BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Piece of Unfinished Melody

1737476787988

Comments

  • Asekk...
  • lahh . itu kenapa jd di hahar si marconya ? yuji klo lagi grogi reflek mukul orang ya ? :))
  • ayo lagi @silverrain. lanjutin. gak sabaar...
  • wow yujii mau lepas keperjakannya buat marko karna ga rela marco ma cwe ?????
    saluttt ma yujii =D>
  • ALVINN....KEVIINNN...!!
    KENNY MANAAA..??
    *capslock jebol :))

    aduh, yujii.. rela menyerahkan keperawanan demi marco =))
  • hwaahhh .. pake acara lepas keperjakaan segala.
    #nunggu adegan hot
  • Aseeekkk, yuji menawarkan diri.. hehe :D
  • mimisan gue ...
  • ehh..iky baca ini juga toh..xixixi
    @RiidzSyhptra
  • uuu la la..... Yuji menyerahkan diri. kipas mana kipas
    Aaaaarrrrgghhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
  • Huaaaaa!!!!!! Demi apapun semakin hari cerita ini makin TOP MARKOTOP ahahah
  • edited September 2013
    12.35, Komplek Sekolah
    Marco's View

    "Marco...?"

    "BUAAAAAAAAAAAAKHHHHH!!!!!!!!"

    BUAK!

    "Argh...!"

    "Gege...?"

    "K... Kamu ngapain sih? Udah baik dicariin malah aku dibanting!"

    "Ah, Iya Ge, maaf...."

    Aku menggaruk kepalaku dalam perasaan bersalah sambil satu tanganku membantunya berdiri.
    Gege mengibaskan tanah yang melekat di celana putihnya sambil melengos.

    "Sial, gara gara kamu celana putihku kotor, lain kali kalau mau begini cari hari lain aja, jangan pas sabtu!Anjing!!! Celana putih nyucinya susah Marco! Asu!!"

    Aku mengatupkan kedua tanganku meminta maaf padanya, tapi Gege malah membuang nafasnya.
    Ck, walaupun sudah terbiasa dengan mulutnya yang benar benar licin, tapi kalau dikata katai telak juga ga enak ya.

    "Kamu memangnya ngapain sembunyi disini...?"

    "Aku memang selalu disini kok..."

    Gege menaikkan sebelah alisnya ke arahku.

    "Jadi sudah hampir dua minggu ini kamu menghilang karena sembunyi disini?"

    Gege menatap ke sekelilingnya, kemudian kembali melihat ke arahku sembari memasang wajah menghina.

    "Markas barumu WC Marco...?"

    "Uhh..."

    Aku menggigit bibirku lemas, mungkin sudah berdarah?
    Entahlah.
    Mungkin sebaiknya aku gigit bibirku sekalian?

    "Yahh, entahlah, Benny mau mengadakan rapat, kamu tahu, semalam Janto dihajar oleh seseorang waktu pulang dari sekolah..."

    "HAH?"

    Aku mengerjap.
    Lagi?
    Janto?

    "Kaget? Makanya jangan kabur terus njing, kamu ga pernah lagi ngumpul sama kita kita, emangnya ada apa sih?"

    Aku menggigit bibirku lagi, berusaha mencari pengalihan

    "J.. Jadi karena menurutmu Janto dihajar, gank kita juga dalam bahaya?"

    "Yeah, katanya ada yang memukul kepalanya dari belakang, beruntung ada teman sekelas kita yang menemukan dia, dan membawanya ke UKS sekolah, mungkin gank kita memang jadi sasaran seseorang, jadi Benny mau mengumpulkan semua orang supaya kita bisa berunding untuk tindakan kita ke depannya..."

    Aku mengangguk angguk.

    "Ah!"

    Mendadak sebuah pertanyaan besar terlintas di kepalaku.

    "Jadi, Janto dipukul kepalanya kan..?"

    "Uh huh. lalu?"

    "Dan sebelumnya karena dicuci otak oleh Mama Yujii, dia jadi pintar luarbiasa...."

    "Hmm Hmm"

    Gege mulai mengangguk, menyadari arah pembicaraanku.

    "Apa pukulannya cukup keras...?"

    Gege mengangguk, mengangkat alisnya.

    "Begitulah..."

    "Jadi...?"

    "Jadi begini...."

    ================flashback=================

    "Janto... Janto...?"

    "Uh..! Ah...! Aku, aku dimana, aku dimanaaa!!!!!"

    "Kamu ada di kamarku, ini aku Benny, ingat...?"

    "Spongebob...?"

    "B..Bukan! Ini aku Benny...!"

    "Eu......."

    "Janto...?"

    "Eu........."

    "Patrick....?"

    "Ya Spongebob...?"

    "TULUS JANGAN MEMPERPARAH KEADAAN!"

    "Ah.. Tuan Krabs...?"

    "AKU BENNY, DAN KAMU JANTO!"

    BUAK!

    =============end of flashback================

    "...................................................."

    Gege menatapku nanar, mengerti apa yang sedang kupikirkan.

    "Katanya waktu itu Janto pulang telat karena dia terpaksa menemani belajar anak penjaga sekolah, yang waktu itu lagi nonton spongebob..."

    "Dan Benny Tuan Krabsnya...?"

    "Begitulah..."

    "Dan Janto dipukul lagi...?"

    "Ya..."

    "Dan hasilnya....?"

    "Kembali jadi Janto saat sebelum dicuci otak...."

    "......................................................"

    Entah kenapa sekarang perasaanku campur aduk antara kuatir, bersyukur, bingung, heran, tak percaya, dan berbagai unsur2 perasaan aneh lainnya.
    Tapi baguslah kalau Janto sudah kembali jadi seperti dahulu lagi, tapi sayang juga, seharusnya dia paling tidak jadi juara kelas sekali....
    .................
    Benar Juga........
    Ah! Ga penting dipikirkan!

    "Jadi Marco...?"

    "Hah...?"

    "Jadi kamu bisa datang ga ke rapat nanti...?"

    "Ah, oke, aku datang, jam berapa...?"

    "Jam 4 sore, di kost Yujii..."

    "................................."

    "HEI MARCO!

    "Ah, ga di kost Benny aja...?"

    "Kost Benny kurang besar kalau dipakai untuk tempat rapat..."

    Aku menghela nafasku.

    "Ya sudah, nanti aku kesana..."

    "Oke, sampai jumpa di Kost!"

    Aku melambai singkat padanya saat dia mengangkat tangannya dan berbalik pergi dari hadapanku.
    Aku baru berpikir akan pergi saat aku melihat kelebatan seseorang yang segera membuatku kembali berlari ke dalam toilet dan memutuskan untuk tetap disana selama beberapa menit, atau mungkin jam.

    Rambut kehitaman yang membingkai wajah putih manis bergurat senyuman yang selalu membuat orang bertanya tanya, dan memancing banyak korban jiwa karena sekelompok orang bodoh rela menyerahkan nyawa menggoda atau sekedar bertanya padanya.
    Wajah manis yang sering membuatnya dilirik oleh banyak lelaki, walaupun dia juga adalah seorang lelaki.

    Yujii.

    Yeah.
    Alasan aku selalu bersembunyi selama ini adalah Yujii, semenjak dia menawarkan dirinya untuk menjadi pasangan seks ku, aku sama sekali tidak bisa tenang.
    Karena aku ragu atau takut?
    Justru sebaliknya.
    Karena dia dengan berani dan yakin menawarkan dirinya padaku!

    ================flashback=================

    1 minggu setelah pernyataan Yujii, Kost Yujii

    Marco's View

    "Yujii, aku mau bicara..."

    Aku masih berdiri di ambang pintu kamarnya, saat wajah manisnya segera bertemu dengan mataku.
    Senyuman tipis muncul di wajahnya, ia berdiri, dan duduk di kasur, memberi isyarat agar aku duduk di hadapannya.

    "Ada apa?"

    "Ng...."

    Yujii masih tersenyum dengan raut bertanya tanya.
    Wajahnya...
    Terlihat manis....
    ARRRGHH!!

    "Marco! Kenapa kenapa?"

    "Hah? Aku ga kenapa kenapa."

    "Masa ga kenapa kenapa tapi malah mbenturin kepala ke dinding?"

    Yujii tertawa kecil, selintas dia tampak menatapku dengan wajah menghina.

    "Aku mau ngomong soal yang kemarin..."

    "Kemarin yang mana? Masalah Gege bunge jumping itu...?"

    "Bukan, lagipula, waktu itu dia bukan bunge jumping! Kamu lempar dia ke bawah setelah kamu ikat pake benang jahit, Yujii!"

    "Well, secara teknis itu kan mirip bunge jumping, lagipula, dia berani berani memanggilku sayang di depan umum...."

    ".............. Entahlah..."

    "Jadi, kamu tadi mau bicara apa Marco...?"

    Mendadak mulutku tersumbat.
    Aku ingin mengucapkan sesuatu tapi bibirku seakan membeku.
    Bibirku terasa dingin...

    "Marco...?"

    "Ah! Anu..."

    "Soal anu...?"

    Yujii mengerutkan wajahnya, ia memiringkan kepalanya sambil menatapku bingung.

    "Hufh... Fuahh..."

    Tarik nafas...
    Buang Nafas, siapkan hati.
    Marco! Kamu harus bisa!
    Kamu harus dapat kejelasan!

    "Y.. Yujii, soal kata katamu kemarin..."

    "Soal jangan buang air dikamar? Itu untuk Rocky..."

    "BUKAN! Maksudku, aku juga, tahu, tapi, soal, ung..."

    "Soal?"

    "Soal yang itu..."

    "Itu yang mana?"

    Aku menaikkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tanganku, sembari membentuk tanda kutip dan memberi ekspresi mesum padanya.

    "Ya, yang itu, soal, yang kamu bilang kemaren"

    Yujii akhirnya menyadari arah pembicaraan kami, wajahnya segera memerah.

    "Soal, making out...?"

    Tanyanya lirih.

    "Iya, soal yang itu, waktu itu, kenapa kamu bilang begitu...?"

    Ia menundukkan kepalanya semakin dalam, menutupi mulutnya dengan tangannya, ciri khasnya bila merasa malu atau dipermalukan.

    "I.. Iyah, waktu itu, aku bicara karena kamu bilang kamu mau maen sama cewek nakal, aku ga rela..."

    "Aku mengerti, tapi kalo kamu ngomong gitu, semua orang jadi mikir yang enggak enggak..."

    "Iya, maaf, tapi aku ga mau kamu melakukannya sama pelacur, makanya aku bilang gitu..."

    "iya, tapi bercandaanmu waktu itu bener bener bikin semua orang kaget tau..."

    "Bercanda...?"

    Yujii mendadak menatapku tajam, ia maju mendekat ke arahku, membuatku merasa ingin berlari menyelamatkan diriku.

    "Aku sama sekali ga bercanda Marco, kamu pikir aku bilang gitu karena bercanda...?"

    "Eng,, Yuj... Maksudmu kamu ga bercanda..?"

    "Enggak! Aku rela ngasih apapun asalkan kamu ga ngelakuin hal hal rendah kayak gitu!"

    "Tapi, yang kamu tawarkan juga, salah kan..."

    "Salah? Jadi kalau kamu menyukai seseorang dan kamu mau berkorban buat dia itu salah? Definisi salah buat setiap orang berbeda, tapi menurutku, hati setiap orang ga pernah salah!"

    "T.. tapi Yujii..."

    "Kamu ga percaya Marco...?"

    Yujii menghela nafasnya, ia memindahkan tangannya ke kancing teratas dari piyama birunya.

    "Kalau begitu aku buktikan..."

    Satu demi satu kancing itu terlepas saat Yujii menyentuhnya dengan tangannya.
    Kemeja piyamanya terjatuh, meninggalkan kulit putih bak satin yang memanjakan mataku.
    Yujii mengambil tanganku, meletakkannya di dadanya.
    Kulitnya...
    halus...
    Aku merasakan tubuku memanas menggelegak, ada perasaan aneh yang mendorong keluar dari dalam tubuhku.
    Aku bisa merasakan detakan dadaku.
    Sesuatu yang terasa aneh dan tidak nyaman memenuhi tubuhku.
    Perasaan yang sama saat aku menonton film mesum!
    Ini.. Nafsu...?

    "Apa kamu mau aku membuktikannya...?"

    "M... Maksudmu...?"

    "Kita lakukan sekarang...?"

    Instingku segera bekerja, aku berdiri, dan berlari keluar dari kamar, kemudian mengemudikan mobilku pergi dari kostnya.

    Yujii!
    Dia serius!
    Kenapa dia bisa melakukan ini!
    Apa ini?
    Celanaku?
    Terasa sempit...
    Ahh....!!!!

    ===============end of flashback==============

    "AAAAARRRGGGHHH!!!!!!!!"

    "................................................"

    "GYAAA!"

    Aku kembali berteriak saat sesosok wajah manis putih menatapku dengan mata dingin.

    "................................."

    Dia tetap diam, memandangku dengan wajah juteknya.

    "A... APA KAMU?! BERANI BERANI LIATIN AKU KAYAK GITU!"

    Dia tetap diam, kemudian mengangkat bahunya dan menjinjing ember serta kain pel.
    Kena hukum dia rupanya!
    Rasakan!
    Dasar bocah sok cool!
    Tapi aku tetap tak terima dia tadi menatapku begitu!

    "Apa apaan kamu tadi?! Menatapku begitu? Cari masalah hah...?"

    Anak lelaki itu hanya menatapku datar.

    "Pervert..."

    Aku seakan disambar petir saat dia bergumam singkat.

    "A... Apa maksudmu...?"

    "Pervert. Apa lagi sebutan untuk orang yang berfantasi mesum di toilet sekolah...?"

    "M... Mana mungkin! Berani banget nuduh aku hah?!"

    Anak itu kembali melengos, kemudian menunjuk ke arah celanaku.
    Aku menatap ke arah celanaku yang menunjukkan tonjolan jelas di sisi depannya, dan terdiam.

    "See....?"

    Anak berkulit pucat berwajah jutek itu kemudian membalik tubuhnya dan membawa ember serta kain pel dan berjalan masuk ke ujung WC.

    "Kevin sial, liat saja, kuhabisi dia nanti...."

    Gumamnya perlahan tapi penuh amarah.
Sign In or Register to comment.