It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tak lama yang ditunggu pun datang, aku mempersilakannya masuk sementara aku mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk yang mungkin akan terjadi setelah aku memberitahukan informasi ini. Nathan hari ini terlihat fresh, kulihat wajahnya begitu cerah penuh dengan semangat dan optimisme tinggi. Akupun jadi ragu apakah aku akan benar-benar memberitahukan hal ini kepadanya.
"Kenapa kak, kok keknya ada yg penting bgt ya?"
"Hmm.. pertama maaf bgt, aku bukan bermaksud mencampuri urusan pribadi kamu, tapi.."
"Tapi kenapa kak? Ada masalah apa?"
"Tapi.. aku cuma mau menyampaikan satu hal, sesuatu yg mungkin membuatmu shock atau bahkan membenci aku,"
Nathan terdiam begitupun aku.
"Kamu masih ingat sama nasehat aku di warung bubur ayam waktu lalu?"
Sepertinya Nathan menangkap arah pembicaraan ini dan kulihat wajahnya sedikit tidak suka.
"Tentang aku harus menjauhi kak Tristan?"
"Iya, tapi bukan itu saja tan, ada hal lain yang jauh lebih penting!"
Nathan sedikit tidak nyaman atas topik pembicaraan ini, karena kuyakin apapun yang keluar dari mulutku tentang kebusukan Tristan, dia tidak akan percaya.
"Kemarin saat aku di parkiran motor, aku mencuri dengar hampir seluruh obrolan Tristan dengan ganknya," aku menarik nafas dalam lalu melanjutkan kembali, "ada sesuatu hal buruk yang Tristan rencanakan untuk kamu!"
"Hal buruk apa kak?" tanya Nathan ketus.
"Hmm.. dia menjebak kamu, kamu hanya dijadikan objek taruhan Nathan dan gank nya!"
"Maksud kakak apa? Aku gak ngerti!"
"Jadi selama ini Tristan memperlakukan kamu dengan baik ada maksud terselubung, ada sesuatu dibalik kebaikannya selama ini, sebuah rencana jahat!"
"Apa buktinya omongan kakak ini benar, bukan hanya karangan kakak saja karena kakak memang gak suka sejak dulu sama kak Tristan!"
"Aku memang tidak suka Tristan, tapi aku bukan tipikal orang yang tega menjatuhkan orang lain demi sesuatu, pokoknya kamu harus percaya hal ini, tan! Percaya sama aku!
Nathan berdiri kemudian berkata, "aku sama sekali gak nyangka, ternyata kak Daniel, orang yang kukagumi karena kharismanya yang begitu tinggi tega memfitnah orang lain tanpa bukti, aku sangat kecewa sekali sama kakak!"
Nathan kemudian pergi namun sebelum dia mencapai pintu aku kembali memanggilnya.
"Tan, kamu abis beliin Tristan handphone kan? Aku gak tau harus bilang gimana sama kamu, tapi semua ini demi untuk kebaikan kamu juga!"
Nathan menatapku dingin kemudian membuka pintu dan lantas menutupnya keras-keras. Aku harus siap. Aku tau pasti konsekuensi terburuknya adalah Nathan akan membenciku. Dan aku memang sudah siap menghadapi itu semua.
Sore ini aku melihat daftar absensi klub fotografi hari ini. Hanya ada dua yang tidak hadir. Kezia yang berhalangan hadir karena sakit dan Nathan yang alasan ketidakhadirannya sangat aku maklumi. Dia pasti sangat marah padaku atau bahkan membenciku. Tapi aku tak peduli, aku lebih baik melihat Nathan tau hal ini lebih cepat dibanding dia dan Tristan sudah melangkah terlalu jauh. Aku masih tidak menyangka begitu besarnya rasa yang dimiliki Nathan hingga dia bahkan tidak mempercayaiku sama sekali. Aku kembali fokus mengajari anggota klubku tentang segala hal mengenai fotografi.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
<Nathan POV>
Gila. Benar-benar gila. Apa tujuan kak Daniel berbicara seperti itu. Aku tak habis pikir atas perkataannya tadi. Sebegitu besarnyakah kebencian kak Daniel hingga dia harus memfitnah Tristan sekejam itu. Aku yang awalnya sangat mengagumi sosok kak Daniel sekarang seolah kharisma itu sirna dihempas ucapannya kali ini. Aku tidak dapat menerimanya. Aku tidak mungkin mempercayai semua perkataan kak Daniel tadi siang. Tak mungkin Tristan menjadikanku bahan taruhannya. Tristan begitu baik dan aku sangat mempercayainya. Aku sekarang justru sangat tidak mempercayai kak Daniel. Orang licik yang bersedia melakukan bermacam cara untuk menjatuhkan lawannya.
Sore ini sebenarnya aku ada jadwal klub fotografi. Tapi mengingat kak Daniel pasti ada disana dan untuk sekarang bahkan aku sangat tidak ingin melihat wajahnya. Aku sangat membencinya. Tapi ada satu hal yang mengganggu pikiranku. Darimana kak Daniel tau jika aku membelikan Tristan sebuah handphone. Apakah Tristan sendiri yang menceritakannya keorang lain. Entahlah, saat ini pikiranku sedang kalut. Aku sangat mempercayai Tristan dan kepercayaanku padanya tidak akan hilang sampai kapanpun meski ada orang yang sengaja memfitnahnya.
Setelah pulang sekolah aku menelepon Tristan untuk bertemu sekaligus memintanya untuk menemaniku membeli keperluan fotografi. Tristan yang sedang tidak sibuk dengan senang hati mengantarku ke tempat yang hendak kutuju. Begitu besar pengorbanan Tristan padaku hingga aku seharusnya tidak boleh meragukan ketulusannya. Kebaikan yang secara ikhlas dia berikan padaku. Bukan karena taruhan atau apapun. Setelah bel sekolah berbunyi, aku segera berlari menuju parkiran mobil. Tristan sudah menungguku disana.
"Maaf kak, udah nunggu lama ya?"
"Gak kok santai aja, yuk masuk!"
Tristan dan aku kemudian melaju menuju salah satu pusat perbelanjaan di kota Surabaya yang terkenal menjual barang-barang yang berkaitan dengan bidang fotografi.
"Makasih ya kak, udah mau anterin dan nemenin aku jalan!"
"Iya sama-sama tan, aku seneng kok bisa jalan sama kamu!"
"Iya kak, aku juga seneng bisa jalan sama kakak, kak Tristan baik banget!"
Tristan tersenyum. Aku menangkap senyum ketulusan darinya. Bukan sebuah senyum keterpaksaan. Senyum yang tulus dari hatinya. Aku tahu itu. Tristan lantas mengeluarkan handphone dari saku celananya, mungkin ada SMS. Dan melihat handphone yang dipegang Tristan mengingatkanku pada ucapan Daniel atas handphone baru Tristan.
"Makasih ya tan, kamu udah baik banget, sampe beliin aku handphone begini. Padahal handphone aku juga masih bagus,"
"Sama-sama kak, aku ikut seneng kalo kakak juga seneng, lagian aku beli handphone yang samaan, biar kita juga selalu sama-sama!"
"Makasih yaa!"
Tristan mengacak-acak rambutku lalu menyentil pelan hidungku. Dua kebiasaan ini yang selalu dia lakukan kepadaku. Aku merasa jadi anak kecil diperlakukan seperti itu. Tapi aku suka. Aku berharap momen seperti ini tidak akan cepat berakhir.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
<Tristan POV>
Huh.. aku muak harus bersikap manis pada homo yang satu ini. Ya tuhan, kapan sih derita ini akan segera berakhir. Rasanya aku sudah tak sabar untuk bisa mengencani banyak siswi baru yang masuk sekolah tahun ajaran ini. Tapi karena taruhan ini aku malah harus berdekatan dengan homo kecil yang satu ini. Aku berharap semoga taruhan ini cepat berakhir dan aku bisa menjauh dari homo sialan ini.
Rio : Tan, gimana progress taruhan kita?
Gue : Aduh berapa lama lagi sih gue harus berhubungan sama dia, gue udah muak
Rio : hahaha yaudah nyerah aja tan, biar taruhannya kita batalin
Gue : enak aja lo, sia-sia dong semua yang gue lakuin selama ini, lagian keenakan elo, hadiahnya juga jadi batal kan
Ken : gapapa lah tan, lagian elo udah dapet handphone mahal itu kan, itu juga udah cukup kok
Leo : iya tan, daripada lo menderita gitu deketan sama homo kek Nathan
Rio, Leo, Ken : hahahahaha
Gue : sialan lo, anyway berapa lama lagi sih gue harus bermuka manis sama dia
Rio : sesuai perjanjian taruhan kita, tinggal sebulan sampe ujian semesteran
Hmm.. sebulan bukan waktu yang lama, tapi juga bukan waktu yang kelewat singkat. Aku harus bersabar sebentar lagi karena reward yang kudapat akan sangat menguntungkanku. Biarlah aku harus tahan sebulan berpura-pura dihadapan Nathan. Toh setelah itu aku akan mencampakkannya. Tak peduli apakah dia memendam rasa suka padaku.
Ken : tapi keknya lo tersiksa banget tan?
Gue : iyalah, gimana enggak, tiap hari gue harus anterin dia pulang. Belum lagi kalo dia manja sama gue, bikin muntah tau gak. Terus dia juga suka minta ditemenin jalan kemanapun. Pokoknya setelah taruhan ini selesai, gue mau jauh-jauh dari dia
Leo : tenang aja tan, kalo urusan ngejauhin dia dari lo sih gampang, kita bisa atur lah
Aku bersyukur memiliki teman sebaik mereka. Hanya mereka temanku di sekolah ini. Karena yang lain apalagi semua teman angkatanku sangat membenciku. Tak heran, karena aku adalah satu-satunya cowok di sekolah ini yang hampir nemacari semua cewek cantik di sekolah ini. Namun setelah aku bosan. Aku dengan mudah mencampakkannya. Jadi tak heran banyak siswi disini yang sangat membenciku karena sakit hati. Begitupun siswa pria, mereka merasa aku menutup peluang mereka untuk bisa dekat dengan siswi cantik di sekolah ini. Jadi tak heran banyak juga siswa pria disini yang membenciku. Mungkin mereka juga iri atas keberhasilanku memacari seluruh siswi cantik sekolah ini. Entahlah.
@amira_fujoshi
@arbata
@jokerz
@angelofgay
@telur_ungu
@Kim_Kei
@Ricky89
@kikyo
@obay
@farizpratama7
@aicasukakonde
semoga bisa lebih bagus kedepannya
buat yang masih silent reader ditunggu komenan, saran, kritik, dll.
makasih banyak buat yang udah mau baca cerita aku, masih banyak kekurangannya, terutama masalah update cerita yang tersendat
Lanjut