It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Gue jalan lagi sama Bembi.
Kami udah janjian dari beberapa hari sebelumnya.
Gue jemput dia di Cikini. Tadinya sih pengen sekalian aja di tempat kerjanya di Tebet, tapi karna ada urusan kerja juga di Cikini, jadilah kami ketemunya di sana.
Pas lagi nonton, kami pegangan tangan.
Pas di jalan pulang, gue peluk dia dari belakang. Aahh, terasa nyaman dan menyenangkan
Lalu sampai di kosan gue, kami pelukan dan ciuman dengan intensitas dan.... "energi" yang beda banget dari sebelumnya.
Rasanya bukan lagi dia menginginkan gue, tapi dia seneng karna kebersamaan kami saat itu.
Senyumnya manis, pelukannya enak, badannya adem (which I like), tapi energinya hangat
Gue biasanya gak suka mengucapkan sepatah kata pun pas lagi berhubungan badan. Kalau mendesah sih suka banget
Tapi saat itu, gue ngerasa pengen banget nyebut namanya
"Bi"
"Hmmm?"
"Bi"
"Hmmm?"
Lalu otak gue mulai gak tahan
"Aku sayang kamu", kata gue kemudian.
"Hihi. Aku juga. Sayang kamu", kata dia sambil ketawa tawa.
Gue makin gak tahan lagi
"Bi?"
"Hmmm?"
"Aku mau kita pacaran"
Trus dia ketawa tawa
"Kok ketawa? Kamu mau gak kita pacaran?"
"Hihi. Do you really have to ask?"
"Ya jadi gimana? Mau gaakk?"
"Mau laaahh. Mau *kiss* Banget *kiss lagi*"
Dia jawab sambil cium cium bibir gue
"Kamu mau jadi pacar aku?" dia tanya balik
"Iya aku mau "
"Do you want to be my significant other?"
"Yes, I do "
Maka jadian lah kami.
Setelahnya kami banyak ngobrol ngobrol.
Semacam pillow talk gitu.
Sampe cuma sedikit yang bisa gue inget.
"Kamu kaget ya, aku tembak gini? Padahal baru dua hari lalu yaaa aku nulis gak siap menjalani relationship ", kata gue. Jadi dia ini gue kasih tau juga kalau gue nulis tentang kisah kami berdua di sini, di boyzforum. Dia bahkan sampe bikin akun juga.
"Iyaaa. Aku pikir aku masih harus nunggu barang seminggu, dua minggu lagi"
"Tapi kamu emang dasarnya udah mau jadi pacarku sejak kita ngobrol di Taman Suropati kan? Bahkan setelahnya, di kosan aja kamu bilang katanya hampir keceplosan ngomong sesuatu yang terlalu cepat untuk diucapkan"
"Iya beneerr"
Lalu kamu cuddling lagi
"Aku ngerasa energi kamu beda lho hari ini" Katanya kemudian. Gue sebenernya agak sedikit aneh dengan penggunaan kata energi. Tapi nyatanya, emang itu kata yang tepat.
"Oh ya? Beda gimana?"
"He emm. Ga tau ya. Lebih enak aja dari yang kemaren"
"Hmmmm... Aku beda, karna kamu beda"
"Emang aku beda gimana?"
"Waktu pertama kamu bobok sama aku itu, aku ngerasa kayak kamu tuh menginginkan aku banget. Kayak.... aku sebenernya gak mau pake perbandingan ini, tapi soorrrriii banget, aku gak nemu perbandingan yang pas, kayak... anjing nemu tulang"
"Hahahahaha. Emang kalau sekarang gimana?
"Kalau sekarang, ya kamu seneng di sini, sama aku. Kamu menyenangkan. Oh iya, aku kan nulis di boyzforum, ini tentang dugaanku sih, baru kepikiran pas nulis, jadi aku mau mastiin langsung. Waktu kamu pertama ke sini, trus kamu cium aku, aku ngerasa kamu kayak pengen nyium aku lagi besok, minggu depan, bulan depan. Bener gak sih?"
"Iya siihh. Bener"
"NAH, kalau sekarang, aku ngerasa kamu tuh sepenuhnya ada di sini. Kamu gak 'jalan jalan' ke masa depan. Kamu, pikiran kamu, semuanya ada di sini, saat ini. Dan itu menyenangkan "
Lalu kami berciuman
"Aku gak nyangka lho kamu tuh bener bener segini sukanya banget sama aku. Beneran!" kata gue
Lalu gue cium dia
"Gimana kalau kita ngomongin kekurangan? Mulai dari aku deh. Aku itu kadang agak agak perfeksionis", gue lanjut ngobrol
"Iya sih, aku bisa liat"
"Iya, makanya tadi aku gemes liat kamu nyetir. Gak liat spion, nerobos lampu merah, nyelip nyelipnya gak gesit.
Trus aku juga BRUTALLY honest. Makanya bisa sampe nyinyir. Kayak kemaren aku bilang 'kalau haus tuh minum air putih kek, haus kok haus perhatian, repot banget sih!' waktu kita ngomongin orang. Aku juga kadang suka ngontrol orang, tp susah banget dikontrol. Tapi yaaahhh aku berusaha untuk ngilangin itu semua sih. Atau gak ngilangin deh, tapi mengubahnya ke bentuk yg lebih positif.
Nah kalau kamu apa?"
"Aku.... Aku tuh orangnya agak susah untuk terbuka blak blakan gitu"
"Kalau sama aku, kamu bisa lho cerita apa aja"
"Iya sih. Aku akan lebih terbuka kalau sama kamu. Trus, aku juga terkadang bisa jadi sangat needy (sialnya gue lupa penjelasan detail dia soal yang satu ini). Aku juga -dulu sih, sekarang agak mendingan- jadi kelewat emosional. Terakhir kali, aku sampe buang buangin benda di sekitar aku. Karna aku suka mendem sih"
"Hmmmm... Kalau sama aku, jangan begitu yaaa. Apa pun yang kamu rasain, bilang saat itu juga. Aku gak mau kamu mendem rasa marah atau gak suka atau emosi apa pun lah, trus pas udah numpuk baru meledak"
Lalu kami lanjut ciuman, pelukan, handjob sendiri sendiri lalu keluar lah itu cairan cairan kenikmatan.
Ya, gue masih tetep gak mau anal sex, dan gue udah jelasin sebelum kami jadian.
Dia bilang gapapa, karna masih ada hal lain yang lebih menarik dari sex.
Sebenernya masih ada satu dua hal yang kami obrolin. Juga gak semua yang gue tulis di atas sama persis banget dengan aslinya. Gue emang gak inget detailnya 100%
Yang gue inget 100% adalah rasa bahagianya
Gue belum pernah disukai sampe segitunya banget sama orang.
Gue kanget banget, gimana dia sedemikian jatuh cintanya sama gue.
Dan karna rasanya bisa nyampe di gue, gue pun kemudian bisa jatuh di level yang sama.
"Kayak yang aku tulis boyzforum, tentang gimana kita gak cuma ngalir, tapi ngobrolin tentang alirannya, aku suka ngobrolin hal 'teknis' begini sama kamu. It's like we know what we're doing. Kita gak menjalani hubungan kita dengan mode auto-pilot" salah satu yang pernah gue bilang ke dia malam itu.
Selasa, 22 November 2016.
Dini hari.
Udah lewat jam 12.
Emang tandanya udah beda hari.
Maka tanggal inilah tanggal jadian kami.
Terimakasih udah mau jadi pacarku.
Terimakasih udah nerima aku jadi pacarmu.
Terimakasih, Bembi.
Terimakasih, Beruang Gemesku
Ketika pertama kali sepasang insan terpikat satu sama lain, masing-masing sensornya menangkap sinyal gemosi cinta. Kontak mata, sentuhan punggung tangan, ucapan-ucapan cinta dan rayuan-rayuan yang membuat hati berdebar akan mempercepat penyamanan frekuensi cinta dengan dentingan seindah harpa yang paling merdu sejagat raya. Selanjutnya, semakin selaras frekuensi itu, perasaan nyaman akan tumbuh beriringan. Kemudian rasa rindu hebat akan menyertainya saat dua gemosi berinterferensi saling menguatkan.”
Makanya malam itu aku periksa denyut nadi mu, dan malam itu, jantung kita berdetak dengan ritmik yang sama. gelombang emosi kita ada di frekuensi yang sama. saling menangkap dan menerima.
sekarang Semesta nampak jauh lebih baik. karena aku memulai nya dengan mu.
Universe begin with you.
Muncul juga kamu akhirnya
@UrsaMayor
@botitajkt boleeehh. Kapan kapan deehh aku kenalin
Bakalan sesusah apa ya?
Doakan semoga langgeng yaaa.
Hehe
Hampir dua minggu gue menjalani relationship pertama gue.
Beberapa hal terjadi.
Beberapa pelajaran bisa diambil.
Yang jelas gue sangat berterimakasih sama Bibi.
Bersama dia, gue jadi makin mengenal diri gue sendiri.
Gue jadi tau bahwa beberapa hal yang gue pikir tentang diri gue itu ternyata salah, dan gue memperbaikinya.
Mmm... Salah satunya tentang gimana gue berpikir kalau gue itu gak akan nyaman dengan public display of affection ("bermesraan" di depan publik atau "umbar" kemesraan). Gue bilang itu ke dia. Dan dia jadinya juga gak memulai untuk melakukan kontak fisik sama gue di depan umum. Eeehh tp pada akhirnya, bahkan sejak sebelum jadian (dan udah gue ceritain di postingan sebelumnya), gue malah yang rangkul dia duluan waktu CFD dan saying goodbye with a hug.
Malam sebelum jadian, gue juga yang duluan pegang tangannya di bioskop.
Setelahnya, di motor kami pelukan, di starbuck kami pegangan tangan, pamitan pulang kami hampir selalu pelukan.
Selain itu juga, gue juga jadi tau kalau gue ini passive agresive. Jadi gue bilang gue pengen apa, tapi kalau misalnya dia gak mau, ya udah gapapa, gak masalah. Dan memang demikian sebenernya, tapi dia tetap menganggap sebenernya gue emang maunya diturutin. Well, gak salah sih
Gue bersyukur kami pacaran. Bersama dia, gue bisa jadi diri gue yang seutuhnya. Gue gak bisa ngerti sama makna dari kalimat tersebut sebelumnya, dan bersama dia, gue jadi ngerti.
Gue orangnya suka ngomongin hal hal yang sebenernya keciiilll banget tapi dibahas serius. Misalnya susunan kalimat dan penggunaan kata. Kenapa kami begini dan begitu. Hal hal yang remeh temeh, berubah jadi perbincangan yang lucu, asik dan menarik.
Gue direspon baik. Gak dinilai rempong dgn perhatian gue sama detail detail kecil. Sangat kecil, sampai biasanya disepelein.
Gue sangat suka karna kami saling memaklumi. Gue merasa kami sama sama saling percaya, bahwa masing masing dari kami tau apa yang kami lakukan.
Makanya ketika gue curhat bahwa gue memutuskan untuk berhenti kuliah aja, dia bilang gapapa.
I said that I judge myself and compare my life with other people's life way too much.
Gue bilang gue gak harus men-judge diri gue orang gagal hanya karna berhenti. Juga gue gak harus sama kayak temen temen gue yang bisa lanjut kuliah padahal sama sama kerja.
Bibi bilang "it's okay" bahkan sebelum gue jelasin detail tersebut di atas.
From the way he talked, he knew what's on my mind.
Memang dia masih tanya "kamu yakin?" tapi gue sangat sangat menghargai, karna dia gak langsung bilang "masa nyerah gitu sih, gak sayang duit?" atau "trus nanti gimana kalau kamu cari kerja di tempat lain?" atau pertanyaan dan pernyataan yang langsung nyebutin "kerugian" yang mungkin muncul.
Satu pertanyaan itu (satu paket dgn intonasi, ekspresi dan gestur dia pada saat dia ngomong), menyiratkan ke gue bahwa dia berpikir gue sudah punya pertimbangan, dan dia hanya perlu tau apakah gue bener bener yakin dengan keputusan gue.
Gue merasa tetap dianggap sebagai orang yg independen.
Dia juga selalu tau aja saat gue lagi mikirin sesuatu, dan dia selalu tanya (karna dia tau gue lagi mikir, tp gak tau yg gue pikirin itu apa). Meskipun itu cuma hal hal kecil banget. Bahkan saat gue sendiri sebenernya gak tau gue mikir apa. Ini adalah saat pas gue lagi bengong. Biasanya gue jadi tau gue mikirin apa setelah kami ngobrolin hal lain dulu.
Selama ini kami selalu bilang "it's okay" satu sama lain in the most humble way. Dan itu beneran tulus. Bukan sekedar mencoba maklum, tapi di hati masih mendem.
Terutama karna gue juga udah bilang ke dia bahwa gue gak suka bohong dan dibohongi termasuk dalam hal yang kecil kecil.
Dan terkait sama hal itu, kami pun sepakat bahwa sebisa mungkin gue harus jadi orang yg tau pertama kali tentang kebeneran yang dia pikirkan tentang gue. Bukan orang lain, bukan temen curhatnya. Berlaku pula sebaliknya. Bibi harus sebisa mungkin jadi orang yang pertama kali tau kebenaran yg gue pikirkan tentang dia. Bukan orang lain, bukan temen curhat gue.
Kami selalu bilang terimakasih, tolong dan maaf. Pernah dia bilang "kan sama pacar sendiri". Gue merespon "yaaaa justru karna sama pacar sendiri itu. Aku gak mau yaaa mentang mentang pacaran, apalagi udah lama, kita jadi lupa bilang terimakasih, tolong, sama maaf. Terutama maaf".
Aahh ini adalah salah satu contoh lagi, dari hal hal kecil tapi dibahas serius.
Ucapan terimakasih pun msh gue ucapkan diranjang. Karna pelukan dan ciuman sama dia itu enaaakk banget. Apalagi secara fisikpun dia itu tipe gue, dan gue tipenya dia. Dia suka cowok yg badannya kurus, gue suka yang badannya besar.
Suka, plus enak pula.
Apalagi kami berkali kali senyum.
Makanya gue sampe pengen banget bilang terimakasih (dan gue memang melakukannya, begitupula dia).
Bibi masih punya problem pribadi.
Overthinking dan gampang kena panic attack katanya.
Dan, katanya lagi, itu bikin dia jadi needy.
Suatu ketika, kerjaannya jadi agak chaos karna ada urusan keluarga yang dia lupa.
Trus dia jadi stress.
Gue sebenernya pengen bales whatsappnya dgn tawaran pengen meluk untuk nenangin dia, tp gak jadi karna gue pikir gak solutif. Well, basically, apa pun balesan gue gak akan solutif sih. Gue paling coba nyaranin untuk coba limpahin kerjaan ke temennya (yang pada saat itu ternyata udah dia usahain juga).
Eehh ternyata dia juga kirim pesan teks lagi "pengen meluk kamu" dgn diiringi emoticon nangis.
Gue tipe orang yg senang merasa dibutuhkan.
Maka gue langsung respon "mau ketemu?"
dan kami ketemu beberapa jam kemudian.
Untungnya kerjaan gue cepet kelar, kelas meditasi gratisnya lagi libur, dan gue bisa cepet nyusul dia.
Sebenernya sih di kantor lagi rame karna lagi ultah.
Makanan gratis melimpah, hiburannya asyik banget bangetan, plus artisnya banyak.
Tapi gue emang lebih milih untuk memprioritaskan dia.
Tapi gue gak bisa bohong, dan gue tetep bilang agak sedikit sayang ninggalin kantor, cuman yaahh ketemu dia menyenangkan, jadi gue gapapa gak ikutan acara ultah kantor.
Berapa hari kemudian, lagi lagi dia stress kerjaan. Gue lagi di rumah orangtua di Bekasi. Pas dia cerita, gue lagi maen ke rumah temen SMA gue di Cipayung.
Jauh dari rumah.
Juga jauh dari tempat dia meeting hari itu, di daerah Cikini.
Cuman gue tetep nawarin (setengah maksa ) untuk ketemu.
Dan ketemulah kita.
Lalu dia ngasih ide balik ke kosan gue aja.
Awalnya sih gue mau balik ke Bekasi, karna gue emang udah bilang ke rumah kalau mau lanjut ke Cikini, tp bilangnya pulang malem.
Ya sudahlah gue balik ke kosan dan Bibi nginep sama gue.
"Kalau udah lama pasti kita gak begini", Bibi pernah bilang gitu.
"We'll see", jawab gue dengan muka "nantangin".
Gue sih membuka sama segala kemungkinan, tp gue percaya bahwa apa yang kita pikirkan, akan termanifestasikan ke dalam wujud yang nyata (gue makin percaya lagi ketika dapet penjelasan ini di kelas peace meditation dari praktisinya). Maka gue meyakinkan Bibi untuk fokus terus di pemikiran bahwa kami bisa untuk terus seperti ini, bahkan lebih baik.
Yang perlu kami lakukan hanya mengingat, dan membawa terus ingatan itu.
Bibi sebenernya pernah bilang kalau dia sedikit jealous gue meditasi di meditation center yang sekarang, mengingat gebetan lama gue itu kerjanya di sana, tapi dia sendiri bilang kalau dia sebenernya gak punya alasan, maka yaaa gue tetep fine fine aja meditasi di sana.
Gue malah trus ngajak dia ke sana biar sekalian dia menghadapi rasa jealousnya, walaupun itu kecil.
Jumat ini, mereka akhirnya ketemu.
Gue sih msh agak awkward, maka gue gak mengenalkan dia dgn cara yg proper, tp sebelum ikut kelas itu pun, pas gue dateng ke meditation center itu sendiri, gue udah cerita ke mantan gebetan gue (mas Beggy namanya) tentang Bibi.
Dan ketika meditasi hari jumat itu juga, gue seneng, karna Bibi dapet penjelasan yang lebih detail lagi soal kondisi dia. His third-eye chakra is powerfully active, dan meditasi sebenernya menyiksa dia (jumat lalu itu meditasi kali ke dua dia di sana). Cuman, emang begitulah kalau lagi proses "detox".
Gue harap sih dia mau dateng lagi setidaknya di kelas yg gratis, tapi gue juga gak mau maksa dia untuk sering sering. Gue menyarankan, kalau gak dua minggu sekali, yaahh sebulan sekali lah, kalau emang seminggu sekali itu berat buat dia (karna proses detoxnya).
Akhirnya, dia gak ngomongin rasa jealousnya lagi, karna dia memang udah gak jealous. Terutama karna gue juga udah jelasin beberapa poin kenapa dia harusnya gak jealous, termasuk salah satunya adalah karna mantan dia ganteng ganteng (ada juga harusnya gue yg jealous )
Bahkan gue sempet curi curi pandang ketika ngumpul bareng di bar dan ada salah satu mantannya.
Gue pas itu sih belom tau kalau itu mantannya Bibi, tapi pas pulang dan gue cerita kalau gue curi curi pandang ke cowo itu, dia bilang itu mantannya. And I was like "owalaaahh. ganteng lhoo mantanmu. Cute"
Gue sama Bibi juga suka bahas bahas hal hal serius macam misoginis, keimanan, ketuhanan, gender dan seksualitas, daaannn lain lain.
Menyenangkan liat ekspresi dia waktu dengerin gue ngomong.
Juga menyenangkan waktu dengerin dia merespon omongan gue.
Yaaahh hampir dua minggu sejak jadian, hampir 3 minggu sejak pertama ketemu, sama Bibi, hidup gue bahagia. Banget! Juga lebih santai dan ringan.
Gue bahkan sampai bisa manja banget sama dia. Sebelumnya gue gak pernah semanja ini. Pernah, tapi gak segininya banget. Dan sangat enak manja manjaan sama dia. Gue suka bilang ke dia "Bi, peluukkk". Gue bahkan pernah pasang "cutie dog face" waktu minta dia nginep di kosan. Ceritanya dia gak mau nginep karna mau ngajarin gue soal personal space. Ceritanya emang gue lagi nempel banget sama dia. Kecuali di jam kerja kami.
Gue mohon, pasang muka melas, sambil sok diimut imutin (dia sih berkali kali bilang gue imut, makanya gue imut imutin muka gue biar dia terbujuk). Tapi dia tetep nolak, walau bilang susah juga nolaknya. Dan gue juga nurutin aja. Gue emang pengennya dia nginep, kalau dia gak mau gapapa, tapi gue pasang muka melas diimut imutin itu cuma mau godain dia aja. Hahahahaha
Terimakasih, Beruang Gemeeess.
Terimakasih, Bibi sayaaanngg.
Semoga kita langgeng yaaa.
Daannn, semoga yang doain kita langgeng juga dapet dilimpahi kebahagiaan yang mereka butuhkan.
Amiinn.
PS: Bibi itu nama panggilan aslinya Bembi.
Jadi Bembi ini nama samaran.
Karna udah bilang orangnya, katanya gapapa kalau pake nama panggilan aslinya dia.
Bud, semoga lega udah keluar semua yang ada di pikiran ya. Dan thanks for sharing your thoughts. Jadi orang ngerti bahwa there's more to relationship than just you-know-what.
Remember bahwa ini masih Honeymoon period. Masih asyik2nya, paling nggak selama 2-3 bulan ke depan, enjoy dan masih learning from each other.
Adjustments that needs to be made, acceptance on new tings that we didn't know until now, trying to find what works and what's not........
Lewat 3 bulan perjuangannya adalah sustaining the relationship, dan it's a brand new chapter. Biasanya ini yang paling vulnerable.
Tetap semangat guys!