It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Disisi lain HP Yuda baru saja terjatuh di toilet sehingga dia lebih fokus melayani para pasien, setelah selesai melakukan pemeriksaan sana sini dia bertemu dengan Mely, "Dokter Yuda.." sapa Mely dengan wajah berseri. "Yo Mel, kayanya bahagia amat nih?" tanya Yuda sambil menaik-naikkan alisnya dengan lucu. Mely tertawa, "Haha.. Kita bicarakan di ruangan Dokter saja ya.." "Sipp.." Yuda merangkul Mely yang membuatnya blushing sedangkan para suster lain menatap dengki. "OK Mel, mau bicarain apa nih?" Yuda duduk di bangkunya sedangkan Mely duduk di bangku di hadapan Yuda. Mely tersenyum manis, "Tadi pagi, Pak Jonathan menemui saya. Dia melamar saya untuk anda, saya sangat tidak menyangka ternyata Dokter Yuda juga menaruh hati kepada saya." "Juga?" tanya Yuda. Mely tersenyum sambil menunduk malu, "Iya.. Sudah lama saya menyukai Dokter, sejak SMA malah. Tapi saya merasa tidak layak akan semua ini.. Jadi saya tidak percaya diri." Yuda mengerutkan keningnya, bingung harus menjawab apa, "Mel.. Gue emang suka sama lu dari dulu, tapi kalau buat lamar-lamaran itu diluar rencana gue maaf, gue belum ada kepikiran sampai sana. Lu bisa ngerti kan?" Mely tersenyum, "Iya saya tau, bahkan ayah anda yang mendorong saya untuk mengatakan ini karena katanya anda pemalu, saya tak memaksa anda untuk ke jenjang pernikahan dengan cepat semua terserah anda." Yuda mengusap kepala Mely dan duduk di meja, "Gitu lah.." "Saya pikir anda hanya suka menggoda saya seperti anda menggoda wanita lain.. Tapi saya sangat tersanjung jika anda tak melakukannya pada wanita lain." "Gak lah Mel, cuma lo cewek yang mampu bikin gue terpesona.." Mely tersenyum malu, Yuda menarik dagu Mely namun.. Bruuuk!!! Reval membuka pintu dengan kasar, Reval tersenyum psikopat dengan mata yang dibulatkan maksimal. "Oh begitu rupanya.." desis Reval dengan nada dingin. "Rev.. Ini gak seperti yang lo lihat!" ucap Yuda gugup. "Aku gak tuli..." meskipun tersenyum air mata Reval mengalir deras. "Kamu gak ada cerita apa-apa tentang pernikahan kalian..." tambah Reval. "Gue cuma nunggu waktu yang tepat.. Maaf.." "Waktu yang tepat? Saat aku tau dari orang lain maksudmu?" Yuda memijat kepalanya yang pusing, Reval mendekati Mely dan mendorongnya sampai jatuh, "Dengar sus, dia itu kekasihku dan dia homo!" teriak Reval penuh emosi. "Tutup mulut lo Rev!!!" "Hah? Kamu bentak aku cuma buat cewek ini? Aku kecewa Yud!!" "Gue yang kecewa sama tingkah lo, kenapa gak dibicarain dengan baik-baik bukannya ngasarin cewek!" Suster Mely bangkit, "Yuda saya tidak apa-apa. Tapi saya tidak mengerti apa yang terjadi." "Mel.. Emm.." Yuda bingung. "Yuda!! Kamu gak tau rasa sakit aku makanya kamu bisa bilang kaya gitu, gimana rasanya jika kamu tau ternyata orang yang kamu cinta akan menikah dengan wanita lain hah?" "Cinta? Saya benar-benar bingung.." tanya Mely. "Hei suster bodoh, apa anda tak mendengar kata-kata saya tadi? Yuda itu kekasih saya!" "Gak mungkin..." desis Mely. "Reval siapa yang ngajarin lo ngomong kasar hah!" marah Yuda. "Siapa lagi kalau bukan kamu Yuda, kamu pikir kamu punya bahasa yang baik hah?" PLAAK Yuda menampar kencang Reval yang makin keterlaluan, "Sekarang pulang, jangan buat gue malu.." "Aaaaargghh.. Malu? Kamu malu punya aku... Kamu benar-benar buat aku marah Yuda.. Karena wanita ini kamu giniin aku.." mata Reval memerah, angin hitam mengitari tubuhnya. "Rev.." desis Yuda. "Aaaaaargghhh!!!!" Reval berteriak membuat seisi ruangan berantakan karena gelombang suaranya. Cuma butuh sekali kibasan bagi Reval untuk menghabisi Mely, dia terlempar ke jendela kaca dan terjatuh dari lantai 15. "Reval lu gila hah? Apa yang barusan lu lakuin!!!" bentak Yuda sambil mencengkram baju Reval. Reval tersenyum iblis kemudian dia berteriak lagi, "Aaaaaargghh.." Yuda terpental ke dinding, wajah Reval terkelupas setengahnya sehingga sisi dalam kulitnya hitam bercampur merah darah. Keluar jelmaan setan yang membuatnya lupa diri. Tiba-tiba kuku hitam yang runcing tumbuh di tiap jarinya, dia menerjang Yuda, dia tancapkan pelan kuku tajamnya di leher Yuda, "Kau membuatku marah.. Apa kau mau mati hah..." "Aaakh.. Reval yang gue kenal gak kaya gini.." desis Yuda. Brukk.. Reval menendang Yuda ke arah akuarium sehingga kaca akuarium pecah berjatuhan di lantai. Reval mendekat, menginjak tangan Yuda yang di bawahnya ada serpihan kaca, "Kau membuatku marah.. Aku sakit.. Kau layak mati.." desis suara dingin itu, yang sesungguhnya memang isi hati Reval namun yang terbawa emosi tak pernah berakal sehat. "Lo lupa gue Rev.. Gue Yuda.. Gue cin..." CRAAATTTT!! Cipratan darah mengenai tubuh Reval setelah dia mengambil kursi yang bawahnya lancip untuk dihantamkan ke Yuda.. Leher dan dada Yuda tertembus kaki kursi itu. Dan Yuda meregang nyawa dengan mata terbuka. Satu mata Reval berubah menjadi hitam, dia memundurkan langkahnya.. Memegangi bibirnya sangat shock, tubuhnya bergetar. "Aaarggh Yudaa.." pikirannya semakin rusak, kemarahan yang bercampur kesedihan, dia berlutut menangis sekencang mungkin. Tubuhnya serasa terkoyak karena kekuatan itu semakin kuat dan menelan jiwanya, "Aaaaaaaaarrgghhhh!!!!" erang Reval sambil mengibaskan tangannya membuat seisi ruangan semakin rusak dan dinding retak, terjadi ledakan kecil yang terlihat dari bawah api serta asap. Fadil yang berada di parkiran terkejut, "Reval.. Pasti terjadi sesuatu padanya!!" Fadil berlari dengan cepat ke arah lift. Setelah sampai di lantai yang tadinya dia tebak dia melihat para suster dan dokter berlarian dengan Reval yang menggila di ujung sana. Fadil mendekat. "Rev ini gue Fadil, sadar Rev.. Jangan membuat kehancuran kaya sekarang!!!" Fadil shock melihat jasad Yuda, dia tak menyangka Reval akan segila ini. Reval menghantam Fadil sekali hingga dia terhempas ke dinding dan hidungnya berdarah sedangkan Reval melarikan diri melalui jendela yang dia lompati. Bila dia tak mati setelah melompat maka kekuatannya teramat dahsyat sekarang. Fadil kembali berlari, memutar otak bagaimana caranya mengehentikan Reval. Sampai di bawah dia menaiki motornya dengan cepat, terlihat banyak mobil polisi yang mengejar Reval. Dia sempat terkepung saat para polisi siap menembak Reval mengibas mereka dengan angin sehingga mobil-mobil mereka berterbangan. Fadil melompat dari motornya dengan cepat dan bersembunyi di balik gedung agar tak terkena mobil yang terlempar. Reval kembali berlari menerjang banyak kendaraaan yang ambruk tersentuh tubuhnya, jalanan jadi sangat macet. Orang-orang di pasar tradisional langsung berlarian menjauh, Fadil yang menangis terus berlari mengejar Reval. Hingga akhirnya dia berteriak, "Bokong mungil! Hentikan semua ini!!" Reval berhenti, "Kau lagi.. Kau mau mengguruiku hah? Aku tidak butuh itu.." Fadil merasa ngeri melihat Reval, ini bukan Reval lagi. Sudah tak ada kesempatan memperbaiki semuanya. Reval tak memperdulikan Fadil, dia yang geram melempar kendaraan kesana kemari hingga mata Fadil terfokus pada motor yang dilempar membuat tangki bensin bocor di dekat Reval. Mata Fadil memburu, sangat kebetulan dia di pinggir pasar yang ada tempat jualan petasan. Fadil mencari korek dan ketemu, air matanya terus mengalir melihat sosok mungil yang terus memberikan kerusakan, "I love you Reval.." desis Fadil. Dia mengarahkan petasan ukuran besar itu ke arah mobil tank itu kemudian berlari sejauh mungkin. DUAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRR!!!! ledakan besar pun terjadi. Di belakangnya.
Seminggu kemudian Kaki itu melangkah memijaki rerumputan hijau, angin membuat rambutnya bergoyang indah.. Dia melangkah mendatangi makam, ada tiga makam yang masih segar. Dia tak melepas kacamata hitamnya yang terlihat butiran bening mengalir deras di pipinya, "Maaf aku baru datang menengok kalian.." ucap Fadil yang berjongkok di antara makam Reval dan Yuda. Fadil menaburkan bunga pada makam Reval dan menengok makam Yuda, "Maaf aku tidak bisa menjaga Reval lebih baik dari pada kamu, Yuda. Bukan berarti rasa cintaku kalah darimu." Fadil mengusap nisan Reval. "Hai bokong mungil, aku punya hadiah untukmu. Ini video liburan kita.. Iya liburan kita harusnya, bukannya aku berjanji akan membawamu ke pantai hanya berdua." ucap Fadil ceria sambil membuka handycam-nya dan mengarahkan kegiatannya di pantai. Layar kamera itu memperlihatkan Fadil yang tertawa girang berlari-lari di pinggir pantai, "Hai bokong mungil.. Maaf dihari kau pergi aku malah kabur ke pantai.. Aku hanya teringat akan harapan terakhirmu yang bilang ingin ke pantai... Lihat, kita di pantai sekarang.. Aku percaya jiwamu pasti melihatku kan haha.." Fadil duduk di sisi pantai, dia merekam kakinya yang ditabrak ombak kecil, dia juga merekam kepiting yang lewat, "Udaranya sangat nyaman... Kau pasti suka.. Haha.. Aku menggenggam udara kau lihat? Aku dapat merasakan tangan mungilmu yang ada disini sekarang. Aku sangat senang, iya.. Kau bisa lihat wajahku sangat gembira kan.. Akhirnya kita berlibur.." Fadil menutup handycamnya kemudian menyentuh bingkai foto Reval di nisan, dia hanya bisa menangis dalam diam. "Aku sendirian.. Tanpa cinta.. Tanpa saingan.. Ini bahkan lebih buruk dari pada harus bertarung denganmu Yuda.." desis Fadil. Dia menangis sekencang-kencangnya di balik lututnya. TAMAT Diantara puluhan reader adakah yang menyangka endingnya bakal kaya gini? Gue dapat idenya pas ngetik part dua, nonton HBO tengah malam, film fantasy yang endingnya dia harus membunuh org yang dia cintai demi perdamaian. Judulnya sulit dibaca dan ditulis. Kayanya sih chroconile? Ada yg tau? Tapi adegannya gue pake imajinasi sendiri. Cuma intinya doang terinspirasi. Maaf ya kurang greget dan penjabaran, I know it.. Gak usah dibahas ya? Gue cuma mau buktikan kalau cerita gue gak ikut2an drama korea or sinetron. Well, ini cerbung terpanjang gue di tahun 2013. 10 part.. Ayo pesta2!! Makan2 ayam bakar #puasaWOY
tapi aku gak tau film itu ._.
Komentar pas tamat aja... daripada gak sama sekali...