It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Bibi juga pernah bilang kok soal fase fase setelah 3 bulan.
Aku pribadi, yaaa kayak yang aku tulis di atas, cuman jawab "we'll see".
Tetep siap kok sama segala kemungkinan, cuman aku berusaha untuk terus menciptakan energi positif dan mempertahankannya sebaik mungkin.
Nulis di sini juga termasuk dalam rangka "menyimpan" energi positif itu.
Jadi kalau udah masuk fase fase bosen, ada konflik, dan lain lainnya, kami bisa coba kembali ke masa di mana kami lagi romantis dgn baca tulisan lamaku, dan mengambil ingatannya.
Hope we can do it in the best way
Dari pengalaman sih kalo udh saling sayang dan membutuhkan, everyday is honeymoon day.
kali yaaak. kwkwkk
Gak sulit sih, tp gak gampang juga.
Gue sering kali menyebutkan ini adalah pertama kalinya gue pacaran sebagai alasan.
Bener sih, tp gue juga udah hampir 25, jadi gue harus belajar untuk gak keseringan manja dan needy.
Pas lagi santai santainya, gue pernah bilang "sometimes I can't help it. I mean it's you, and you're too cute and adorable!"
Ahahahaha
Gue masih sering insecure.
Masih sering mikir gue less valuable than him, that I'm not good enough, apalagi kalau gue inget inget lagi mantan mantannya (yang semuanya pinter dan ganteng).
Tetep salah gue sih.
Karna Bibi sebenernya gak pernah bahas bahas mantan.
Tp kemudian gue mulai berpikir there's a thing called unconditional love.
Dan gue terlalu fokus sama rasa khawatir, takut, dan rendah diri sampai lupa untuk percaya bahwa Bibi punya itu!
Bahwa gue sebenernya juga punya itu!
Maka sekarang, meski gue masih suka lupa, gue akan terus untuk mengingat bahwa Bibi mencintai gue apa adanya.
Begitu pula gue.
Jadi, siapa sih Bibi?
Gue rasa gue masih belum bener bener cerita banyak tentang dia, maka gue akan cerita sekarang lewat tulisan ini.
Bibi orangnya besar dan menggemaskan.
Lucu, pipinya empuk, kulitnya halus, matanya jenaka, senyumnya manis.
Pembawaannya selalu ceria.
Kalimat kalimat yg keluar dari mulutnya enak didenger karna dia bijaksana dan pengertian.
Seringkali gue dapet pemahaman baru berkat ngobrol sama dia.
Dia bisa melihat sisi baik orang dan peristiwa yang sudah terlanjur dicap jelek sama sebagian besar manusia.
Bibi orangnya sibuk.
Dia kerja di NGO dan belakangan ini banyak yang harus dia tangani.
Jadi sebenernya ngajak dia sering sering ketemu itu serba salah juga.
Kalau gak ketemu kangen, kalau ngajak ketemu, besoknya dia masih kerja pagi lagi dan banyak yg harus dikerjain.
Beberapa kali harus mobile.
Dia masih sering nyempetin sih.
Harusnya gue berterimakasih, tapi lebih seringnya (bahkan mungkin selalu) gue merasa kurang.
Lalu dia akan beralasan "we have plenty of time", dan gue jadi bete.
Tapi terakhir sih gue pernah bilang "I guess I have to start believing that we have plenty of time" which means, kita emang bakalan bertahan lama.
Selain susah ketemu, dia juga jadi sering slow respon kalau di whatsapp.
It's not bad cause he has reasons (gue gak akan sebutin alasan spesifiknya demi kenyamanan dia).
Toh paling cuma udah makan apa belom, kasih semangat, tanya kerjaan banyak apa gak, dan kalau belum terlalu malem sama belum mau tidur, kami biasa telpon telponan.
Gue beberapa kali ngambek sama Bibi (but i didn't give him a "silent treatment"), tapi dia gampang banget bikin gue tenang.
Cukup dgn nelpon aja.
Denger dia ngomong.
Yaahh walau gue masih sering banget bilang telpon doang aja gak cukup sih.
Tapi setelah gue inget inget lagi, gue memang bener bener merasa lebih baik setelah dia telpon.
Jauh lebih baik.
Apalagi kalau udah sampe denger dia ketawa.
Bahkan walau cuma ketawa tawa kecil aja
Bibi gak terlalu sering cerita.
Kebanyakan gue yg ngomong.
Gue tertarik sama sekecil apa pun cerita sehari harinya dia, tp dia jarang cerita.
Entah apa dia bener bener gak terlalu suka cerita, atau menganggap gak terlalu menarik untuk diceritakan.
Tapi at least dia pendengar yg baik dan merespon dgn baik.
Pernah sih suatu ketika gue pengen didenger aja but he's giving me a specific advise yang malah bikin gue jadi makin pusing.
Cuman gue tetep berterimakasih sih karna gue rasa gue butuh itu.
Butuh dipecut.
Biar keluhannya selesai, atau berdamai dgn keadaan jadi ga ngeluh lagi meski keadaan gak berubah.
He's the best person I've ever known!
Menjalin hubungan dengan dia adalah hal terindah yang pernah terjadi di hidup gue.
Seriously!!
Menantang sih.
Ada naik turunnya.
Yaaahh semua hal dalam hidup ini kan emang begitu. Jadi yaaahh gue tetep bersyukur.
Sangat bersyukur
Thanks @UrsaMayor
Budi you've start to learn to let go and trust others - that's a hard job to do!
Bibi you sounds to be a great guy, and a positive influence on Budi. Look forward to know you more.
You guys are already sailing together to a wonderful place, keep the boat steady and have fun along the way!
"Utang budi? Come on! There's no such a thing"
"Ntar deh ultahmu kukasih kado. Bulan depan kan?"
"No! 2 bulan lagi. Tgl xxxxx you should mark your calendar".
"Trus mau dikasih apa?"
"Well, a good book would be enough. Ada buku yg aku pengen tp susah dicari karna lama dan gak terbit ulang"
Lalu bahas bukunya dikit
"But... The best gift you could give is time. More time. Extra time. Kamu bisa cuti, lalu kita piknik berdua. Gak usah yg vancy vancy. Yg penting berdua aja. Karna aku suka sama orang yg suaranya enak didenger dan punya bahan obrolan yg enak. Dan kamu punya keduanya"
Valentine pertama sama pacar.
Gue kasih dia replika tongkat sihir Hermione.
Niatnya sih mau dibikin surprise, tp gue sudah menduga kalau nantinya, dia pasti malah bakalan terbebani untuk balik ngasih sesuatu (ini pernah kejadian sama temen gue. Jatohnya dia balik ngasih gue kado. And it's the worst! Hadiah balas budi itu buat gue gak baik).
Maka gue kasih tau kalau gue mau kasih dia sesuatu.
Dia beneran langsung merasa terbebani katna ga tau mau kasih apa (plus ga punya duit juga pasti).
"Giving gift is my thing! Kalau kamu emang ga mau, ga tau, atau gak mampu ngasih kado, it's totally okay! And don't even think about balas budi cause it's the worst!"
Walau yaaahh, seperti yg gue tulis di atas, masih aja dia mikirin balas budi.
Suprisenya jadi makin fail.
Karna waktu gue whatsapp temennya buat ngajak maen, dia liat list chat gue.
Salah satunya dari seller replika tongkat sihir itu.
Nama sellernya sih gak obvious.
Cuman berhubungan sama Harry Potter aja.
Tp gue pernah beberapa minggu sebelum ini tanya tanya soal apa yg pengen bgt Bibi punya.
Dia jawab, dan gue beliin deh buat valentine.
Momen ngasihnya pun biasa aja.
Pas di suatu acara, di mana Bibi jadi panitianya, dan gue dateng ke sana.
Rame.
Dia sibuk, gue gak kenal orang.
Gak ngambek sih, tp gue menjauh setelah beberapa lama karna gue agak pusing dan gak betah.
Emang gue orang begitu sih.
Gak betah lama lama di tempat rame, gak ada tempat duduk, apalagi ada musik dan joget jogetnya.
Pas lagi duduk di kejauhan, Bibi nyamperin.
Gue kasih kado dari gue.
Gue bukain sekalian.
Cepet cepet gak sabar.
Kalau ini gegera ngambek akibat diajak makan, tp trus dianya ilang, jalan duluan (soalnya tempatnya gak jauh dari venue acara).
His happy face is sooo precious.
Gue pun jd semangat lagi.
Maybe it's not romantic, but it's still soooooo precious and memorable.
Thank you
wekeekkek
Naik turunnya ada.
I'm being silly over and over again.
Pengen sebenernya cerita di sini.
Tapi, aku nunggu sampai bener bener 'rela' cerita detail, atau cerita aslinya singkat aja, yang penting nyeritain rasanya dan maknanya.
Soalnya sering ngerasa, kalau diceritain, nanti hubungan kami jadi gak personal.
Hehe
@Lebes @Adrian69
Teman teman sesama LGBT (kami lebih suka menyebut diri kami queer, which is sebuah "payung besar" untuk menyebut orang orang non-hetero seksual).
Kumpul kumpul 'reguler' sebenernya hari minggu tiap dua minggu sekali, tapi karna lagi libur jumat-sabtu, aku jadi gak bisa ikutan dateng lagi. Jadi ketika ada temen yang baru join gak bisa kenalan.
Untungnya ada grup whatsapp.
Jadi tiap ada kegiatan apa pun, kami saling berbagi info.
Beberapa dari kami dateng ke acara apaaa aja.
Dari mulai pembacaan puisi, bedah buku, diskusi, pemutaran film, sampai aksi aksi, baik aksi buruh, aksi gerakan perempuan, termasuk aksi 'matinya keadilan' (yang mana, di situ kami memaknainya bahwa hukumnya yang bermasalah, bukan (semata) fokus pada tokoh). Pokoknya selama masih gratis, sebisa mungkin kami datangi.
Setelah dari acara acara, gak jarang kami lanjut nongkrong dan ngobrol ngobrol. Pernah bahkan lanjut karaoke.
Kelompok pertemanan ini sangat menyenangkan.
Kami sering ngobrol isu isu serius dengan santai, tapi becandanya juga gak kalah sering.
Kami sering membahas soal isu gender, stigma yang ada dan kami dapat (bukan hanya dari orang hetero tapi juga dari sesama gay dan/atau lesbian), keadaan politik dan hukum terkini baik yang berkaitan dengan queer issues maupun gak, 'queer lifestyle' (music, movies, etc), juga diselingi dengan bercandaan yang sebenernya receh tapi tetep aja mengundang tawa.
Sejujurnya aku males ya membeda bedakan atau menganggap seolah queer friends are better than my heterosexual friends, tapi yaaahh I have to admit that that's true.
Walau kecil, walau sebenarnya teman teman pasti gak melihat ini di aku, tapi jujur aku sering agak minder karna apa yang aku tau itu gak sebanyak mereka.
Mereka tau banyak sekali (bukannya sok tau tp memang tau) tentang hal hal yang sudah aku sebutkan di atas.
Bacaan mereka banyak.
Obviously a lot more than me.
Tontonan dan musik yang mereka dengarkan juga jauh lebih banyak.
Untungnya sih, ini gak lantas bikin aku jadi melongo dan gak tau cara merespon. Tapi aku tetep berpikiran bahwa rupanya masih banyak yang harus aku pelajari.
di antara mereka banyak yang kurang lebih seumuranku. Ada malah yang lebih muda. Makanya aku masih suka agak minder.
Tapi aku bersyukur karna aku aware dengan keadaan ini. Karna rupa rupanya aku cocok dengan mereka. Karna mereka pun cocok denganku. Karna aku justru jadi termotivasi untuk meningkatkan kualitas diriku.
Setiap sama mereka, aku pasti ke sana sama pacarku.
Dan kami lebih sering duduk terpisah daripada samping sampingan.
Kata dia, dia mau aku punya kenalan baru dan blending dengan kelompok atas usahaku sendiri. Bukan karna nimbrung sama dia yang udah aku kenal.
"Oh yeah, believe it or not, THAT is what I want!"
Walau awalnya gak nyaman, memang begitu yang aku mau. Aku gak mau sekedar jadi 'plus one'-nya pacarku, tapi aku mau dilihat sebagai diriku sendiri oleh teman teman.
Dan rasanya jadi menyenangkan ketika orang baru tau kami pacaran setelah nanya dengan agak terkejut "oh kalian pacaran?" atau "oh dia pacarmu?"
Sekarang ketika lebih dekat dengan mereka, aku bisa dengan sangat nyaman ikutan nimbrung. Gak melarikan diri melalui percakapan berdua aja dengan pacarku (untungnya belum pernah dan emang sepertinya gak akan. haha).
Rasanya menyenangkan ketika kami bisa saling berkata kepada satu sama lain "aku tuh seneng banget deh bisa kenal dan berteman dengan kalian".
Menyengkan bahwa kami bisa saling memberi influence yang positif dan itu terucap! Terutama karna beberapa di antara kami berada di tengah keadaan yang sangat pelik, beberapa masih sulit untuk membuka hati, beberapa masih ada yang kesepian.
Rasa rasanya, ini bukan cuma kelompok pertemanan biasanya, tapi seperti (unofficial) support group.
Terlebih karna, di tengah obrolan yang mungkin cukup serius dan berat, kami masih saling berbagi tentang masalah personal, terutama di pertemuan reguler.