkuk, kemudian berjalan pergi, meninggalkan hanya dua orang pelayan di sudut ruangan.

    "Jadi, kalian teman teman Yujii...?"

    Lelaki itu mendadak membuka suarnya, membuat kami semua terlonjak kaget.
    Dia tampaknya memahaminya, dan segera mengelus janggut tipisnya.
    Apa janggutnya di shaggy? Kenapa tampak begitu tipis?
    Entalah.

    "Aku tahu, maaf karena ketidaknyamanan kalian atas keadaan rumah kami, maaf karena ketidak sopanan kami."

    Ujar wanita berpakaian sutra merah
    Tidak sopan?
    Bagian mana dari semua kesopanan kronis ini yang ga sopan?!
    Aku daritadi takut bicara karena takut bakal salah ngomong nantinya.

    Ah! Tolong siapkan makanan kecil untuk mereka..."

    Wanita itu kembali memerintah.
    Seorang pelayan membungkuk, dan berjalan pergi. Pelayan itu segera digantikan oleh seorang lagi yang datang entah darimana.
    Kami semua masih terpana memandang ke sekitar kami.
    Ini bisa masuk keajaiban dunia kan...?

    "Sebenarnya kami terkejut karena baru sekarang Yujii didatangi oleh temannya, kami sempat kuatir kalau ternyata Yujii tidak bisa bergaul di sekolah, tapi tampaknya hal itu tidak perlu dikuatirkan lagi, bukan begitu Pa?"

    Dua orang berbahasa aneh (walaupun semua orang disini berbahasa aneh) itu tampaknya adalah Ayah dan Ibu Yujii.
    Mereka tersenyum berwibawa.

    "Ah, aku lupa memperkenalkan diriku, saya adalah Djody Prasetya, atau yang biasa dipanggil Tuan Park, saya ayah Yujii, dan disamping saya, Maria Park, istri saya, dan ibu dari Yujii...."

    Kedua orang itu mengangguk kecil dan tersenyum, kemudian mengerling pada kami.

    "Dan kalian adalah teman Yujii? Kutebak, kalian pasti teman satu klub ya? Jadi Yujii ikut kegiatan apa bersama kalian? Klub memasak?"

    Andaikan tidak melihat senyum terhina Benny, aku pasti sudah meledakkan tawaku, tapi kalau aku tertawa mungkin Benny akan mencekikku sampai mati disini.

    "Tolong jangan sungkan! Silahkan, ahh, makanan kecilnya sudah jadi? Bawa masuk!"

    Mendadak pintu di sisi kanan ruangan terbuka, belasan orang pelayan masuk membawa meja kecil merah berukir bunga, dan meletakkan masing masing satu di depan kami.

    "Mohon maaf kalau makanannya terlalu sedikit, tapi mohon dicicipi. Kepala dapur pasti sudah bersusah payah membuatnya..."

    Kami memandang segunung mocchi, manisan, kue kue, keripik manis, dan minuman di depan kami.
    Bagian mana dari benda ini yang bisa dibilang sedikit tante?!
    Ini cukup buat makanku 3 hari.
    Astaga, disini terima bungkus ga ya?

    "Silahkan dimakan, mari kita nikmati sambil ngobrol...."

    "Nona Park memasuki ruangan...!"

    Suara teriakan dari luar, disusul masuknya seorang gadis muda berpakaian sutra merah muda berhias burung phoenix, dengan wajah yang sudah sangat familiar.

    "Lina?"

    "ah! Ternyata benar kalian! Aku sudah menduga! Ah, Ayah, Ibu, saya datang..."

    Lina datang dan membungkuk pada ayah dan ibunya yang segera mengangguk sambil tersenyum.
    Lina kemudian segera mengambil tempat di sisi ibunya, dan sebuah meja berisi makanan segera datang menyusulnya.

    "Kalian semua daritadi cuma melongo kenapa sih?"

    Lina memiringkan kepalanya sambil menatap bingung pada kami, kemudian tersenyum manis kembali.
    Hmm..
    Sebenarnya, keadaan rumah ini yang terlalu formal, atau rumahku yang terlalu barbar ya?
    Rasanya daritadi ga ada hentinya aku terkejut dan terpana karena hal hal yang terjadi di rumah ini.
    Aku ga merasa berada di rumah, tapi di istana.

    "Oke, jadi ayo kita ngobrol..."

    Ibu Yujii memecahkan keheningan dengan suara lembutnya, ia kemudian menuangkan teh ke gelas suaminya.

    "Jadi kalian pasti kemari karena diundang Yujii benar?"

    Kami semua menggeleng.

    "Sebenarnya kami semua datang kemari karena kuatir. Yujii belum pernah bolos sebelumnya, tapi hari ini dia mendadak membolos dan pergi dari kost, kami jadi kuatir. Karena itu kami mengambil data Yujii di sekolah, ah, maaf karena kelancangan kami, dan kami datang kemari."

    Ayah dan Ibu Yujii berpandangan, sementara Lina menikmati makanannya seakan tidak terpengaruh pembicaaan kami.

    "Jadi kalian kemari karena ingin menemui Yujii?"

    Kami mengangguk dengan bersemangat, tapi Ibu Yujii malah menghela nafasnya.

    "Maaf, tapi kalau hari ini, tampaknya kalian tak akan mungkin bertemu dengannya..."

    Aku mengernyitkan dahiku, Ibu Yujii meneguk tehnya, kemudian tersenyum tipis.

    "Setiap tahun pada hari ini, Yujii tidak akan bisa ditemui siapapun, karena ini adalah hari spesial baginya."

    "Ya, kami tahu, ini hari ultah Yujii, benar kan? Tapi kenapa dia malah ga bisa ditemui oleh siapapun....?"

    Ayah Yujii tersenyum nanar mendengar pertanyaan Benny, ia kemudian memandang istrinya yang mengangguk paham.

    "Hari ini bukan cuma hari bahagia bagi Yujii, tapi juga hari dimana kenangan buruk yang terus menghantuinya selama ini terjadi, yang membuatnya terus menyalahkan dirinya sampai sekarang. Dia selalu menyalahkan dirinya, dan menolak merayakan ulang tahunnya, karena itu hanya akan membuatnya teringat pada rasa bersalahnya..."

    Kami semua terperanjat, dan kata kata barusan membuatku membatu.
    Berarti benar, akulah yang membuatnya terpukul kemarin.
    Marco!
    Dasar bodoh!

    "Boleh kami tahu apa yang terjadi?"

    Ibu Yujii ragu sejenak, tampak menimang nimang.
    Tuan Park menepuk bahu istrinya, dan memberikan isyarat anggukan.
    Nyonya Park akhirnya menatap kami, dan tersenyum.

    "Kupikir kalian berhak tahu, karena kalian menguatirkannya sampai sejauh ini, kalian pasti teman teman terbaiknya. Baiklah, silahkan bersantai, karena ceritanya cukup panjang...."
  • diamankan
Sign In or Register to comment.