It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
bisaan nge-cut cerita'y bikin penasaran ja..
bisaan nge-cut cerita'y bikin penasaran ja..
…(….)…..Oooo… Izin
….\..(…….(…)…. Tinggalkan
…..\_)…….)../…. Jejak.
…………...(_/……
heehehe
heehehe
"Kak, kita jogging yuk, cuacanya cerah nih, enak buat cari udara segar!"
Tristan menggeliat sebentar dan langsung menatap kearahku dan tersenyum. Oh gosh, sejenak aku tak percaya bahwa aku bahkan bisa sedekat ini dengan cowok terpopuler di sekolah. Aku awalnya tidak percaya jika ada istilah yang mengatakan bahwa wajah terbaik dari seorang pria dilihat ketika dia bangun tidur. Tapi setelah melihat Tristan dalam kondisi yang dimaksud, ternyata istilah itu tidak sepenuhnya salah, Tristan begitu menggemaskan saat ini. Rambutnya yang acak-acakan justru membuat dirinya kelihatan imut. Ditambah hidung mancungnya yang memerah, kontras dengan warna kulit wajahnya yang putih.
"Kamu siap-siap dulu deh tan, aku ke kamar mandi sebentar!"
Tak lama Tristan sudah keluar dari kamar mandi dan dengan cueknya dia mengganti baju dan celananya dihadapanku. Aku terkejut hingga menahan nafas melihat tubuh atletis Tristan hanya terbalut celana dalam yang hanya berjarak sangat dekat denganku.
Aku langsung salah tingkah yang justru malah membuatku melontarkan pujian kepadanya.
"Nice body kak, keren!"
"Kamu juga sebenernya bisa kok bagusin badan, asal rajin olahraga aja kek aku!"
Tristan mendekatiku yang kini sedang berdiri kikuk dihadapannya. Aku melirik sebentar kearahnya yang hanya menggunakan underwear sebelum mengalihkan perhatianku ke hal lain.
"Coba buka baju kamu dulu deh tan!" perintahnya.
"Buat apa kak?" tanyaku bingung.
"Mau liat aja!"
Aku yang kikuk langsung mengangkat kaosku dihadapan Tristan. Dan kita berdua kini hanya bertelanjang dada.
"Tuh kan sebenernya form badan kamu udah lumayan bagus loh tan, udah ada basic nya, tinggal tambahin massa ototnya aja!"
Tangan Tristan mulai meraba tubuhku. Mulai dari lengan hingga dadaku. Aku berdesir geli apalagi AC kamar Tristan belum dimatikan. Tristan bahkan mengelus pelan putingku yang mulai mengeras. Aku hanya bisa diam, tidak bisa protes. Aku justru mendesah pelan.
"Kenapa tan? Kamu suka diginiin ya?"
Aku hanya tersenyum dan Tristan kemudian menyudahi kegiatan yang harus kuakui sangat kusukai itu, hehe.
Kita lantas bersiap-siap untuk jogging. Tristan terlihat sangat sporty dengan singlet biru muda dan sepatu yang berwarna senada ditambah celana pendek putih yang ia kenakan menambah kesan jenjang pada kakinya. Selama jogging berlangsung, tak hentinya Tristan menebarkan senyum ke setiap orang yang ditemuinya tak terkecuali petugas kebersihan kompleks. Aku melihat satu hal positif dari Tristan. Dia begitu ramah dan disukai banyak orang. Tak heran dia menjadi sangat terkenal tak hanya di sekolah bahkan di satu kompleks perumahan ini. Setelah puas berkeliling kompleks kita putuskan untuk menyudahi jogging kita pagi ini dan kembali ke rumah.
"Eh tan, udah pernah cobain lontong balap yang deket sekolah belum?" tanya Tristan.
"Belum!"
"Cobain yuk, aku suka banget makan disana kalo pagi, tapi harus buru-buru soalnya cepet abis, maklum sih soalnya rasanya enak banget!"
"Yaudah kalo gitu aku langsung mandi deh, kakak nunggu aku selesai ya!"
"Kamu gak lama kan? Atau kalo gitu kita mandi bareng aja, biar hemat waktu!"
"Eeh, aku mandinya cepet kok, kakak tunggu sebentar aja!"
"Kenapa? Malu ya? Yaudah tapi jangan lama-lama ya!"
Aku hanya tersenyum sebenarnya sempat terbersit dalam otakku untuk mengiyakan ajakannya, tapi kurasa ini bukanlah momen yang tepat. Tak lama aku selesai mandi dan langsung dilanjut oleh Tristan. Setelah semuanya selesai kita berangkat ke tempat lontong balap menaiki motor Tristan. Aku memeluk erat Tristan yang memboncengku. Dari posisi ini aku bisa dengan puas menghirup aroma tubuh Tristan yang entah mengapa sangat kusuka. Tak berapa lama kita sudah sampai di tempat lontong balap. Dan benar saja, disini sangat ramai. Bisa kulihat penjualnya sangat kerepotan melayani begitu banyaknya pembeli. Aku lalu mencari tempat duduk sementara Tristan memesan lontong. Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya lontong balapnya siap disantap. Dan memang benar, rasanya enak, perpaduan rasa dan rempahnya begitu terasa di lidahku. Saat sedang asyik menyantap makananku, kulihat dari kejauhan seseorang yang lumayan kukenal, dan benar saja, itu kak Daniel yang mengarah ke kedai ini. Hmm.. aku baru teringat kalau Tristan dan Daniel tidak memiliki hubungan yang baik sehingga aku berusaha agar kita berdua tidak terlihat olehnya.
"Kak makannya udah selesai?" Tristan mengangguk cepat. "Kalau gitu udahan yuk, aku mau pulang, takut dicariin papa!"
Aku menarik lengan Tristan dan berjalan menjauh dari kedai. Namun rupanya Daniel mengenaliku.
"Eeh ada kamu tan, abis makan lontong ya? Sama sia..." Daniel melihat kearah Tristan "Ooh sama 'dia'!"
Ada penekanan kata ketika Daniel mengatakan kata 'dia'. Sebuah ungkapan rasa tidak suka. Aku sangat bisa merasakannya.
"Iya kak, kita pamit dulu ya, daah!"
Tristan dan Daniel kemudian beradu pandang dan kurasakan memang ada rasa tidak suka yang begitu besar diantara keduanya.
Aku berjalan menjauh ke parkiran motor dan berusaha secepat mungkin menjauhkan keduanya sebelum ada hal yang tidak enak terjadi.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Pulang sekolah aku menerima sebuah SMS dari kak Daniel.
~tan, jangan lupa ya ntar sore kita anak2 fotografi mau kumpul, mau bicarain gathering sama anak2 fotografi sekolah lain, kamu jangan sampe gak dateng ya~
Aku membalas cepat SMS itu.
~siap kak~
Sorenya aku sudah bersama kak Daniel dan beberapa anggota klub fotografi sekolahku. Kulihat lumayan banyak anggota baru yang sama sepertiku. Hmm kurasa demam kamera SLR memang cepat merambat dan belum habis masanya sehingga mempengaruhi minat dan hobi anak muda jaman sekarang. Aku duduk di sebelah kak Daniel yang sedang memberikan briefing tentang apa yag akan kita lakukan nanti ketika gathering.
"Selamat siang semuanya. Senang sekali kalian semua dapat hadir di sore yang cerah ini. Langsung saja saya akan memberikan sedikit penjelasan tentang apa yang akan kita lakukan sore hari ini!"
Aku melihat kak Daniel sangat berwibawa dan punya jiwa kepemimpinan yang tinggi serta tegas. Jika saja kak Tristan tidak menjelaskan tentang kejelekan kak Daniel mungkin aku bisa kepincut oleh daya tariknya yang begitu tinggi. Kuamati Daniel juga tak kalah tampan dari Tristan. Berkulit putih, hidung mancung dengan rahang yang kokoh. Meskipun tidak setinggi Tristan tapi tinggi tubuhnya masih melebihiku. Kak Daniel juga sangat wangi dan bersih. Aku sebenarnya juga kagum terhadapnya, mantan ketua OSIS, bintang sekolah, ketua klub fotografi,dan sederet prestasi lainnya, sayangnya semua hal itu didapat dengan cara bersaing dan mengalahkan Tristan sehingga Tristan sangat membencinya. Tapi bukankah persaingan itu hal yang wajar. Mungkin benar Tristan membencinya bukan karena selalu kalah darinya tapi memang kak Daniel yang kurasa menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan hal yang diinginkannya, dengan begitu dapat kutebak bahwa kak Daniel adalah sosok yang ambisius. Namun aku tidak dapat menolak pesonanya saat ini, kulihat dia begitu charming namun tetap tegas tapi untuk sekarang aku harus fokus pada Tristan. Tidak ada cowok lain dihatiku selain dia.
Gathering pun dimulai. Kita mengadakan gathering dengan klub-klub fotografi dari sekolah lain guna mendiskusikan rencana trip ke beberapa tempat baik di pulau jawa maupun luar pulau jawa yang sudah menjadi agenda tahunan dari kumpulan klub fotografi ini. Biasanya trip itu dilakukan setelah tahun ajaran sekolah selesai dimana kita semua mendapat libur kenaikan kelas. Aku yang belum pernah mengunjungi tempat lain di Indonesia selain Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali tentu sangat senang mengingat tujuan trip kali ini difokuskan pada daerah-daerah yang jarang dikunjungi dan masih asri seperti wakatobi ataupun raja ampat. Gathering pun selesai dan kita sudah menyepakati tempat yang akan kita tuju beserta waktu dan biayanya. Nancy, salah satu anggota grup fotografi sekolahku ditunjuk sebagai bendahara untuk mengumpulkan uang dari masing-masing anggota. Aku sudah tak sabar untuk bisa jalan-jalan dan mengabadikan berbagai panorama indah di tempat-tempat yang nantinya hendak kita kunjungi itu.
Setelah gathering selesai, semua anggota meninggalkan lokasi hingga tinggal beberapa orang di tempat itu. Kulirik arlojiku yang menunjukkan pukul 7 malam. Aku harus cepat mencari taksi dan pulang sebelum terlalu malam. Aku kemudian pamit dan segera berjalan ke ujung jalan menunggu taksi disana. Tak lama ada sebuah motor berhenti tepat di depanku. Ternyata itu Daniel. Aku melemparkan senyum sebelum dia melepas helm dan mengajakku bicara.
"Kamu pulang naik apa, tan?"
"Naik taksi nih kak, tapi daritadi gak keliatan ada taksi!"
"Yaudah bareng sama aku aja naik motor, kebetulan tadi bawa helm dua! Nih.."
Tanpa sempat menjawab Daniel sudah menyodorkan sebuah helm kepadaku.
"Makasih kak!"
"Tapi kita mampir sebentar di warung bubur dekat sana ya, aku laper nih!"
"Oh iya kak, kebetulan aku juga lagi laper, hehe.."
Motorpun melaju menerobos dinginnya malam kota Surabaya. Aku memeluk erat tubuh Daniel karena kedinginan. Dan sepertinya dia tak keberatan untuk kupeluk. Tak lama motorpun berhenti di sebuah kedai bubur ayam dekat jembatan. Setelah memarkirkan motornya Daniel mengajakku masuk dan memesan dua mangkuk bubur ayam ditambah air jeruk hangat. Ternyata buburnya memang enak, tak heran kedai ini lumayan ramai meskipun letaknya kurang strategis.
"Kemarin kamu jalan sama Tristan ya?"
"Iya kak, aku nginep di rumah kak Tristan trus paginya kita jogging bareng, kelarnya baru kita makan lontong balap!"
"Haah, kamu tidur di kamar Tristan?"
"Iya kak, emang kenapa ya?"
"Gapapa, cuma heran aja Tristan bisa sedekat ini sama seseorang, setahuku dia bahkan gak punya temen deket selain gank dia di sekolah sekaligus temen main basketnya dia!"
"Masa sih kak? Yang aku lihat justru kak Tristan ramah banget ke semua orang!"
"Ya itu kan menurut pendapat kamu, tapi semua anak kelas XII juga tau kok Tristan tuh seperti apa,"
"Emang kak Tristan kenapa kak?"
"Gapapa, intinya aku saranin kamu jangan terlalu dekat sama Tristan,"
Aku hanya bisa mengangguk dan berfikir mana mungkin aku bisa menjauh dari Tristan. Apalagi saran itu keluar dari mulut salah satu musuhnya. Aku menangkap ada hal yang disembunyikan Daniel dariku, sesuatu tentang Tristan. Tapi aku tak terlalu peduli, aku tetap menyukai Tristan sampai kapanpun.
@Adhi48
@amira_fujoshi
@arbata
@jokerz
@angelofgay
@telur_ungu
@Kim_Kei
@Ricky89
@kikyo
@obay
yg minta mention silakan komen minta mention yaa
klo gak komen minta mention gak aku mention soalny nnti malah gak berkenan dimention >_<