It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sekarang tepat pukul 10 p.m dan aku masih diatas motor dalam perjalanan menuju rumah. Benar sekali, aku nyasar lagi. -___-. Sebenarnya aku bisa pulang sore tadi. Tapi urusan di rumah temanku ini memang mendadak sekali.
Entah perasaanku saja atau jalanan ini memang gelap sekali. Aku mengambil arah ke kanan di sebuah persimpangan. Dan kalo anda sudah mempunyai banyak pengalaman dalam kesasar, anda pasti berkata, "Sial, kenapa nggak lurus aja tadi ya.". Tapi aku tak berbalik arah. Aku tau tembusan jalan ini pasti sama dengan jalan lurus tadi. Sudah kubilang kan, insting dan pengalamanku dalam nyasar-menyasar memang sudah terasah. #halah
Sesaat, pekarangan dan sawah di sepanjang kanan jalan dan sepi yang menyekap membuatku sedikit takut. Bagaimana tidak, kampung ini seperti terisolasi, rumah-rumah disini pun terlihat tua. Tapi rasa takut ini menjadi sedikit berkurang setelah melihat ada anjing di depan yang berjalan searah denganku.
Dia mengendus-endus, lalu berbelok ke arah gallery seni yang agak mencolok. Aku mendadak dibuatnya kaget, anjing ini terus menggonggong keras ke arah kaca gallery. Aneh, dia menggonggong ke arah patung-patng lilin. Tapi yang lebih mengagetkan lagi, ketika kami sudah agak dekat, aku melihat langsung suatu hal yang tak pernah kulihat. Seorang wanita keluar dari gallery dan langsung menancapkan pisau ke leher anjing ini. "Wanjirrr.", bulu kudukku merinding. Kami sempat bertatapan. Rambutnya yang berantakan memang sedikit menutup wajahnya. Tapi aku masih bisa melihat matanya, benar-benar tanpa ekspresi. Kosong.....
Tapi belum sempat aku berpikir tentang apa yang terjadi, sekitar 10 meter didepan, aku melihat bapak-bapak yang melambai-lambaikan tangannya padaku. Dia mau nebeng. Berhubung mukanya juga tidak terlalu horror, aku memberanikan diri untuk berhenti.
"Mas, nebeng sampai rumah yang besar itu ya mas.", katanya dengan ramah. Ya, rumah besar itu memang buuuesar sekali. Aku yang berada beberapa ratus meter ini saja bisa melihatnya dengan jelas.
"Oh, monggo pak, silahkan.", dia pun langsung duduk di belakang dengan cepat.
Pikiranku sudah lumayan tenang, suasana mencekam juga sedikit ternetralisir oleh bapak yang ramah ini. Aku pun berinisiatif untuk "kepo" sedikit.
"Itu yang punya gallery siapa pak ??".
"Wah, kebetulan sekali mas, yang di rumah besar itu yang punya gallery mas.", ujarnya santai.
"Oh, dia seniman ya pak ?? Apa punya kerjaan lain ?? Kalo enggak, hebat banget tuh dapet inspirasinya. Haha.", tambahku dengan ekspresif.
Dia tertawa sebentar, "Hahaha, bener mas. Hebat, kamu memang pinter. Bahkan, dengan inspirasi, dia telah memajukan, mengangkat dan memberdayakan kampung ini.".
"Lalu menjualnya di gallery itu ??".
"Bukan cuma itu, serpihan-serpihan inspirasinya pun harganya bisa sangat mahal. Hahaha.", katanya dengan semangat.
Kata-katanya itu membuatku jadi agak takut lagi. Rumah besar itu pun semakin dekat. Aku lalu mengajukan pertanyaan terakhir. "Maaf pak, anda terlalu berbelit-belit, yang saya tanya, apa yang punya rumah gede itu punya pekerjaan lain ??".
Dia diam sebentar dan menjawab dengan nada jengkel. "Dia mantan dokter. Apa kau sudah puas ??".
Aku pun bergidik lagi. Pikiranku, instingku dan gesture tubuhnya yang secara mendadak bergerak, membuatku kaget. Tangannya seperti menggenggam sesuatu, aku bisa melihat sekilas dari spion. Aku panik, jantungku berdegup kencang. Aku pun berinisiatif men-standing-kan motorku sampai seperti pembalap motoGP sampai dia terjatuh. Dia cuma bilang, "Wooiiiii...!!!" tetapi aku terus melaju. Dia cuma terdiam. Aku bisa melihatnya dari spion.
Aku terus "ngacir" dengan kecepatan tinggi sampai lewat depan rumah besar tadi. Saat aku lewat, aku melihat seseorang, dia sedang duduk. Dan saat aku menatapnya, dia berdiri dengan kaget. Disana gelap, wajahnya tidak kelihatan. Tapi mata kita sempat bertemu. Ya, mata keadilan akan tau mana mata yang bersalah dan harus diadili. Sejujur, aku takut. Tapi aku yakin, dia juga merasakan hal yang sama sepertiku.
Speedometer motor ini terus menunjuk angka 90 km/h sampai aku berada di depan rumah. Sekarang sudah pukul 1 p.m dan rasanya aku ingin langsung masuk ke kamar dan tidur. Tapi tak bisa semudah itu. Jantungku berdegup kencang dan pikiranku terguncang. Ya, malam ini benar-benar "kampret".
Besok siangnya, kuputuskan untuk pergi ke gallery itu bersama temanku, Allen. Tentu saja sahabatku ini sudah ku ceritakan panjang lebar tentang kejadian semalam. Sudah kuceritakan pula hasil "searching" ku ke gallery yang lumayan terkenal itu dan kemungkinan-kemungkinanya bahwa patung-patung lilin yang ada disana adalah benda hidup yang dilapisi lilin...!!! Mengerikan.. Ya, seperti di film-film.
Sesampainya di gallery, aku dan Allen memutuskan untuk berpencar. Memang, gallery ini cukup ramai dan lumayan besar untuk ukuran sebuah kampung. Dekorasinya pun lumayan, semuanya juga tertata rapi. Aku sempat mengagumi gallery ini di siang hari ini walaupun di malamnya aku merasa ini seperti gua para penyihir. Tapi kekagumanku sekejap sirna ketika melihat wajah pucat Allen yang mendatangiku, "Zi, ada, di... di sebelah sana.", katanya sambil menunjuk ke arah belakang.
Aku memang menyuruhnya untuk mencari patung anjing berwarna coklat yang kutemui tadi malam, yang ditusuk dengan tanpa dosa oleh seseorang. Dan ternyata, patung seperti itu memang benar-benar ada...!!! Sekarang tepat berada di depan mataku...!!! Nyata...!!! Bisa pingsan aku kalau tidak kuat mental.
Kau pasti tak percaya seberapa cepat jantung kami berdetak. Aku dan Allen saling bertatapan untuk bersama-sama memastikan apa yang ada di pikiran kita. Aku mendekat ke patung anjing ini dan, astaga, ini benar-benar mirip anjing semalam, kecuali kalung besar di lehernya. Tanganku bergetar saat akan menyentuhnya. Begitu menyentuhnya, dinginnya patung ini seperti menyalur sampai otak. Aku berhenti sejenak sambil terus memegangnya. Kupastikan dari dekat, bulu, mata, gusi, rahang, gigi, kemudian aku tersentak dalam hati. "Ini benar-benar lilin...!!!. Bukan, ini pahatan lilin asli.". Ya, aku tau betul apa yang kurasakan.
Mataku dan Allen bertemu lagi. Kali ini dengan lebih tenang. "Ini lilin sungguhan ??? Karya seni ???", katanya lirih. Aku cuma menggeleng sampai aku melihat judul patung ini. -The Annoying Dog Who Finding It's Owner-. Dahiku hanya berkerut, aku bingung dan melihat sekitar sampai menemukan sebuah patung orang naik Vega ZR dengan jaketku, helmku, hei, itu kostumku kemarin malam...!!!
Aku tak tau betapa jengkelnya aku sampai-sampai gusiku ngilu karena terlalu kuat menekan gigi. Aku melihat patung ini dan melihat judulnya. -The Man That Stayed Away From His Destiny-. "** SENSOR **, orang ini sudah gila.", pikirku kacau.
Tapi kekacauan ini mulai sirna dengan banyaknya kepingan-kepingan fakta yang mulai terkumpul. Termasuk patung di samping patung berwujud aku ini. Patung bapak-bapak yang terduduk mengemis. Ya, patung bapak-bapak yang ramah semalam. Tangan kirinya mengadah ke atas dan tangan kanannya menghunus pisau ke uluh hatinya. Eh, sebentar, gesture tubuh ini, ekspresi wajah, dan posisi tangan yang janggal. Tunggu, aku juga sering baca novel detektif, mustahil aku tidak mengetahui hal-hal dasar seperti ini. Dia bukan menghunus pisau, justru dia ingin mencabutnya...!!! Ya, patung ini sangat membuatku ngilu karena benar-benar nyata saat dilihat. Apalagi saat aku melihat judul karya menjijikan ini, aku benar-benar mau muntah. -Failed Man-
Baik, semua sudah cukup. Aku berpikir sebentar, setengah menit saja. Aku memikirkan kejadian semalam, fakta yang ada dan kemungkinan yang mungkin terjadi, aku pun sampai pada suatu kesimpulan. Ya, anda juga pasti sudah menemukannya kan ?? Yang pasti, saat itu aku hanya bisa menelpon polisi kemudian menjerit keras, "Dasar seniman gila..!!!!".
Malam ini aku sedang bermalam di sebuah hotel yang lumayan mewah. Bukan, bukan dengan uangku tentunya. Kantorku mengadakan pelatihan di hotel ini dan aku diijinkan menginap disini untuk satu malam. Kebetulan sekali kan... Hehe.
Tapi ada kebetulan lain yang ingin kuceritakan. Ini datang disaat aku merasa suntuk dan ingin berjalan-jalan keluar. Setelah keluar dari kamar, aku melihat seseorang dari arah berlawanan, dia berbelok ke depan kamarnya.
Astaga, itu Roni..!! Teman lamaku sewaktu SMP. Sudah lama kita tak berjumpa. Yang aku ingat, dahulu, dia punya senyum yang sangat hangat. Kabar terakhir, dia bekerja di perusahaan swasta dan sudah menikah. Ya, sudah menikah !! Aku jadi sedikit iri.
Kita pun berbincang ngalor ngidul di depan kamarnya sampai dia berkata, "Mau melihat isi kamarku ??". Aku meng-iya-kan, dia pun membuka pintu kamarnya dan...... "Woww....", kataku. Ini kamar kelas satu 1 dan kau pasti tak percaya, dekorasi ini, meja makan dengan lilin diatasnya, dan barang-barang dari rumah mereka di tempat tidur seperti seprei, bantal, mainan anak dan selimut. Ahai, mereka mau berbulan madu lagi ?? Entah, tapi menurutku ini lebih seperti orang pindah rumah.
"Ya, semua ini untuk istriku.", katanya dengan tersenyum. "Dia sudah disini sejak 3 bulan lalu untuk pekerjaan. Aku membereskan akibat ulahnya dulu di rumah, lalu kami janjian disini sekarang.", ujarnya sambil masih terus mencoba tersenyum.
"Tiga bulan ?? Wah, lama sekali.", kataku.
"Ya, lama.. Dia sampai meninggalkan banyak hal. Aku, kewajibannya, rumah, semua dia tinggalkan. Walaupun dia mengirimkan banyak uang, aku kurang menyukai pekerjaannya.", matanya jadi kosong.
Melihat itu, dengan sedikit reflex aku jadi menyahut, "Hahaha, tapi senyummu itu masih seperti dulu lho.".
"Hahaha. Wah, terimakasih. Sejujurnya, ini sedikit kupaksakan. Sebenarnya aku masih dalam keadaan berkabung.", katanya dengan tersenyum kembali, tapi tatapannya masih kosong.
"Oh, maaf.". Aku tidak berani melanjutkan.
Ya, sebenarnya senyumnya masih hangat seperti dulu. Sehangat ruangan ini dengan rangkaian bunga diatas meja, foto-foto mereka bertiga dan pahatan patung rangkaian bunga yang sangat mirip aslinya. Warnanya seperti sabun, tapi sangat indah. Ini kelihatan harum sekali, pasti tak ada orang yang tak tertarik untuk menciumnya, termasuk hidungku yang semakin lama semakin mendekat... mendekat... mendekat dan....... "Jangan dihirup...!!!!!", bentak Roni. "Itu seperti racun.", lanjutnya.
"Hah ????", aku kaget setengah mati.
"Ya, ini benda ajaib. Kalau kau punya asma, kau bisa mati perlahan. Hebatnya lagi, kematiannya akan terlihat wajar, seperti kehabisan nafas biasa. Kau punya asma ??"
"Tidak.", jawabku enteng. Dia pun cuma menyahut, "Syukurlah. Hahahaha.". Kita jadi tertawa bersama.
Setelah perbincangan habis, aku pun pamit. Aku keluar kamarnya sambil berkata, "Salam untuk istrimu ya.".
"Ya, akan aku sempatkan.", ujarnya dengan tersenyum seperti biasa.
Kemudian aku melanjutkan perjalananku kembali. Seperti ada yang aneh ya?? Tapi entahlah. Yang pasti, Roni masih orang baik dan murah senyum seperti dulu. Ditambah lagi, dia ganteng, kaya, romantis dan bertanggung jawab. Istrinya pasti bangga. Tapi aku masih merasa istrinya ini adalah orang yang kurang beruntung... Entahlah...
Setiap hariku, ku mulai dengan bangun pagi. Seperti biasanya, aku jalan-jalan setelah shalat subuh. Tapi kali ini ada yang berbeda. Hari ini dimulai dari pertemuanku dengan bu minah, tukang sayur. Dia keluar dari perempatan jalan sembari memegang pisau dan membersihkannya dengan selembar serbet. Horor sekali. Dia memanggilku dan mengajakku keluar perempatan, "Sini nang, disitu, liat tuh.", Sambil menunjuk-nunjuk tangannya pada sesuatu.
Astaga, disana tergeletak sesosok mayat orang gila yang sudah biasa ada di komplek ini. Tepat di depan rumah pak Tarjo. Setelah dilihat, tusukan benda tajam di sebelah kiri perutnya-lah yang membuatnya mati.
Untuk itu, bu minah hanya berujar, "Ini orang gila yang biasanya kan? Dia cuma bisa njerit-njerit. Wedjian tenan e, blanjanan dan gerobakku aja pernah diobrak-abrik sama dia. Oh, apa?? Kamu mencurigaiku?? Tentu saja ada reaksi darah di pisau ini. Aku kan tiap hari motongin ayam."
Selang beberapa menit, pak Sutar keluar dari rumahnya yang hanya selang 1 rumah dari rumah pak Tarjo. Dia keluar sambil membawa golok. "Wuih, kaget aku. Ini orang gila yang biasanya kan? Ya, dia cuma bisa menjerit dengan keras. Bahkan dia pernah ngagetin ibu mertuaku dari jendela. Jeritannya bikin kaca hampir pecah. Asma ibu mertuaku saja sampe kumat. Kurang ajar dia. Dia pantas mati..!!" Katanya sambil mengasah goloknya yang kelihatan basah habis dicuci. Dan waktu kutanya tentang goloknya, "Oh, aku mau mapras pohon manggaku. Sudah lebat dan ngganggu jalan.", ujarnya pelan.
Kemudian kita sepakat buat memanggil pak Tarjo. Alhasil, dia keluar dengan kaget sambil membawa sepotong semangka diatas piring. Kemudian dia memotong kecil-kecil semangka itu dengan pisau yang lumayan besar. "Astaga, ternyata bunuh diri..!! Dia sudah benar-benar gila..!! Subuh tadi aku mau menikmati semangka di teras. Lalu dia meminjam pisau ini dan mengembalikannya seperti tidak terjadi apa-apa. Astaga, bagaimana ini ?? Aku takut.", ucapnya sambil memakan semangka yang dia potong-potong tadi.
Aku pun diam sejenak, tenang. Kemudian melihat mereka bertiga satu persatu. Ya, aku jadi yakin, siapa yang ternyata lebih gila dari orang gila yang malang ini. -__-
yg membunuh orang gila itu adalah bi minah, karena orang gila itu mati gara2 tusukan diperutnya
gw pikir lo salah..... masa tuh orang gila ngembaliin pisau padahal sudah bunuh diri, pak tarjo yang ngasih alasan itu pasti lebih gila .....
Lebih tepatnya rokok batangan
Mas @d33q
100
100 lagi
100 buat mas @cloverxander
tadi, aku kok nggk kebaca y yg pak tarjo?
Kecepetan bacanya kayak'nya. :-D
Galeri nya mirip house of wax ya?
Sumpah yg ini seremmm
[IMG]http://eemoticons.net/Upload/Cat Princess/Cat-Princess-013.gif[/IMG]
Soalnya gak ada peminatnya, mas @too_im_the
Gak ad yg mau mampir buat baca
eniwey yg nunggu diapdet banyak loh, cheers :-)