It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hm, apa ada ya orang yg gasadar dimedan perang? sepertinya enak sekali kalau kita malah 'tidak tahu'. itu anugerah atau kutukan?
tapi, disatu sisi, aku sedih kenapa ya Tuhan kok tega bikin kita kayak gini, ah, meski aku tahu bahwa ini sebenernya buat kebaikan kita juga. katanya, istirahatnya nanti ketika kita menginjakkan kaki kita di pintu surga(amiiiin buat semuanya disini).
semangat skripsi anda!!!!! (/>^<)/ dan buat saya dimasa depan (9*-*)9 ah, skripsi teman anda juga.
@tamayaki_syaoran mmm... gue gak tau apakah jawaban ini bakalan nyambung apa gak. tp gue akan coba merespon dengan lebih rapi :
1. bahagia itu penyikapan dan modal, makanya tolak ukur bahagia orang berbeda beda. makanya orang yang udah menyikapi hidupnya dengan bahagia (seperti apa pun kondisi awalnya dia), dia bisa lebih mudah berubah ke arah yang lebih baik.
contoh singkatnya mudah: ada orang yg msh stress mikirin biaya bulanan padahal gaji 5 juta. ada yang bahagia akhirnya bisa makan nasi setelah merasakan susahnya cari duit untuk sepiring nasi itu.
penyikapan terhadap situasi.
jadi sebenernya ini bener bener pilihan. pilihan yang sulit untuk diambil karna tetap tergantung pada situasi dan kondisi... tp KADANG terasa mudah karna cukup dengan mengubah sudut pandang.
itu idealnya. sekarang realitanya. forget about theory just a little bit and look into your life. your experience.
udah kerja belom? apa yang lo rasain? apa kaitannya dengan kebahagiaan?
idelisme gue seperti yg gue sebut di atas. tapi realitanya msh sangat sulit. di dunia dengan uang di dalamnya, gue merasa jika bahagia tanpa uang mudah, maka bahagia DENGAN uang LEBIH mudah. karna ada bahagia ada yang butuh duit ada yang enggak.
oke gue bahagia di rumah kosan, punya tv kabel, punya hape yang cukup mahal, bisa punya duit cukup untuk hang out. tapi kalo gue menikah (atau bahkan kalau enggak sekalipun) gue butuh rumah. gue pengen punya anjing peliharaan, gue msh butuh menekuni hobi. gue akan bahagia bahagia aja bahkan kalau semua itu gak bisa terwujud. tapi kalo semua hal itu tadi adalah pilihan yang bisa diambil dan bisa bikin gue LEBIH bahagia, kenapa enggak? jadi... gue kurang suka nyebut sebagai pengorbanan. Karna seringkali, prosesnya menyenangkan. Sangat menyenangkan.
Gue lebih suka menyebutnya "memaksimalkan apa yang ada supaya lebih bahagia". Panjang ya? Hehe
Lalu soal boleh melakukan apa saja biar bahagia (bahkan membunuh -kayak yg lo contohin), gue rasa ini gak bisa dibilang bahagia. Gue sih tetep merasa bahwa orang tetep merasa ada yang salah ketika mereka melakukan cara cara "keliru" ini demi mencapai kebahagiaan. Ini juga bukan cuma soal jasmani aja. Kalo kita cukup kenal atau katakanlah sekedar tau tentang jiwa yang hidup di dalam tubuh, kita pasti tau cara cara semacam itu adalah keliru.
Gue pengen nerusin hobby gue (yang nguras banyak duit itu). Orang akan menilai gue boros. Ga mikirin masa depan. Lebih baik duitnya ditabung. "katanya mau beli rumah, tp hobby mulu dipikirin". Gue ga mikir mereka salah. Begitu pula gue. (di sini aja udah ada 3 nilai: benar, salah, boros). Tapi gue tau apa yang gue lakukan, gue suka dan gue masih sangat yakin gue masih bisa nabung dan beli rumah suatu saat nanti. Ga akan terlambat dan ga akan ada penyesalan.
Lalu penilaian selanjutnya akan menyebut, gue pengen jadi orang kaya. Padahal gue pengen beli rumah! Udah itu. Titik! Gue gak menilai itu sebagai pengen jadi orang kaya.
Makanya gue agak kurang suka sama konsep segi tiga itu. Karna ada nilai di dalamnya. Yang di bawah gak lebih baik dari yang di atas.
Gue lebih suka hidup digambarkan kayak puzzle atau pola.
Kalaupun berbentuk segi tiga,itu bukan tingkatan.
Hidup itu bukan kompetisi. Kenapa sih gue harus lebih baik dari orang lain?! (atau orang yang bagian dari diri gue). Hidup itu ingin dan memilih. Gue pengen jadi A B C D. Ya udah titik ! Bukan karna menjadi A lebih baik daripada menjadi seperti sekarang. Ya emang murni karna pengen.
3. Cinta udah bukan soal "bener-bener
full mau memberikan semuanya buat kekasihnya tanpa
mikirin dirinya sendiri". Gue tetep setuju sama ayat di alkitab. Kurang lebih ISINYA seperti ini (gue takut ada sedikit salah) "demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu". Kalau emang udah yakin pacarmu adalah jodohmu, maka mikirin dia itu berarti kamu lagi mikirin dirimu sendiri. Perkara nanti lo putus atau lanjut kek bodo amat.
Dalam cinta, kamu menerima saat kamu memberi. Jika ternyata enggak, gak usah ragu lagi, itu bukan cinta. Ini sekali lagi soal rasa.
Demikian sudut pandang gue. Kalo orang mikirnya beda, itu terserah mereka dan suka suka mereka. Benar dan salah akan selalu relatif.
Gue gak selalu menjalani sudut pandang itu. Gue ga menyalahkan diri gue sendiri, apalagi memaklumi atau memanjakan (gue gak mau menilai) Pokoknya gue maunya apa yaaa gue jalani. Hehe.
Kadang gue juga suka jahat kok. Misal: ternyata ada yg mikir gue lebih baik, lalu dia pengen nyaingin gue sampai melakukan cara yg "gak sehat", kadang sih gue ga terima dan bakalan mastiin itu orang nyesel.
Dan soal "ga berusaha kuat". Aku rasa pada byk titik, justru kita wajib menguatkan diri. Kalo tidak, bagaimana si lemah bisa survive. Nenek miskin berusia 80 tahun yg sering muncul di acara macam Jika Aku Menjadi itu misalnya. Dia ga secara sadar blg "aku harus kuat", tapi jiwanya udah otomatis "duh, mau ga mau harus makan nasi basi".. Mereka lemah, dan mereka memperkuat diri mereka.
modem hilang, terus aku yg kecanduan internet gini gimana? merasa nggak hidup.. *oke itu lebay
yok lanjut ( 'o')/
@voldemmort1: HUWAAAA TAOISME AKU KIRA HANYA AKU YG TAHU, DULU NEMU ANAK ITB COWOK DAN DIA JUGA BACA AND I WAS LIKE CRAZY SEKARANG NEMUKAN COWOK JUGA DAN ITU HOMOOOO
PACARAN YUK! *eh
aku suka, banyak teoriku yg berkembang terinspirasi dari sana. oiya, saya INTJ, jadi bukan berarti kalau aku ngomong gini kesannya aku sombong oiya, minal minul ya buat semua. maaf kalau aku sebegitu terlihat menyebalkannya sampai membuat kalian ingin ngerasani aku. :< kita, belum saling mengenal seutuhnya kan?
@Solous: halo bro!!!!
monggo nongkrong-nongkrong...
*siapin karpet
@lightsaber yg akhirnya aku tahu siapa orangnya: hikhikhik, ntar deh yah aku bilangin, X3
kita lihat apakah dia masih bisa femes diboyzforum *jengjengjeng
@khieveihk: selamat datang di rumah warna~ *eh malah nyebutin branding bisnis tertentu ya
silahkan duduk dengan nyaman sambil diseruput dikit-dikit kopinya...
@whysoasian:
park bom
halo!
@silencewords dan lightsaber:
salam cium buat kalian berdua *kyaaa *apa sih guwe
@husky: selamat datang! boleh boleh, silahkan menyimak senyaman mungkin diri anda.
@silencewords khusus: WUUUH BROOO SAYA MINDGASM
oke post berikutnya khusus buat kamu kyaaa
*deep inhale
1. ya, aku setuju sekali. itu kayak intisari dari dongeng ganz allein, tentang seekor kelinci yg bertanya ke penjuru hutan ditemani pak beruang: sebenarnya, kita hidup di dunia ini sendiri-sendiri apa bersama-sama?
PILIHAN adalah jawabannya! itu sama seperti yg diceritakannya Ryan Nigahiga di video Draw My Life-nya.
aku setuju, lingkungan luar memang menyebalkan ya. mereka cepat mempengaruhi kita. tapi, Stephen R. Covey dalam bukunya yg berjudul 7 Habits of Highly Effective People, dalam peraturan pertamanya dia bercerita tentang makna 'hidup'--konklusiku begitu. hidup itu yg seperti apa sih? apakah kita sadar kalau kita hidup? dosenku pernah bilang, "manusia yg hidup adalah yg membuat lingkungan; sementara manusia yg mati adalah yg mudah terpengaruh lingkungan." Stephen memberikan kiat-kiat kesadaran pada kita tentang sifat proaktif! kita manusia yg bisa MEMILIH tak peduli lingkungannya seperti apa!
dan betapa hebatnya ketika mindset ini digunakan sebagai fokus utama tiap pribadi. mindset yg menentukan semuanya, pikiran kita adalah kemudinya, tubuh kita adalah kendaraannya. quote Budha bilang, dunia ini hanya ada berada didalam pikiran kita. Beyonce!! Queen Bey itu, bilang mindsetnya: "my aspiration in life, would be, to be happy." dalam hidupnya hanyalah kebahagiaan yg dia cari. hasilnya, seperti yg dapat dilihat sekarang ketika beliau benar-benar mau untuk mendengar, mengikuti dan menjalankan kata hatinya.
balik ke soal kebahagiaan, hmmm kalau aku bilang pola pikir seperti itu, terdengar seperti membelokkan realita dan sengaja dipaksa-paksain cari celah lain biar diri kita ngerasa baik-baik aja? eh, ngerti maksudku ga?
aku udah pernah coba kerja!!! dan rasanya capek. T^T
ah benar juga ya. saya suka pandangan anda, pilihan anda bahwa menikah adalah pilihan yg jauh membahagiakan. anda masih bisa berbahagia, dan bisa melupakan? kebahagiaan anda yg dulu waktu anda masih di kosan.
bdw anda berarti mau nikah dong? yah sedih padahal aku nargetin anda jadi gebetan saya. *eh
"memaksimalkan apa yg ada supaya lebih bahagia." teori yg bagus. :') itu menampar sisi kemalasan saya.. :'))
soal membunuh orang lain biar kita bisa bahagia, ya, akhirnya aku mengerti. dalam buku The Secret of Happiness, filsuf Epicurean memberitahu bahwa kebahagiaan hakiki didapat ketika semuanya bisa berbahagia. meski itu nanti nyambungnya ke soal kepentingan orang lain. yah namanya kita juga gabisa hidup sendiri kan? tapi... menyenangkan hati orang lain, juga.. susah kan? :<
eh aku jadi mau berbagi tulisanku hari ini soal kebahagiaan dalam pikiran dan perasaan!!
ngomong-ngomong tentang pikiran dan perasaan, kita bisa memilah mana pikiran atau perasaan yg positif atau negatif. aku singgung yg pertama dulu, pikiran. standar yg seperti apa, pada pemikiran yg bisa disebut positif, dan juga negatif? pikiran orang berbeda-beda, bergantung sama persepsinya masing-masing. ada orang yg yakin pemikirannya positif, tapi bagi orang lain pemikirannya justru malah negatif. contohnya kayak isu seks bebas, di amerika sana biasa aja, menurutnya itu alamiah, karena setiap remaja pasti punya kemampuan untuk 'itu', dan membendung nafsu merupakan kekangan kebebasan--menurut mereka. di timur sini, seks bebas itu tetot!! nggak boleh. maka, ide seks bebas itu masuk pemikiran positif apa negatif?
dari simpang siurnya pemikiran, ada teori yg menawarkan hebatnya perasaan. hakikatnya, pikiran dan perasaan itu sama-sama satu lho! mereka berasal dari otak. jadi simplenya kayak gini, ketika kamu lagi berpikir sesuatu, saat itu juga, apa yg kamu rasakan? kalau kamu merasa senang, bersemangat, bergairah, artinya itu positif!! kalau saat berpikir yg kita rasakan adalah mengganjal, muak, kaku, diam, artinya itu negatif!!
pemikiran yg positif => perasaan yg positif => pembicaraan yg positif => aksi yg positif => habit yg positif => menarik hal-hal yg positif di hidup kita.
pemikiran yg negatif => perasaan yg negatif => pembicaraan yg negatif => aksi yg negatif => habit yg negatif => menarik hal-hal yg negatif di hidup kita.
disadur dari banyaknya teori yg saya baca, kalau mau lebih kepo dan mendalam ada di buku The Secret seri kedua: The Power, by Rhonde Byrne.
2. itu novelnya mbak Dee? apa bukan? aku asli sungguh kepo. :<
oiya bung, menurutku, kita semua punya hak utk berteori kok! nggak papa idealis, banyak teori-teori yg standarnya idealis juga. ndak hanya realis. asal bisa empiris dan universal, boleh boleh sajo kok!
waktu kamu bilang buang penilaian, aku agak ragu. tapi aku tahu bahwa tidak ada quote yg paling tepat utk semua kondisi.
:< itu kayak yg dibilang sama bisnisman om Bob Sadino. :< jangan berpikir. tapi pasti yg kamu maksudkan ttg apa yg dipikirkan orang lain kan? ah!! wait wait, jadi keinget sama yg nomer 1. ketika kamu tahu ada orang-orang didekatmu yg terus bilang kamu kok malah fokus sama hobimu, disatu sisi, bukankah kamu bisa membuat mereka bahagia dgn menuruti keinginan mereka? aku ndak maksud buat narik lagi... tapi, bahagia yg hakiki jadinya kayak gimana dong?
bdw aku jadi kepikiran... mbahas ini kalo ketemuan pasti lebih seru. tapi yaudah sih anda jauh.
oiya. kepo. emang hobi anda apa se?
soal segitiga strata piramida.. itu aku gajelasin soal kebahagiaan, tapi tentang hukum alam keseimbangan. dunia butuh itu agar bisa terus berputar, terus bergerak. tapi dimanapun kita berada dalam tangga-tangga itu, kita masih bisa berbahagia--kalau memilih itu!
kalau aku sambungkan sama kebahagiaan, apa itu jatuh-jatuhnya karena, kebahagiaan diperoleh ketika keinginan kita selaras dengan realita? bahwa kita yg ingin lebih baik dari orang lain bukanlah menjadikan orang lain sebagai fokus kita, tapi ya karena... impuls?
lalu, 'pengen' itu didasari dari apa munculnya?
dan ketika pengen itu selesai tergenapi, kita jadi bahagia...
3. AH ITU AYAT DAN TEORI YG BAGUS!!!
pada hakikatnya kita pasti juga fokus sama diri sendiri. kita turut membahagiakan diri sendiri, meski kita juga mencintai, membahagiakan orang lain, gimana-gimana itu dilakukan karena kita ingin membahagiakan diri kita sendiri.
silence, silence, jadi sebenernya kita hidup hakikatnya fokus ke diri sendiri ya?
oiya aku panggil kamu apa enaknya?
ya, benar salah itu relatif. kebenaran absolut diperlukan paradigma yg luas, yg menjangkau seluruh dunia. yg mempunyai mata seluas itu berada diatas, pada Tuhan. meski Tuhan kabarnya telah bertitah dalam kitab-kitab, pada hakikatnya kita tetap tidak akan bisa mengerti arti sesungguhnya dari Tuhan. karena yg menafsir juga sama-sama manusianya, yg bisa salah dan lupa.
well, u re human after all. and so am i! ah, so are we!!!