It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Prang!" Aneh, ada bunyi benda pecah padahal di rumah tidak ada siapa-siapa. Aku langsung melemparkan gayungku ke dalam bak mandi, membalut tubuhku dengan handuk, lalu keluar dari kamar mandi membiarkan pintunya terbuka lebar. Aku mencari sumber suara itu. Ku temukan sebuah gelas yang pecah. Aku mulai ketakutan, takut ada maling yang masuk rumah, atau mungkin mahluk halus. Mendadak aku dikejutkan oleh sesosok mahluk yang muncul dari kolong meja tempat gelas itu pecah. "Meeong!" ternyata si pussy pelakunya. Aku lega, aku kembali ke kamar mandi, kubuka pintunya dan segera melepas handukku, kusambar gayungku yang ada di ember kecil, lalu aku melanjutkan mandiku yang tertunda. Ternyata hal-hal ghaib itu hanya mitos.
aku dan ketiga temanku sedang berlibur ke alaska. kami rencananya akan mencoba mengunjungi rumah salah satu rekan kami yang ada disana.setibanya disana aku dan teman2ku bertanya kepada warga sekitar apa ada yang mengenal mr.brown? namun mereka sepertinya tidak tahu dimana temanku itu berada. setelah berkeliling mencari kesana kemari,akhirnya kami menemukan rumah kerabat kami tersebut, rumah model eropa kuno berbentuk segi empat, lumayan luas rumahnya .kami membunyikan bel dan tiba2 seorang kakek tua berkata dari dalam rumah "cari siapa?", aku lalu menyahut "apa benar ini rumah mr.brown" , kakek tua itu nampak terkejut, lalu berkata ya benar,lalu bertanya kalian ini siapa ya? kami teman lamanya mr.brown.
lalu kakek tua itu mempersilahkan kami masuk, ia memperkenalkan diri sebagai penjaga di rumah tersebut , dan menyiapkan minuman untuk aku dan ketiga temanku. aku lalu bertanya kepada kakek itu dimana mr.brown, dan kakek itu berkata mr.brown sedang tidak berada di tempat dan baru datang ke sini malam nanti. aku dan teman2ku lega karena sebentar lagi akan bertemu mr.brown, teman lama kami yang sudah lama tidak bertemu. karena hari sudah semakin gelap, aku dan teman2ku meminta izin untuk menginap di sini sambil menunggu kedatangan mr.brown dan kakek itu mempersilahkan kami untuk menginap. setelah jam 9 malam kakek tua itu lalu pamit dan berkata dia akan pulang ke rumahnya karena istrinya lagi sakit2an dan tidak bisa berlama2 di sini. sebelum pulang kakek itu menunjukkan kami masing2 kamar yang m terletak di setiap sudut rumah tersebut.aku memilih kamar kiri atas karena dekat dengan kamar mandi nya. setelah membersihkan diri, aku dan teman2ku berkumpul di ruang tamu sambil menunggu temanku mr.brown. lewat jam 11 tapi ia belum juga datang, aneh pikirku apa mr.brown sedang sibuk atau tidak bisa pulang hari ini?
setelah waktu menunjukkan jam 12, kami sudah mulai mengantuk karena mr.brown tidak kunjung datang, lalu aku mengusulkan agar kami rotasi berjaga bergiliran setiap satu jam jadi ketika mr.brown pulang nanti ada yang membukakan pintu karena pintu dikunci dari dalam. aku mendapat giliran kedua ,aku dan kedua teman pun tidur di kamarnya masing2, setelah lewat satu jam aku di bangunkan temanku dan berkata sekarang giliran aku yang berjaga. setelah itu temanku yang kamarnya di sudut kiri bawah itu pun tertidur pulas di kamarku. setelah berjaga satu jam lewat mr.brown belum datang juga aku berjalan ke kamar temanku di sudut kanan atas lalu membangunkannya dan berkata sekarang
giliran ia yang jaga, setelah temanku keluar dari kamar akupun tertidur pulas di kamarnya. setelah ganti2an rotasi jaga sampe pagi, mr brown belum juga datang, lalu kakek yang jadi penjaga rumah tersebut datang dan bertanya kepada kami apa mr.brown sudah datang, kami pun mengatakan klo mr.brown belum datang dari tadi malam,kakek itu tiba2 tersenyum lalu berkata kalian sudah bertemu tadi malam. kami pun tertawa mendengan kata2 kakek itu.
ini kayanya udah jadi cerita horor umum di tiap kampus ya~
Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang suka bertualang terutama kepada kejadian-kejadian misteri. Suatu hari aku mendengar bahwa sering terjadi orang hilang di sebuah desa. Aku pun berencana mengunjungi desa itu dan menjawab rasa penasaranku. Di jalan aku bertemu seorang pemuda yang mempunyai tujuan yang sama. Singkat cerita kamu melakukan perjalanan bersama. Sewaktu akan mendekati desa, panggilan alam menyuruhku untuk berhenti dan menyuruh si pemuda untuk berjalan dulu. 30 menit berjalan aku sampai di desa tersebut. Di desa aku tidak melihat sesuatupun yang aneh. Penduduk desa terlihat beraktivitas seperti biasa tanpa ada rasa takut.
Rasa penasaranku berlanjut sehingga aku memutuskan untuk mencari kepala desa. Rumah kepala desa terlihat ramai, kelihatannya mungkin ada hajatan. Setelah mengutarakan maksud kedatanganku, kepala desa menyambutku setelah disuruh menunggu kira2 satu jam lamanya. Ternyata aku datang di hari yang tepat. Kepala desa yang ternyata seorang perempuan itu mengatakan akan mengadakan sebuah festival dan merayakannya dengan makan2. Akupun diajak makan bersama penduduk. Hidangan yg disajikan pun beranek ragam. Aju disuguhi sebuah makanan yg tampak asing bagiku, mirip steak daging. Sungguh lezat sekali makanan ini, tapi aku tidak tahu ini terbuat dari daginh apa. kepala desa hanya menjawab bahwa makanan ini spesial dan khas dari desa mereka.
Selesai makan aku menceritakan tentang kisah orang hilang yang sering terjadi di desa ini. Kepala desa menyanggahnya bahwa tidak pernah ada orang hilang di desa ini. Tiba-tiba aku teringat pemuda yang berjalan bersamaku. Aku bertanya kepada salah satu penduduk mengenai adakah orang yang berkunjung kesini sebelum aku. Dia hanya menjawab tidak, hanya gembala saja yang masuk. Sepertinya dia tersesat di jalan, sungguh sayang sekali dia tidak berkunjung ke rumah kepala desa dan mengikuti festival tersebut. Apalagi dia tidak bisa mencicipi makanan khas desa ini yang ternyata lezat sekali.
Aku pun memutuskan untuk pulang. Aku pun menemui kepala desa untuk berpamitan. Tapi sebelum aku pulang, aku meminta izin kepada kepala desa untu membawa steak tersebut sebagai oleh-oleh. Tapi kepala desa mengatakan stok daging sudah habis. Dia pun menyuruh ku untuk mampir lagi lain kali. Aku mengatakan bahwa mungkin akan kembali tapi tidak dalam waktu dekat, mengingat tugas kuliahku yg menumpuk harus segera diselesaikan. Namun beliau menyahut bahwa aku pasti kembali lagi ke desa ini dalam waktu yg tak lama dan pada saat itu stok daging itu akan tersedia kembali.
Aku bekerja sebagai tukang kayu di puncak gunung. Gunung tersebut memiliki lereng yang curam dan jarang dilewati oleh banyak orang, karena jarang sekali ada pemukiman penduduk di lereng gunung. Namun, ada desa kecil di kaki gunungnya dan disanalah tempat aku tinggal, setiap harinya aku mengendarai mobilku untuk pulang dan pergi ke tempat kerja. Pada suatu hari, saat perjalanan pulang sehabis lelah bekerja, tiba-tiba ada sebuah mobil berwarna hitam yang hampir menabrakku dari arah yang berlawanan. Untung saja aku sempat menghindar, aku pikir bodoh sekali pengendara mobil tersebut, apa dia sedang mabuk?. Bebera meter kemudian, aku terkejut, kudapati seorang wanita sedang berdiri tepat ditengah jalurku dan sesegera mungkin kuinjak rem mobilku. Aku buka kaca jendela mobilku dan menyapanya “Hai! Apa yang sedang kau lakukan disana?” wanita tersebut lalu menengok ke arahku, dan menjawab “Bisakah kau menolongku?” ketika ia memandangku, aku dapat melihat kesedihan yang terpancar di wajahnya, lalu kujawab “Baiklah, apa yang bisa kubantu?” Wanita tersebut berjalan menghampiriku dan mengatakan bahwa ia membutuhkan tumpangan. Lalu aku membukakan pintu mobil dan menanyakan kemana arah yang mau ditujunya. “Apa kau melihat mobil yang melintas kearah yang berlawanan denganmu?” tanya wanita tersebut. “Satu-satunya mobil yang kutemui dari arah yang berlawanan adalah mobil hitam yang hampir menabrakku tadi” Jawabku. “Ya, itu maksudku!” Kata wanita itu. “Apa yang kau inginkan dari mobil itu?.” tanyaku, kemudian wanita itu menjelaskan “Itu adalah mobilku, mobil itu sebenarnya berjalan tanpa awak, sebelumnya aku mengendarai mobil itu sendirian, lalu kusadari bahwa salah satu ban-nya bocor. Ketika aku keluar untuk memeriksa ban yang bocor tersebut, aku lupa untuk menarik rem tangan sehingga mobil tersebut meluncur di jalan miring yang lurus dan panjang ini dengan sendirinya, dan sepertinya mobilku telah berjalan cukup jauh”
Aku tertegun setelah mendengar kisahnya. Kemudian ku putar balik mobilku untuk mengejar mobil wanita ini. Sesaat kemudian, aku melihat mobil hitam milik wanita tersebut sedang terhenti di sebuah tikungan karena menabrak pohon. Aku lalu memeriksa mobil tersebut, sepertinya kondisinya sudah cukup parah. Wanita tersebut mengucapkan terima kasih kepadaku. Dia mengatakan polisi akan datang untung membantu mengevakuasi mobil tersebut. Karena udah larut, aku pun pamit dan dia menucapkan terima kasih sekali lagi dan selamat tinggal. Aku pun pergi. Sungguh pengalaman yang aneh, aku hampir ditabrak oleh mobil tanpa pengemudi, apabila lengah sedikit saja, aku bisa mati konyol…
Holmes sedang di TKP menyelidiki kasus kematian seseorang. Dugaan sementara orang yang mati itu bunuh diri, karena ditemukan menggantung diri dengan bukti lain berupa surat yang menunjukkan bahwa ia benar - benar bunuh diri. Orang ini hanya memiliki ayah, ibunya sudah meninggal. Dan kebetulan ayahnya pun ada di sini. Dari keterangan ayahnya dikatakan bahwa surat itu memang ditulis anaknya, karena ia hafal tulisannya. Surat itu berbunyi seperti ini:
Salamku buat ayah
Waktuku telah tiba untuk “die”
Emang dunia ini penuh angkara murka
Enggak.. Aku ngga bisa bersikap tegar
Titik darahku sudah habis, untuk mengakhiri riwayat
Namun detektif tetap merasa curiga. Sepertinya ini kasus pembunuhan. Setelah dilacak, ada 4 orang tersangka yang berhubungan erat dan punya alasan untuk membunuh si korban.
1. Si korban diketahui memiliki hutang yang banyak kepada seseorang.
2. Sweetheart.... pacar korban yg akhir - akhir ini sering bertengkar dengan korban.
3. Pemilik kontrakan tempat korban tinggal. Belakangan diketahui kalo dia sering mengancam akan membunuh korban jika tidak dibayar kontrakannya.
4. Si ayah, yang sering mabuk - mabukan dan berjudi. Hubungan ayah dengan korban sudah lama putus, namun beberapa hari ini si ayah mengunjungi korban dengan niat karena rindu.
Detektif kembali melihat2 isi surat itu. Sepertinya kuncinya ada di surat. Sekilas memang dia keliatan seperti bunuh diri kalo dilihat dari isi suratnya, tapi detektif yakin orang ini jelas nggak bunuh diri. Dia dibunuh!! Mungkin kejadiannya. Dia memiliki masalah dengan seseorang, lalu orang itu berniat membunuhnya. Tapi sebelum dibunuh, si korban disuruh menulis surat wasiat agar seolah2 dia bunuh diri (si korban terpaksa seperti itu karena tidak bisa berbuat apa - apa). Hanya saja si korban tidak bodoh. Diam - diam dia menyelipkan kata kunci ke surat itu yang menunjukkan ke siapa pelaku pembunuhnya.
Setelah diteliti lagi, tiba mata detektif terbelalak!! Tidak salah lagi, surat ini merupakan teka teki korban untuk menunjukkan siapa pembunuhnya. Dan pembunuhnya adalah DIA!
ayah sama ibunya jahat.....
Senang sekali hari ini, aku menemukan sebuah board game. Board game itu sudah agak lama namun aku tertarik dengannya entah kenapa. Board game tersebut berisi dadu, alur jalan, beberapa bidak, dan setumpuk kartu. Aku melihatnya beberapa hari yang lalu tergeletak di teras sebuah rumah tua kosong di ujung jalan rumahku. Sampai di rumah aku memperhatikan kotak itu dan menemukan pesan "jangan bermain bila kau penakut". Aku yang memang berjiwa berani ini tentu saja tidak takut.
Malam itu rumah sepi sekali.Sudah lama aku tidak melihat orang tuaku. Hanya aku, adik laki-laki, serta kakak perempuanku yang tinggal di rumah. Karena bosan aku mengajak mereka turun ke ruang keluarga dan memainkan board game temuanku tersebut. Kakakku terlihat acuh saja tapi penasaran juga dengan game aneh itu. Adikku dan aku saja yang memainkannya. Ketika kubuka kotak itu aku mulai membaca aturannya. Cukup sederhana pikirku. Game akan selesai bila pemain mencapai garis akhir atau bila mereka kalah. Uniknya kalah dari game ini ada 2 yaitu bila pemain masuk box "Death by fear" atau pemain mengundurkan diri di tengah permainan. Peraturan yang simple dan konyol pikirku. Sebelum memulai game sempat terlihat m olehku tulisan merah di bagian paling bawah board game "Play until you win or lose".
Setelah mengundi siapa yang main duluan dengan dadu akhirnya aku memenangkan giliran pertama. "Plok" dadu kulempar, tak lama kakakku menjerit histeris. Dia menunjukkan jarinya di pojok ruangan. Segera kulihat di pojok ruangan terdapat tubuh wanita terduduk dengan wajah yang menunduk. Tak bisa kulihat wajahnya.Tubuh itu tak bergerak sedikitpun. Kita langsung berteriak dan berlari keluar. Aneh kita tidak bisa keluar dari rumah. Sesaat aku teringat tulisan di board game. Apakah mungkin ada kaitannya dengan board game tersebut Badanku langsung lemas, mukaku pucat. Kakak dan adikku bertanya kenapa aku menjadi begini. Kuceritakan mereka tentang tulisan merah tersebut. Muka mereka langsung pucat. Beberapa menit kemudian setelah tenang kita berdiskusi. Akhirnya kita sepakat untuk meneruskan game tersebut hingga akhir walau kita tidak tahu apa yang akan terjadi.
"Tujuh" itu lah yang aku katakan setelah melihat dadu yang kulempar. Kujalankan bidakku. Bidakku berhenti di box kosong. Kakakku yang ketakutan menempelkan badannya di dekatku sambil tetap mengawasi tubuh wanita yang belum bergerak itu. Dengan tangan gemetar adikku melempar dadunya. "Tiga" itulah jumlah yang dadu tunjukkan. Adikku menggerakkan bidaknya dan berhenti di kotak "Fear". Adikku mengambil tumpukan kartu berwarna coklat bertuliskan "Boots itu bunyinya berdecit, suara gemerincing rantai adalah senjatanya". Tak lama kita bertiga mendengar suara gemerincing rantai dan suara sepatu. Kami langsung berteriak dan mencoba menghubungi polisi. Sial kita tidak bisa menghubungi siapapun. Aku langsung mengutuk diriku sendiri yang menemukan permainan ini dan memainkannya namun semua itu sudah terlambat.
Kakakku walau dengan rasa ketakutan yang amat sangat mencoba menenangkan kita dan meneruskan game tersebut. Untungnya suara tersebut segera hilang. "Gilranku" gumamku. Kukocok dadu tersebut dan berharap bidakku jatuh di box kosong. "Delapan" kulihat papan itu dan mulai menggerakkannya. Bidakku berhenti di box bertuliskan "Sorrow". Dengan rasa takut aku mengambil tumpukan kartu hitam bertuliskan sorrow di atasnya. "Kegelapan adalah temanku". Sesaat kemudian lampu di rumahku mati. Kakakku yang ketakutan kembali menangis, demikian juga adikku. Kegelapan menyelimuti kami. Aku yang tak tega akhirnya berdiri dan mengatakan akan mengambil lilin di dapur. Adik dan kakakku menarik lenganku agar tidak pergi. Kubujuk mereka agar mereka melepasku dan cahaya lilin akan membantu menenangkan kita. Kakakku memberitahu agar membawa senjata ketika ke dapur. "Tidak perlu" jawabku. Aku yang memang terkenal jagoan dan mengikut latihan bela diri merasa cukup bila ada apa2 namun aku tidak boleh lengah.
Setelah mataku mulai terbiasa dengan kegelapan aku mulai berangkat. Kususuri dinding rumahku dan berjalan ke dapur. "Sial dimana lilin itu" gerutuku. Setelah beberapa saat meraba akhirnya kutemukan benda itu. Aku bersungut lagi mencari korek. "Cring-cring" suara yang kukenali itu kembali terdengar. "Sial aku lengah" gumamku dalam hati. Suara itu berasal dari tangga lantai dua yang letaknya dekat dengan dapur. Terlambat bagiku untuk kabur ke ruang keluarga pikirku. Kuhentikan mencari korek dan meraba apa saja yang bisa menjadi senjata. Kuambil wajan di atas m kompor dan memasang kuda-kuda. 10 detik terasa sangat lama bagiku. "Tep" suara sepatu yang aku yakin sudah menginjak lantai dasar. Jantungku berdegup kencang menanti apa yang akan terjadi. Suasana gelap menambah kesulitanku memperkiran arah dia datang, aku hanya mengandalkan pendengaranku saja.
"Tidak!" jeritku dalam hati mendengar suara itu semakin mendekatiku. Selangkah demi selangkah bunyi sepatu dan suara rantai m mendekatiku. Aku yang sangat gugup mulai lemas menanti apa yang terjadi. Tubuh itu berhenti. Aku bisa melihatnya dari jarakku. Boots hitam dengan lumpur menghiasi m kakinya. Wajahnya memakai topeng dari stocking wanita, tak bisa kuperkirakan wajahnya. Rantai yang diikat di tangannya menggantung hingga ke lantai. Sesaat dia diam. Aku tak tahu kemana arah pandangannya. Kemudian dia menghadap kiri mengambil pisau. Aku bertambah takut. Tak pernah kuhadapi seorang dengan senjata tajam sebelumnya. Tak lama badan orang tersebut berbalik ke arah belakang rumah. Aku yang tak ingin menyiakan kesempatan ini. Segera kunyalakan lilin dengan kompor dan segera berlari ke ruang keluarga dengan wajan sebagai senjataku.
Aku kembali ke ruang keluarga beserta dua lilin di tanganku. Kutemui wajah adik dan kakakku dengan wajah cemas. Mereka terlihat ketakutan menungguku. Kakakku yang menyadari keanehan di wajahku tak berani menanyakan apa yang terjadi di dapur. Mungkin dia juga mendengar suara sepatu tersebut. Setelah mencoba menenangkan adikku dia setuju melanjutkan game tersebut. "Pluk", "Tujuh" katanya. Dia menggerakkan bidaknya dan berhenti di kotak kosong. Aku sangat lega.
Beberapa jam lamanya kami memainkan permainan ini. Malam terasa sangat panjang dengan teror yang menyelimuti kita. Tak jarang kita menghentika permainan untu menenangkan diri. Beberapa kal juga kami masuk ke kotak "Fear" maupun "Sorrow". Teror demi teror masih berlanjut. Kuambil kartu "Sorrow" dan tertulis "Dingin akan menyelimutiku". Suasana ruang mendadak menjadi dingin. Aku dengan sigap mengambil beberapa selimut dari kamar orang tuaku. Tak ada yang aneh dalam perjalananku kesana. Kuselimuti diriku dan saudaraku. Permainan berlanjut. "Fear" itulah yang kemudian diambil adikku. Tertulis "Knock Knock" pada kartu. Segera saja terdapat bunyi mengetuk perlahan. Bunyi itu kemudian lama-lama mengeras. Tidak hanya pada pintu namun juga pada jendela dan tembok. Kami menjerit ketakutan dan menyelimuti diri dengan selimut. "Fear" itulah yang kuambil pada giliranku.Tertulis "Cahaya dan suara adalah satu". Kami dikagetkan dengan kilatan petir dan suara yang dapat membuat bulu kuduk berdiri. Suara itu sangat keras sehingga membuat telingaku sakit. Kilatan petir itu berlangsung sebentar. Aku sangat lega dan menenangkan diriku dan saudaraku.
"Sebelas" ucapku tanpa sadar. Game akan segera berakhir namun ketegangan menyelimutiku. Terlihat kotak "Death by fear" pada dua kotak sebelum kotak finish. Kakakku terus berdoa berharap game ini segera berakhir. Kulihat adikku sudah tidak tahan dan terus menangis. Telah susah bagiku untuk membujuknya untuk meneruskan permainan ini dengan keadaan seperti ini. Kuambil dadu dan berkata "Jangan sembilan" terus menerus dalam hati. Kulempar daduku agak keras karena terlalu takut. Rupanya dadu tersebut terlempar agak jauh. "6" terlihat jelas di satu daduku. "TIdak!" kakakku menjerit. Tangannya menunjuk lantai tempat dadu tersebut jatuh. Dadu tersebut menunjukkan angka "3". Kali ini tanpa kusentuh bidakku bergerak sendiri menuju kotak "Death by fear". "Dar" suara petir itu terdengar lagi. Kilatan cahaya tersebut sangat kuat. Aku dapat mengetahui keadaan ruangku dan juga luar. Terlihat tangan-tangan kering melayang-layang mengetuk jendela rumah. Kali ini suara itu tidak seperti suara ketukan tapi seperti suara memukul. Suara itu tak kalah kerasnya dengan suara petir. Suara sepatu dan rantai yang kukenali masuk ke ruang keluarga. Kali ini kulihat jelas tubuh itu. Aku menjerit menyaksikan dia membawa mayat dengan menyeret kepalanya saja. Terlihat pisau dapur menancap di dadanya. Kami menjerit tak kalah dengan suara petir dan ketukan di luar. Di tengah kekacauan itu aku mendengar suara "kau kalah". Kita bertiga menoleh ke arah tersebut. Wanita yang daritadi duduk di pojok ruangan sudah berada di depan wajahku. Bisa kurasakan hembusan nafasnya. Wajahnya menengadah kehadapanku. Kakak dan adikku memegangiku erat. Kulihat wajahnya yang biru, tidak terlihat ada darah yang mengalir di wajahnya dan matanya memejam. Ketika dia membuka matanya aku melihat sesuatu yang gelap di tempat seharusnya mata dia berada. Kegelapan itu lebih gelap dari jurang. Perasaan dingin yang menusuk menyelimuti kami diiringi matinya lilin. Kami menjerit hingga tenggorokanku terasa sakit. Aku sudah tak tahu berapa lama aku menjerit. Akhirnya aku tak sadarkan diri.
Badanku terasa berat. Sinar matahari memasuki rumahku. Tak ada yang aneh di ruangan ini. "Ah mimpi buruk rupanya" gumamku. Kulihat adikku tidur berdampingan dengan kakakku. Kami kelelahan semalam. "Hah, pusing sekali kepalaku" kataku sembali berjalan ke luar rumah. Kutemukan tumpukan koran di teras rumahku. Oh ini koran kemaren. Berita di halaman utama mengatakan "sekelompok remaja tewas dengan mulut menganga di sebuah rumah tua kosong". Wow, berita yg aneh. Ketika aku hendak masuk kembali ke rumah ku temukan lagi tumpukan koran, yang ternyata koran hari ini. Kuambil dan kubaca berita di halaman depan. "Tiga orang bersaudara mati dengan mulut menganga ketika ditinggal orang tuanya, lokasi tak jauh dari rumah tua kosong tempat ditemukannya remaja yg tewas dengan kondisi serupa" tulis berita di koran itu. "Kasihan mereka" pikirku dalam hati. Ketika berbalik aku mendapati adikku dan kakakku yang sudah bangun. Aku pun teringat tentang board game semalam dan berencana untuk membuangnya. Tapi board game itu hilang. Adik dan kakakku pun tidak tau. Apakah ada pencuri yg mengambilnya? Ah sudahlah, kalau hilang begini aku tidak perlu repot2 membuangnya.
guling putih... :x
popo .. cong.
cerita yg ini pernah nyata kealamin sama temenku loh..
waktu kerja kelompok mlm d kampus,
sebenarnya dia kgk ikut kerja kelompok, tapi pas kerja kelompok dia ada.. trus ada yg ngejatuhin pulpen.. pas dia ambil.. dia lihat kgk ada kakinya tu.. trus hantunya bilang skrg udah tau yah.
jirr, jail bgt dah setannya.
Aku sedang berada di restoran yang lumayan mewah di Perancis, ketika berada di situ, mendadak aku ingin ke toilet sehingga aku bertanya kedapa pelayan disana. "Ada di sebelah sana, tapi hati2 cerminnya sedikit aneh." jawabnya, sehingga aku jadi ragu2 ingin kesana, tapi karena sangat emergency aku pun mau tak mau ke situ. Pas berada di situ suananya nyaman saja, dan di depan kamar kecil ada cermin yang di maksud pelayan tadi. Pas aku coba, tak ada yang aneh, ketika aku cuci muka, diapun ikut cuci muka, ketika aku buang air kecil cermin tersebut juga ikut, apalagi gayanya sama persis ketika aku buang air kecil berdiri (Aku Cowok). Pas aku cuci tangan pun tak ada yang aneh. Pas keluar pun aku ngelap muka dengan sapu tanggan cerminpun juga ikut. Tak ada yang aneh kan?? Mungkin si pelayan hanya bercanda.